Daftar isi
Botanophobia adalah jenis fobia spesifik di mana seseorang memiliki ketakutan berlebih terhadap tanaman [1,2,3].
Pada kondisi botanophobia, seseorang akan memiliki perasaan panik, cemas dan takut irasional terhadap tumbuh-tumbuhan.
Penderita botanophobia biasanya tidak nyaman ketika harus membayangkan, membicarakan, melihat serta berada dekat tanaman.
Botanophobia sendiri terbagi lagi menjadi banyak jenis fobia menurut ketakutannya terhadap tanaman tertentu.
Anthophobia adalah salah satu bentuk botanophobia, yaitu rasa takut terhadap bunga [1,3].
Sebagian orang mungkin menganggap botanophobia adalah sebuah kondisi yang tak dapat dipercaya, namun sebenarnya ada orang-orang yang mengalami rasa takut ketika harus terlibat dengan tanah, bunga dan dedaunan [1].
Tinjauan Botanophobia merupakan kondisi fobia spesifik di mana seseorang mengalami kepanikan, ketakutan dan kecemasan berlebih ketika melihat atau berada dekat dengan tanaman.
Seperti halnya jenis fobia spesifik lainnya, botanophobia tidak diketahui bagaimana dan mengapa bisa terjadi; penyebabnya belum jelas.
Namun, terdapat beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko seseorang mengalami botanophobia seperti berikut :
Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan kondisi gangguan mental, terutama fobia spesifik entah fobia berbeda ataupun sama maka dapat meningkatkan risiko orang tersebut dalam menderita kondisi yang sama [1,2,3,4,5,6].
Hal ini bisa saja memiliki kaitan erat dengan predisposisi genetik karena kemudian gangguan mental tersebut dapat lebih mudah untuk berkembang.
Memiliki pengalaman buruk dan traumatis yang berhubungan dengan tanaman mampu membuat seseorang memiliki ketakutan berlebih terhadap obyek tersebut [1,2,3,5].
Terkena duri tanaman atau memiliki pengalaman di mana tanaman tertentu berkaitan dengan kesedihan dan kematian adalah dua contoh kondisi yang mampu menumbuhkan rasa takut dan tak nyaman pada diri seseorang.
Seperti halnya melanofobia (ketakutan terhadap warna hitam), seseorang bisa saja mengalami keyakinan yang bersifat takhayul terhadap tanaman [3].
Hal ini bisa saja terjadi di budaya tertentu di mana tanaman dipercaya sebagai hal yang berkaitan erat dengan peri, iblis, penyihir dan segala hal jahat lainnya.
Bahkan hal ini bisa saja diyakini sebagai hal yang mampu merasuki manusia.
Kepercayaan takhayul lainnya di zaman modern seperti ini adalah seperti tanaman yang tidak seharusnya ditaruh di ruangan pasien di rumah sakit.
Diyakini bahwa keberadaan tanaman di ruangan pasien justru mengambil seluruh oksigen dan merugikan pasien.
Pemicu botanophobia lainnya yang dapat terjadi pada seseorang dapat berhubungan dengan kuman [3].
Oleh sebab itu, botanophobia berpotensi memiliki keterkaitan erat dengan nosophobia atau ketakutan berlebih terhadap kuman.
Walau menurut beberapa orang berkebun itu menyenangkan, sebagian orang menganggap bahwa bercocok tanam mampu menyebabkan penyakit karena kotor.
Tidak semua tanaman memang aman untuk ditanam, dan hal ini pun turut menjadi salah satu alasan seseorang mengalami ketakutan berlebih terhadap tanaman [3].
Beberapa tanaman bahkan diketahui mengandung racun, seperti pohon Strychnine pada zaman Romawi Kuno di mana biji pohon ini dulunya digunakan untuk meracuni orang.
Poison Ivy adalah jenis tanaman lain yang juga mampu membahayakan kesehatan kulit manusia karena dapat menyebabkan reaksi alergi.
Botanophobia adalah fobia spesifik yang juga dapat terjadi pada diri seseorang karena pengaruh lingkungan [2,3,4,5,6].
Menonton film atau membaca buku yang menunjukkan betapa berbahayanya tanaman karnivora terhadap manusia bisa saja menumbuhkan imajinasi negatif dan ketakutan.
Sekalipun cerita dari film atau novel adalah fiksi, hal ini tetap dapat memengaruhi orang-orang (terutama anak-anak) untuk memiliki persepsi dan bayangan menakutkan tentang tanaman.
Tinjauan Faktor riwayat kesehatan mental keluarga, pengalaman traumatis, kepercayaan takhayul, kuman, racun, dan pengaruh lingkungan menjadi faktor-faktor yang berpotensi memicu rasa takut terhadap tanaman.
Fobia seperti botanophobia pun mampu menimbulkan sejumlah gejala, baik itu gejala fisik maupun gejala psikologis.
Gejala baru akan muncul dan dirasakan ketika dihadapkan dengan tanaman (obyek yang menyebabkannya merasa takut) [1,2,3,4,5,6].
