Ada sebuah periode waktu di mana seseorang akan merasa kurang energik atau harus berjuang untuk sekadar menemukan motivasi. Hal ini wajar saja terjadi, jika terjadinya sesekali dan tidak berlanjut lagi [1].
Namun, jika hal ini terjadi berulang kali dan dalam kurun waktu yang lama, maka melihatnya dari sudut pandang berbeda mungkin harus dilakukan [1].
Khususnya jika, rasa malas muncul hingga membuat kesulitan untuk merasa terinsipasi melakukan banyak hal [1].
Rasa malas ini berbeda dengan depresi, walaupun sekilas mungkin terlihat mirip satu sama lain. Rasa malas sendiri cenderung sebagai penentuan pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan depresi adalah suatu kondisi medis [2].
Dalam penanganannya pun berbeda, jika depresi cenderung membutuhkan pengobatan medis, rasa malas sebaliknya. Adapun berikut ini merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa malas [3, 4]:
Daftar isi
Tujuan yang realistis akan membantu orang untuk menyelesaikannya dengan tanpa harus memaksakan diri. Sebaliknya, jika tujuan yang ditetapkan tidak realistis atau misal terlalu tinggi maka usaha yang dibutuhkan kadang akan sangat berlebihan.
Profesional medis mengungkapkan bahwa, kelelahan kerja mungkin dapat menyebabkan kehilangan minat dan motivasi, bahkan ada juga yang berkeinginan unttuk melarikan diri dari pekerjaan tersebut.
Meskipun hal ini bukan diagnosis klinis, namun umumnya yang terjadi seperti itu. Dengan memaksakan diri menyelesaikan sesuatu yang tidak realistis, seseorang kemudian dapat kehilangan minat atau bahkan malas melakukan pekerjaan tersebut kembali.
Oleh karena itu, menetapkan tujuan atau hasil akhir pekerjaan yang realistis akan sangat membantu mengatasi rasa malas yang muncul. Selain itu, memastikan diri agar tidak telalu memaksakan diri dalam menyelesaikan pekerjaan juga sangat perlu untuk dilakukan.
Perfeksionisme memang baik, bahkan sangat baik untuk menghasilkan pekerjaan yang bisa dikatakan sempurna. Namun, perfeksionisme ini dapat juga berdampak negatif ketika dilakukan secara berlebihan, khususnya bagi kondisi psikologis.
Mengingat, perfeksionisme ini secara tidak sadar, mau tidak mau, akan menyebabkan seseorang terlalu kritis dalam menilai diri sendiri atau orang lain. Bahkan, hal ini dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan.
Pada penelitian dalam skala kecil, ditemukan bahwa perfeksionisme ini berkaitan erat dengan penghindaran pada stressor. Artinya, seseorang akan mulai memiliki rasa malas melakukan pekerjaan yang tidak bisa diselesaikannya sebagaimana harapan perfeksionismenya.
Oleh karena itu, untuk mengatasi rasa malas, mengatasi rasa malas melakukan sesuatu, mengurangi perfesionisme adalah hal yang tepat untuk dilakukan.
Seseorang mungkin akan cenderung gagal menyelesaikan sesuatu jika telah melakukan self talk negatif pada dirinya sendiri.
Contohnya, seseorang yang mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia adalah pemalas atau pasti tidak mungkin bisa menyelesaikan, maka dirinya akan cenderung kehilangan motivasi untuk melakukan sesuatu.
Oleh karena itu, untuk mengatasi rasa malas, seseorang disarankan untuk melakukan self talk positif. Contohnya, jika memang tujuannya sulit dicapai, jangan pernah mengatakan bahwa “itu susah, pasti tidak bisa” namun katakanlah “saya akan melakukan yang terbaik untuk bisa mencapainya”.
Perencanaan yang matang akan membuat proses menyelesaikan sesuatu menjadi lebih mudah sehingga tidak perlu terlalu memaksakan diri tentunya.
