Di Indonesia, Cincau telah dikenal sebagai makanan pelengkap dalam makanan dan minuman. Selain sebagai makanan, bentuk tanaman segarnya dapat digunakan sebagai tanaman herbal yang memiliki sejumlah manfaat untuk kesehatan.
Daftar isi
Daun cincau merupakan tanaman asli Indonesia, daunnya mengandung berbagai senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan. Tanaman ini dapat menghasilkan cincau berbentuk agar-agar yang dapat digunakan sebagai sumber pangan fungsional.
Tanaman ini berasal dari Asia Tenggara terutama Indonesia yaitu daerah Jawa, Sumatra dan Sulawesi [3].
Cincao adalah tanaman anggota suku Menispermaceae. Tanaman ini memiliki nama lain seperti camcao (Jawa), camcauh (Sunda), juju, kepleng, krotok, tahulu, tarawalu, telor dan terung kemau (Melayu) [1].
Di indonesia, ada empat jenis cincau yang dikenal oleh masyarakat yaitu [1,3]:
Namun, cincau hijau lebih banyak digemari dan digunakan karena bentuknya yang lebih tipis dan lemas sehingga lebih mudah untuk diproses menjadi gelatin atau agar-agar.
Agar-agar dari cincau ini sering dijadikan sebagai makanan pelengkap. Cincau memiliki rasa yang kenyal karena memiliki kandungan hidrokoloid [1,11].
Bagian yang biasanya digunakan untuk herbal dari tanaman cincau adalah daun dan akarnya. Akar cincau memiliki rasa yang pahit. Cincau memiliki bau yang khas akibat komponen volatil yang terkandung di dalam daunnya [10].
Berikut merupakan karakteristik yang dimiliki oleh tanaman cincau [1]:
Tanaman cincau sering ditemukan tumbuh sebagai tanaman liar pada semak belukar dan pinggiran hutan, tetapi ada juga cincau yang bisa dibudidayakan di pekarangan rumah [3].
Cincau hidup merambat atau melilit. Tanaman ini tumbuh subur di dataran yang memiliki ketinggian ± 800 m di atas permukaan laut [3].
Banyak orang mengkonsumsi cincau hijau dan cincau hitam. Daun cincau hitam memiliki komposisi zat gizi per 100 g daunnya adalah sebagai berikut [11]:
Komposisi Gizi | Jumlah |
Energi | 122 kkal |
Protein | 6 g |
Lemak | 1 g |
Karbohidrat | 26 g |
Kalsium | 100 mg |
Fosfor | 100 mg |
Besi | 3.30 mg |
Vitamin A | 10750 SI |
Vitamin B1 | 80 mg |
Vitamin C | 17 mg |
Air | 66 g |
Bahan yang dapat dicerna | 40 % |
Sedangkan, untuk daun tanaman cincau hijau mengandung beberapa senyawa sebagai berikut [3]:
Jenis Senyawa | Jumlah (%) |
Air | 66,3 – 74,5 |
Protein | 2,4 – 2,7 |
Karbohidrat | 8,4 – 8,9 |
Serat Kasar | 6,2 – 6,7 |
Lemak | 0,4 – 0,5 |
Senyawa lain yang terdapat di dalam cincau hijau yaitu [1,2,3]:
Walau tidak digunakan sesering daunnya, akar cincau hijau juga memiliki zat yang bermanfaat untuk kesehatan seperti [3,5]:
Selain digunakan sebagai agar-agar, tanaman cincau ternyata memiliki sejumlah manfaat yang baik bagi kesehatan. Berikut adalah beberapa manfaat tanaman cincau untuk kesehatan:
Daun cincau mengandung senyawa polifenol dan flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan dapat melawan radikal bebas dan melindungi dari sinar UV [1].
Asap rokok yang dihirup oleh perokok dapat menimbulkan radikal bebas, kelebihan produksi radikal bebas atau oksigen yang reaktif (ROS) diketahui dapat merusak sperma dan menyebabkan infertilitas [1].
Penelitian membuktikan bahwa daun cincau ternyata dapat meningkatkan motilitas sperma pria di akibatkan kandungan antioksidan yang dimiliki oleh flavonoid dan juga polifenol yang ternyata ada di dalam kandungan ekstrak daun cincau [1].