Tinjauan - Berbagai gejala dapat timbul karena ketakutan terhadap tanaman, seperti tubuh gemetar, mulut kering, sesak napas, detak jantung lebih kencang, pernapasan lebih cepat, ketegangan otot, cemas, gangguan panik, menghindari tanaman atau tempat-tempat yang memiliki tanaman, dan menolak makan buah dan sayuran. - Pada kondisi gejala serius, penderita botanophobia enggan keluar rumah karena ketakutannya terhadap tanaman.
Evaluasi psikologis menjadi metode pemeriksaan utama pada kasus fobia spesifik.
Kriteria diagnostik DSM-5 menjadi panduan ahli kesehatan mental dalam mendiagnosa pasien dengan gejala yang mengarah pada botanophobia [4,7].
Penanganan botanophobia adalah seperti fobia spesifik lainnya, yaitu melalui pemberian obat-obatan dan psikoterapi sebagai penanganan utama.
Obat-obatan psikiatrik sangat dapat membantu mengurangi gejala yang dialami pasien, seperti kecemasan dan gangguan panik.
Lexapro, Paxil dan Zoloft adalah antidepresan paling umum yang diresepkan oleh dokter pada pasien fobia spesifik yang mengalami gangguan cemas [2,8].
Obat-obatan ini bertujuan sebagai pencegah serangan panik sekaligus meredakan kecemasan yang dialami penderita sehari-hari.
Namun, pastikan untuk berkonsultasi lebih dulu dengan dokter mengenai dosis penggunaan dan efek samping antidepresan.
Selain antidepresan, obat anticemas seperti klonopin, valium, dan xanax juga kemungkinan diresepkan oleh dokter [9].
Hanya saja, obat-obat ini tidak untuk penggunaan setiap hari dalam jangka panjang kecuali bila kondisi penderita sudah sangat buruk.
Konsultasikan dengan dokter lebih rinci mengenai tingkat efektivitas, keamanan dan efek samping dari obat-obat yang diresepkan ini.
Terapi perilaku kognitif adalah salah satu metode psikoterapi yang umumnya digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan pada penderita botanophobia [1,2,3,6].
Selain untuk meredakan gejala, melalui prosedur terapi perilaku kognitif terapis akan membantu pasien untuk memahami alasan mengenai cara berpikir dan berperilaku terkait dengan rasa takut berlebihannya pada tanaman.
Terapi perilaku kognitif juga menjadi cara agar pasien botanophobia dapat mempelajari berbagai kemampuan yang dapat meredakan kecemasan.
Pasien perlu mengubah sudut pandang yang negatif terhadap tanaman serta reaksinya menjadi lebih positif dan terapi ini adalah yang paling dibutuhkan oleh pasien.
Hipnoterapi adalah salah satu prosedur yang sudah tergolong umum dalam dunia medis dan mampu menjadi tindakan penanganan alternatif untuk penderita gangguan mental [10].
Untuk gangguan kecemasan dan gangguan panik yang dialami oleh penderita fobia spesifik, hipnoterapi merupakan langkah yang tepat.
Manfaat hipnoterapi antara lain dapat membantu meredakan rasa cemas berlebih, merilekskan pikiran dan fisik, dan mengurangi stres.
Terapi eksposur adalah terapi di mana terapis profesional akan mengekspos pasien pada sumber ketakutannya; dalam kasus botanophobia adalah tanaman [2,3,4,5,6].
Terapi eksposur tanpa berlebihan adalah perawatan yang akan membuat pasien terbiasa dengan tanaman (obyek yang membuatnya takut).
Bila terapi eksposur dilakukan secara berlebihan, maka perawatan ini tidak membantu meredakan gejala, terapi justru berpotensi memperburuk gejala.
Latihan Yoga tidak hanya meningkatkan fleksibilitas tubuh, tapi juga meningkatkan keseimbangan fisik, emosional dan mental [2,11].
Yoga dengan berbagai macam gerakan dan pose-nya bermanfaat sebagai pereda kecemasan dan stres, termasuk stres yang berkaitan dengan fobia spesifik.
Mengikuti kelas Yoga jauh lebih baik daripada memraktekkannya sendiri secara otodidak atau tanpa arahan instruktur secara langsung.
Melalui Yoga, penderita botanophobia akan jauh lebih rileks, nyaman dan tidak mudah cemas maupun panik.
Salah satu pengelolaan stres paling baik adalah dengan berolahraga secara rutin dengan setidaknya meluangkan waktu seminggu 3 kali [12].
Olahraga yang dilakukan pun tidak harus yang berat, berjalan kaki, renang, bersepeda, atau sekedar jogging adalah pilihan olahraga yang tepat [2,11,12].
Olahraga ringan yang rutin terbukti mampu melepaskan endorfin, hormon bahagia, yang akan menghilangkan ketegangan, kecemasan dan stres.
Penderita fobia spesifik seperti botanophobia juga sangat dianjurkan untuk melakukan meditasi [2,3,11].