Siapkan juga rencana cadangan jika rencana utama tidak berjalan sesuai dengan perkiraan. Mengingat, masalah yang timbul dan mengganggu rencana umumnya dapat menyebabkan seseorang berhenti dan bahkan malas melanjutkan langkah lagi.
Kekuatan masing-masing orang berbeda-beda, dan mengetahui kekuatan diri sendiri akan sangat bermanfaat nantinya. Oleh karena itu, dalam upaya menyelesaikan sesuatu, meluangkan waktu untuk memikirkan kekuatan apa yang dimiliki adalah hal yang harus dilakukan.
Setelah mengetahui kekuatan yang dimiliki, pastikan untuk menerapkannya pada saat menyelesaikan suatu tujuan. Padahal kekuatan ini merupakan hal penting untuk memilih cara apa yang cocok dilakukan untuk menyelesaikan tujuan tersebut.
Hasil dari penelitian juga menunjukkan bahwa, fokus pada kekuatan yang dimiliki akan dapat meningkatkan produktivitas, motivasi dan keterlibatan dalam pekerjaan.
Memberikan apresiasi pada diri sendiri tidak harus menunggu dari orang lain, melainkan dapat dilakukan pada diri sendiri.
Mengapresiasi diri sendiri merupakan hal yang dapat membantu memunculkan motivasi diri dalam melakukan langkah selanjutnya untuk mencapai tujuan.
Jika perlu, buatlah catatan terkait segala hal positif yang telah dicapai selama ini. Kemudian tempelkan pada meja kerja atau dashboard komputer kerja.
Jika dilakukan, hal ini akan sangat bermanfaat untuk mengatasi rasa malas yang nanti mungkin akan timbul.
Meminta bantuan bukanlah tanda bahwa seseorang lemah atau tidak mampu melakukannya sendirian. Hanya saja, suatu saat setiap orang akan sampai pada titik di mana bantuan itu akan membuatnya semakin mampu melalui permasalahannya.
Terlalu keras kepala hingga memaksakan diri tidak meminta bantuan hanya akan berakibat fatal, seperti kegagalan contohnya.
Perlu diketahui bahwa, penelitian menunjukkan hasil bahwa seseorang yang tidak mau meminta bantuan pada orang lain cenderung memiliki tidak puas dengan hasil kerjanya.
Sebaliknya, dengan meminta bantuan, sebenarnya seseorang dapat meningkatkan peluang untuk sukses atau berhasil mencapai tujuannya dengan penuh motivasi. Sehingga rasa malas pun akan dapat teratasi, karena tidak berjuang seorang diri, melainkan ada rekan yang siap membantu menggapai sukses bersama.
Gangguan dalam hal ini tidak selalu gangguan yang menyebalkan atau tidak disukai. Sebaliknya, gangguan yang merepotkan adalah gangguan yang berasal dari hal-hal yang disukai.
Gangguan yang disukai ini misalnya yaitu bermain media sosial, bermain dengan hewan peliharaan, bermain game atau sekadar melakukan swafoto. Hal-hal ini disebut gangguan karena umumnya akan menghambat kinerja dan membuang-buang waktu berharga.
Jika sudah larut dalam gangguan ini, umumnya seseorang akan malas untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Jika demikian, maka jangan kata tujuan yang ditetapkan, langkah yang telah direncanakan tidak akan tercapai.
Untuk mengatasi rasa malas yang muncul akibat larut dalam gangguan tersebut, maka sebaiknya memberikan batasan yang jelas.
Misalnya, jika seseorang hobi atau senang melakukan swafoto atau kegiatan lain menggunakan telepon genggamnya, maka sebaiknya menjauhkan benda itu sementara waktu, khususnya ketika bekerja.
Tidak bisa dipungkiri bahwa, seseorang akan cenderung lebih malas jika harus melakukan pekerjaan yang tidak disukai atau membosankan.
Misalnya saja, seorang akuntan suatu waktu mungkin akan mengalami kebosanan ketika sedang memeriksa data-data laporan keuangan yang berisi banyak angka-angka hingga rasa malas melanjutkan pun muncul juga.