Ekstrak daun cincau hijau ternyata terbukti dan ampuh mencegah kanker. Ini di karenakan daun cincau memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks dan kanker darah Chronic Myeeloid Leukimia (CML) [3].
Pada kanker, terjadi peningkatan jumlah radikal bebas yang disebabkan oleh inflamasi kronis, kemoterapi ataupun dari aktivitas sel kanker itu sendiri. Pemberian antioksidan dapat menekan pertumbuhan sel kanker dan bertindak sebagai kemoprotektif [3].
Antioksidan alkaloid, polifenol, karatenoid dan klorofil dalam ekstrak daun cincau dapat mengendalikan H2O2 (hidrogen peroksida) dan radikal bebas lain [3].
Kandungan flavonoid pada ekstrak daun cincau hijau dapat menghambat aktivitas lipoxygenase (LOX), enzim yang berperan dalam terjadinya inflamasi (peradangan) [4].
Flavonoid menghambat aktivitas enzim tersebut dengan cara mendonorkan elektron yang menyebabkan penurunan aktivitas dari tempat enzim lipoxygenase bekerja [4].
Esktrak dari akar cincau hijau dilaporkan memiliki aktivitas anti-malaria. Lima senyawa alkaloid bisbenzylisoquinoline yang terkandung di dalamnya mampu menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum, parasit penyebab penyakit malaria [5].
Masyarakat telah sejak lama menggunakan cincau hijau sebagai peningkat daya tahan tubuh. Ekstrak tanaman ini mengandung senyawa antioksidan alami seperti terpenoid, flavonoid, fenolik dan tannin yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh (immunomodulator) [1].
Saat ini, terapi pengobatan berbasis pangan menjadi salah satu alternatif untuk mengontrol tekanan darah.
Kandungan flavonoid dalam cincau hijau dapat memberikan efek vasodilatasi terhadap pembuluh darah sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Selain itu, flavonoid dapat melindungi jantung dan menurunkan kekakuan arteri [6].
Cincau hitam juga memiliki kandungan asam kafeat (turunan fenol) yang berperan aktif dalam menurunkan tekanan darah melalui mekanisme pada sistem kerja simpatolitik [6].
Kandungan flavonoid dalam cincau dapat memberikan perlindungan (efek kardioprotektif) terhadap fungsi endotel jantung dan menghambat terjadinya pembekuan darah, sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya jantung koronen dan penyakit kardiovaskular [6].
Kandungan bioaktif yang terdapat di dalam cincau hijau dapat membantu mempercepat pembentukan urin (diuretik). Diuretik bermanfaat dalam pengobatan penyakit yang mengalami retensi abnormal garam dan air dalam ginjal seperti hipertensi [6].
Senyawa yang diduga berpengaruh pada aktivitas diuretik adalah flavonoid dan tannin. Diuretik juga menyebabkan ginjal mampu mengeluarkan racun dan produk buangan dari tubuh dengan cepat [6].
Infusi dari cincau hijau dapat melindungi lambung dari iritasi yang diakibatkan oleh obat-obatan NSAID (non steroidal anti inflammation drugs) seperti aspirin [7].
Ekstrak etanol dari cincau hitam telah terbukti memiliki sifat hepatoprotektif dan mencegah kerusakan sel-sel hati akibat penggunaan obat paracetamol dalam dosis yang tinggi dan jangka waktu yang lama [8].
Makrofag merupakan sel yang berperan ketika terjadi inflamasi, sel ini akan membersihkan benda asing yang ada pada luka. Ekstrak daun cincau hijau yang diaplikasikan secara topikal mengandung senyawa antioksidan dan flavonoid.
Kedua senyawa tersebut dapat menekan ekspresi IL-1 dan meningkatkan migrasi makrofag. Meningkatnya jumlah makrofag dapat mempercepat penyembuhan luka karena adanya eliminasi jaringan yang nekrosis [9].
Daun cincau hijau juga mengandung polisakarida pektin hidrofilik yang mampu memperbaiki kelembapan permukaan tempat terjadinya luka dan memfasilitasi makrofag untuk bermigrasi ke tempat luka [9].
