Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Segala sesuatu yang ditelan melalui mulut dapat membatalkan puasa, termasuk obat-obatan oral. Bulan Ramadan dapat menjadi tantangan bagi penderita penyakit diabetes, dimana berpuasa dalam waktu panjang
Berpuasa di bulan Ramadan adalah wajib bagi semua Muslim yang sudah dewasa, sehat secara mental dan mampu secara fisik. Namun, beberapa golongan termasuk ke dalam yang mendapat keringanan, termasuk yang tidak bisa menjalankan berpuasa dengan aman, misalnya orang lanjut usia dan yang mengidap beberapa penyakit kronis.
Meskipun demikian, tidak sedikit penderita penyakit kronis yang tetap ingin berpuasa. Pada kasus seperti ini, mereka perlu berkonsultasi lebih dulu dengan dokter agar obat rutin yang diminum bisa disesuaikan jadwalnya antara waktu berbuka dan sahur.
Daftar isi
Salah satu pertanyaan berkaitan dengan obat yang sering ditanyakan menjelang bulan puasa adalah, apa saja yang boleh digunakan di siang hari tanpa membatalkan puasa.
Berikut adalah jenis-jenis obat yang tidak membatalkan puasa: [1, 2, 3]
Selain jenis-jenis obat diatas, termasuk yang harus ditelan atau obat oral, akan membatalkan puasa.
Penting bagi orang yang harus minum obat rutin untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mulai berpuasa, karena perlu dilakukan penyesuaian pada dosis, jadwal, bahkan mungkin jenis obat yang harus diminum selama bulan puasa.
Untuk obat jenis ini, dokter biasanya akan mengganti formula atau dosis obat yang digunakan agar bisa diminum satu atau dua kali saja dalam sehari, pada saat sahur dan berbuka.
Penyakit yang perlu penyesuaian seperti ini termasuk beberapa kondisi kronis, yaitu Parkinson, gangguan tiroid serta penyakit jantung.
Untuk penyakit jangka pendek yang sedang diobati, misalnya antibiotik untuk infeksi atau NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drugs) yang digunakan untuk mengatasi nyeri, dokter akan meresepkan obat yang dosisnya cukup diminum satu kali sehari.
Obat rutin ini disarankan diminum saat berbuka puasa dan/atau saat sahur, tergantung dari dosis yang diresepkan dokter. Jika pasien harus minum obat diuretik, maka sebaiknya diminum bersama dengan makan malam setelah berbuka atau sekitar dua jam setelah berbuka puasa. [1, 2]
Jika dokter meresepkan obat beta-blocker (misalnya metoprolol, carvediol, bisoprolol) maka harus diminum ketika perut dalam keadaan kosong, yaitu tepat saat berbuka puasa. [2]
Pasien juga harus menghindari herbal yang bisa meningkatkan tekanan darah, seperti jahe dan ginseng, serta yang menurunkan tekanan darah, misalnya bawang putih.
Orang yang menderita asma yang cukup berat dan mudah terpicu oleh berbagai faktor biasanya harus menggunakan inhaler, dan obat jenis ini tidak membatalkan puasa.
Penting bagi penderita asma berat untuk berkonsultasi lebih dulu dengan dokter sebelum membuat perubahan atas jadwal penggunaan obat selama bulan puasa. Jangan berhenti minum obat tanpa membicarakannya lebih dulu dengan dokter.
Bila harus minum obat oral, dokter mungkin akan mengganti resep obat yang formulanya bersifat pencegahan jangka panjang sehingga bisa diminum saat sahur dan/atau berbuka puasa. Ini juga termasuk menggunakan inhaler yang sifatnya pencegahan (preventer inhaler).[3]
Jika obat asma tidak diminum sesuai anjuran, maka risiko terkena serangan asma di siang hari saat berpuasa akan lebih tinggi. Selalu bawa inhaler untuk meredakan asma. [2, 3]
Sebelum mulai berpuasa, minum banyak air putih saat sahur untuk mencegah saluran nafas menjadi terlalu kering di siang hari, yang bisa membuat asma menjadi lebih parah.
Obat untuk mengatasi kolesterol tinggi atau hyperlipidemia biasanya hanya perlu diminum satu kali sehari, sehingga pasien bisa memilih apakah akan diminum saat malam menjelang tidur atau ketika berbuka puasa. [2]
Hindari mengonsumsi jus grapefruit bersamaan dengan obat yang mengandung statins, misalnya atorvastatin, karena bisa mengganggu penyerapan obat dalam tubuh.
Pasien dengan kondisi semacam epilepsi harus berkonsultasi dengan dokter sebelum berpuasa untuk menyesuaikan jadwal minum obatnya.
Obat epilepsi biasanya diminum satu atau diua kali sehari karena efeknya bersifat jangka panjang. Obat ini bisa diminum saat sahur dan/atau berbuka puasa.
Jika pasien mengalami serangan epilepsi di siang hari, maka puasanya harus segera dibatalkan.
Diabetes adalah salah satu kondisi kesehatan yang paling penting untuk diperhatikan manajemen obatnya selama bulan puasa. Bagi mereka yang termasuk ke dalam diabetes risiko tinggi, dokter biasanya tidak menyarankan untuk berpuasa.
Tetapi, pada kenyataannya, hampir 86% penderita diabetes tipe 2 dan 43% pasien diabetes tipe 1 tetap menjalankan ibadah puasa. Untuk itu, konsumsi obat mereka harus dilakukan dengan pengawasan dari dokter. [1, 4]
Tergantung dari jenis obat yang harus diminum masing-masing pasien, berdasarkan kondisi diabetesnya, obat bisa diminum saat buka puasa, saat sahur, atau di kedua waktu tersebut. [4]
Pasien tidak boleh mengganti jadwal minum obatnya sendiri tanpa konsultasi karena bisa berisiko mengalami hipoglikemia berat saat berpuasa di siang hari. Selain itu, menu makanan penderita diabetes saat berpuasa juga harus diperhatikan dengan baik.
1. Kelly Grindrod, BScPharm, ACPR, PharmD, MSc., Wasem Alsabbagh, BScPharm, PhD. Managing medications during Ramadan fasting. Canadian Pharmacists Journal; 2017.
2. Qatar University Team. Medications in Ramadan. Qatar Univesity Health Clinic.
3. The Asthma UK Team. Fasting and asthma; Here’s what you need to know to look after your asthma if you’re fasting for religious or other reasons. The Asthma UK and British Lung Foundation; 2019.
4. Lida Faroqi. Treating Patients During Ramadan. Stanford Medicine, Department of Medicine News.