Untuk mengatasinya, lakukan hal menyenangkan yang tidak mengganggu konsentrasi pekerjaan, seperti mendengarkan musik. Dengan demikian, pekerjaan yang membosankan sekalipun akan terasa sedikit lebih menyenangkan.
Seseorang menyelesaikan pekerjaan tertentu, tentu memiliki harapan akan memperoleh imbalan sebagaimana yang diinginkannya.
Misalnya, pekerja yang kinerjanya tinggi umumnya mengharapkan gaji yang lebih tinggi atau bahkan bonus promosi.
Seorang pelajar SMA yang belajar dengan giat, tidak lain adalah untuk bisa lulus dengan nilai baik dan diterima di perguruan tinggi ternama.
Mengingat hal baik yang ingin dicapai sangat penting untuk mengatasi rasa malas yang mungkin muncul ditengah proses menyelesaikan sesuatu.
Rasa malas ternyata dapat diatasi dengan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan berprotein tinggi. Lalu, apa hubungannya rasa malas dengan makanan berprotein tinggi?
Jadi begini, ada beberapa kandungan gizi pada makanan yang dapat meningkatkan energi dan menjaga stabilitas gula. Dengan kata lain, kandungan gizi ini dapat membuat seseorang cenderung tidak mudah lesu dan malasa.
Kandungan gizi yang dimaksud tersebut, salah satunya yaitu protein. Asupan protein ini dapat diperoleh dengan mengonsumsi makanan yang mengandung protein seperti [3]:
Jika makanan dengan protein yang tinggi sangat disarankan untuk dikonsumsi agar tidak malas, maka makanan yang manis dan tinggi lemak justru dilarang atau harus dihindari.
Mengingat, makanan ini dapat menguras energi karena lambat dicerna. Selain itu, makanan manis dan tinggi lemak umumnya juga dapat menyebabkan kenaikan atau lonjakan gula darah.
Sedangkan gula darah harus stabil agar seseorang tidak lesu atau malas. Oleh karena itu, konsumsi makanan manis dan tinggi lemak berikut ini harus dihindari [3]:
Olahraga ternyata tidak hanya baik untuk menjaga kesehatan tubuh, namun juga dapat menjada salah satu cara paling efektif untuk mengatasi rasa malas.
Olahraga dalam hal ini tidak perlu dilakukan dengan olahraga yang keras dan lama, namun cukup dengan gerakan sederhana dalam hitungan menit saja.
Dengan melakukan olahraga, seseoraang mungkin akan dapat meningkat energinya, dan membaik suasana hatinya. Dengan demikian, rasa malas dan kecemasannya akan hilang, serta terdorong untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
Kualitas istirahat dan tidur juga dapat mempengaruhi semangat seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Jika seseorang kurang tidur atau istirahat maka tubuhnya mungkin akan cenderung lebih mudah lesu dan rasa malas bisa juga muncul.
Untuk mengatasinya, memberikan waktu tidur dan istirahat yang cukup adalah hal yang perlu dilakukan. Lakukanlah hal-hal yang dapat membuat tidur malam hari menjadi nyenyak, agar esok hari bangun dengan lebih semangat.
Stres tidak bisa dipungkiri juga dapat menimbulkan dampak negatif pada diri, khususnya menimbulkan rasa lelah baik secara mental maupun fisik.
Dengan demikian, seseorang yang stres mungkin akan cenderung lelah mental dan fisik untuk melakukan sesuatu, hingga menjadi pemalas.
Cara mengatasi rasa malas yang timbul tidak lain harus dilakukan dengan memperbaiki suanana hati agar stresnya mereda.
Jika stresnya berkurang dan suasana hatinya lebih baik maka seseorang akan memiliki energi yang meningkat hingga mendorongnya agar semangat menyelesaikan pekerjaan. Adapun stres ini dapat dihilangkan dengan melakukan yang menyenangkan atau hal yang disukai.