Meditasi bermanfaat dalam membantu pasien fokus pada hal-hal yang positif dan meninggalkan segala yang negatif.
Untuk penderita gangguan panik, meditasi akan membantu menenangkan diri melalui latihan pernapasan.
Konsumsi kafein secara sering dan berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan [2,13].
Banyak orang pecinta kafein tak menyadari bahwa efek kafein dapat membuat detak jantung lebih cepat dan tingkat kecemasan semakin tinggi.
Mudah gugup dan tegang juga adalah efek dari konsumsi kafein dosis tinggi sehingga gangguan panik lebih mudah terjadi.
Batasi asupan kafein berlebih untuk mengurangi tingkat kecemasan, terutama sebagai penderita botanophobia.
Teh, kopi dan minuman berenergi adalah minuman-minuman kaya kafein yang sebaiknya dibatasi atau dihindari.
Selain minuman, dark chocolate atau coklat hitam adalah makanan yang mengandung kafein; maka upayakan untuk membatasi asupannya.
Tinjauan Penanganan botanophobia umumnya meliputi pemberian obat-obatan antidepresan dan anticemas disertai dengan psikoterapi (terapi eksposur, terapi perilaku kognitif atau hipnoterapi). Selain itu, meditasi, olahraga, Yoga, dan pembatasan asupan kafein juga sangat dianjurkan bagi penderita fobia spesifik.
Seperti pada kondisi fobia spesifik lainnya, jika botanophobia tidak diatasi dengan segera, maka hal ini dapat mengganggu kelangsungan hidup penderita.
Aktivitas sehari-hari dapat terganggu karena keengganan penderita untuk keluar ruangan akibat ketakutannya terhadap tanaman [2,3].
Isolasi diri dari lingkungan demi menghindari tanaman berdampak buruk pada hubungan sosialnya dengan orang lain [14].
Tingkat kecemasan dan kepanikan yang terus meningkat tanpa ditangani juga berpotensi menimbulkan keinginan bunuh diri hingga tindakan bunuh diri itu sendiri pada penderita [14].
Fobia spesifik seperti botanophobia sebaiknya ditangani segera ketika tanda awal mulai nampak.
Deteksi dan penanganan dini adalah upaya mencegah risiko komplikasi yang tidak diinginkan.
Namun untuk pencegahan agar botanophobia tidak terjadi, belum diketahui cara pasti untuk hal tersebut.
Tinjauan Tak terdapat cara untuk mencegah botanophobia sepenuhnya, namun dengan deteksi dan penanganan dini, risiko komplikasi yang berbahaya dapat diminimalisir.
1. Emmanuella Ekokotu. Botanophobia – The Fear of Plants. Know Your Phobia; 2020.
2. Jacob Olesen. Fear of Plants Phobia – Botanophobia. Fear Of; 2016.
3. Psych Times Staff. Botanophobia (Fear of Plants). Psych Times; 2020,
4. William W Eaton, O Joseph Bienvenu, & Beyon Miloyan. Specific phobias. HHS Public Access; 2020.
5. René Garcia. Neurobiology of fear and specific phobias. Learning Memory; 2017.
6. Chandan K. Samra & Sara Abdijadid. Specific Phobia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
7. Anonim. Specific Phobias. Perelman School of Medicine University of Pennsylvania; 2020.
8. James C. Ballenger, M.D. Anxiety and Depression: Optimizing Treatments. The Primary Care Companion to the Journal of Clinical Psychiatry; 2000.
9. Jeffrey Guina & Brian Merrill. Benzodiazepines I: Upping the Care on Downers: The Evidence of Risks, Benefits and Alternatives. Journal of Clinical Medicine; 2018.
10. Muhammad Hasbi & Elmeida Effendy. Hypnotherapy: A Case of Anxiety Person Who Doesn’t Want to Use Medication. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences; 2019.
11. Josefien J. F. Breedvelt, Yagmur Amanvermez, Mathias Harrer, Eirini Karyotaki, Simon Gilbody, Claudi L. H. Bockting, Pim Cuijpers, & David D. Ebert. The Effects of Meditation, Yoga, and Mindfulness on Depression, Anxiety, and Stress in Tertiary Education Students: A Meta-Analysis. Frontiers in Psychiatry; 2019.
12. Elizabeth Aylett, Nicola Small, & Peter Bower. Exercise in the treatment of clinical anxiety in general practice – a systematic review and meta-analysis. BioMed Central Health Services Research; 2018.
13. Gareth Richards & Andrew Smith. Caffeine consumption and self-assessed stress, anxiety, and depression in secondary school children. Journal of Psychopharmacology; 2015.
14. Kate H. Bentley, Joseph C. Franklin, Jessica D. Ribeiro, Evan M. Kleiman, Kathryn R. Fox, & Matthew K. Nock. Anxiety and its disorders as risk factors for suicidal thoughts and behaviors: A meta-analytic review. HHS Public Access; 2016.