Konsumsi air minum yang cukup ternyata dapat membantu mengatasi rasa malas yang mungkin ditimbulkan ketika menyelesaikan suatu pekerjaan.
Mengingat, tingkat energi dan fungsi otak akan meningkat jika tubuh terhidrasi dengan baik. Dan salah satu cara paling efektif agar tubuh terhidrasi dengan baik yaitu dengan konsumsi air.
Konsumsi air, walau hanya beberapa teguk saja mungkin dapat mengembalikan segarnya tubuh dan otak.
Dengan berhenti merokok, seseorang akan dapat meningkatkan energi, sistem kekebalan tubuh dan menurunkan risiko beberapa kondisi serius.
Dengan berhenti merokok, seseorang mungkin akan lebih bersemangat menjalani hidupnya sehingga selamat tinggal untuk rasa malas.
Partner atau rekan akan sangat membantu dalam mencapai tujuan dan tentu saja akan sangat membantu mengurangi rasa malas yang mungkin akan timbul ditengah perjuangan.
Mencari rekan dengan tujuan yang sama akan sangat menjadi sumber energi positif yang mengalahkan rasa malas.
Namun, jika pekerjaan harus dilakukan sendiri, maka mungkin seseorang dapat menjadi rekan secara tidak langsung, walaupun bukan untuk menyelesaikan pekerjaan, namun rekan tersebut dapat menjadi pemberi dukungan yang luar biasa.
Karena, walaupun hanya sekadar kata-kata dukungan, atau ucapan kepedulian, ternyata cukup menjadikan seseorang untuk lebih termotivasi lagi.
Orang-orang dengan motivasi yang tinggi umumnya akan memberikan sekelilingnya dampak sebagaimana sifatnya, yaitu optimis dan sangat termotivasi.
Sebaliknya, jika seseorang berada dilingkungan orang-orang yang malas, maka kemungkinan besar orang tersebut juga akan menjadi pesimistis.
Oleh karena itu, usahakan untuk berada di kalangan orang-orang dengan motivasi tinggi, agar diri sendiri dapat ikut menjadi termotivasi.
Tidak ada yang bisa mengontrol rasa malas, kecuali dirinya sendiri. Dalam hal ini, jika seseorang ingin mengatasi rasa malasnya, hal pertama yang harus dilakukan tidak lain adalah menciptakan keinginan yang kuat untuk berubah.
Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan membuat alarm kesadaran. Misalnya, ketika rasa malas muncul, lebih senang bermain-main dengan media sosial, seseorang harus tahu kapan harus berhenti dan kembali fokus lagi.
Rasa malas ini secara umum ada juga yang ditimbulkan oleh kondisi mental dan kondisi medis tertentu. Konsultasi dengan dokter mungkin akan sangat membantu untuk menemukan cara mengatasi yang tepat, khususnya jika [3]:
Adapun perbedaan rasa malas akibat kondisi mental dan kondisi medis ini dapat dijelaskan sebagai berikut [3]:
Rasa malas mungkin merupakan salah satu gejala dari kondisi kesehatan mental yang terganggu seperti [3]:
Yang disebut rasa malas dalam hal ini sebenarnya merupakan gejala kondisi mental yang terganggu dalam bentuk kurangnya motivasi, kelelahan kronis dan penarikan diri dari pergaulan.
Kondisi medis tertentu mungkin juga dapat menimbulkan gejala berupa rasa malas atau lebih mudah lelah karena perubahan tingkat energi. Selain itu, kondisi medis berikut ini mungkin juga dapat mencegah fungsi tubuh berperan sebagaimana seharusnya [3]:
1. Jodi Clarke & David Susman Ph.D. How to Stop Being Lazy. Verywellmind; 2021.
2. Anonim. What’s the Difference Between Being Lazy or Depressed?. Neurospatms; 2021.
3. Adrienne Santos-Longhurst & Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. 17 Healthy and Practical Ways to Break Out of Laziness. Healthline; 2019.
4. Jayson DeMers. Why Am I Lazy? 15 Ways to Stop Being Lazy and Unmotivated. Lifehack; 2021.