Biofilm adalah sekumpulan bakteri yang ditutupi oleh matriks polimer dan menempel pada permukaan. Biofilm ini berperan penting dalam menyebabkan berbagai infeksi pada manusia [14].
Kandungan flavonoid yang terkandung di dalam ekstrak daun cincau hijau dilaporkan dapat menghambat pembentukan biofilm pada beberapa bakteri patogen seperti Salmonella typhi dan Escherichia coli [12].
Daun cincau hijau sering digunakan untuk mengobati diare, sakit perut, demam, hipertensi, sariawan, mencegah penyakit degeneratif serta mengatasi keracunan [4].
Tanaman cincau merupakan tanaman yang kaya akan flavonoid sebagai sumber antioksidan. Flavonoid jika dikonsumsi secara berlebihan dan dalam dosis yang sangat tinggi dapat menjadi karsinogenik [13].
Hingga saat ini belum ditemukan adanya efek samping yang berbahaya dari penggunaan tanaman cincau. Meski begitu, diharapkan untuk mengkonsumsi tanaman ini secara hati-hati dan tidak berlebihan.
Beberapa cara bentuk pengolahan cincau hijau sebagai minuman herbal adalah sebagai berikut [11]:
Daun cincau dibersihkan, kemudian direbus dengan sejumlah air dalam waktu tertentu. Setelah itu airnya disaring dan dikonsumsi.
Daun cincau segar dibersihkan, setelah itu diseduh dengan air panas (100 °C) dan didiamkan selama 5 – 10 menit untuk kemudian dikonsumsi.
Daun cincau dengan berat setara dengan ± 6 buah tea bag disiapkan dan dilakukan perendaman (maserasi) dengan ± 200 g air dingin selama 12 jam di suhu ruang. Kemudian dipanaskan selama 1 menit dan didapatkan ekstrak daun cincau yang siap dikonsumsi.
Minuman herbal daun cincau ini memiliki banyak efek kesehatan. Selain itu, cincau juga bisa dimanfaatkan dalam bentuk agar-agar ataupun makanan menyehatkan seperti berikut:
Daunnya diremas dan dicampur dengan air matang. Air campuran tersebut akan bewarna hijau. Setalahnya campuran disaring dan dibiarkan mengendap, akan dihasilkan lapisan agar-agar.
Cincau hijau akan menghasilkan agar-agar berwarna hijau dan cincau hitam menghasilkan agar-agar berwarna hitam.
Agar agar ini digunakan sebagai makanan pelengkap dalam makanan atau minuman. Rasanya kenyal dan menyegarkan. Agar-agar cincau dipercaya oleh masyarakat sebagai obat penurun panas, rasa mual dan penurun tekanan darah tinggi.
Disiapkan daun cincau hijau yang telah matang, gula putih dan air. Daun cincau direndam dengan air pada suhu ruang selama 10 menit, bilas dengan air bersih. Potong daunnya menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian blender daun cincau hijau, gula putih dan air.
Hasil blender kemudian disaring sebanyak dua kali dan tuang hasil saringan ke dalam wadah. Masukkan ke dalam lemari es hingga dessert siap dikonsumsi. Dessert ini dapat meredakan gangguan pencernaan.
Saat ini, ketersediaan tanaman cincau semakin langka sehingga penanganan pasca panen harus dilakukan secara hati-hati agar mutunya dapat dipertahankan. Berikut cara penyimpanan untuk cincau [10]:
Cincau merupakan tanaman herbal yang memiliki kandungan antioksidan seperti flavonoid dan vitamin C tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan.
1. Jihan Nurlela. The Effect of Leaf Green Grass Jelly Extract (Cyclea L. Barbata Miers) to Motility in Mice Balb/C Male that exposed Smoke. 4 (4). J Majority; 2015.
2. Rista Rahayu, Etna Mayasari Taslin & Sumarno. Pembuatan Serbuk Daun Cincau Hijau Rambat “Cyclea barbata L. Miers” Menggunakan Proses Maserasi dan Foam Mat Drying. 2 (4) 24-31. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri; 2013.
3. Sri Yadial Chalid. Pengaruh Ekstrak Cincau Hijau Cyclea Barbata L. Miers terhadap Aktivitas Enzim Superoksida Dismutase dan Katalase pada Mencit C3H Bertumor Kelenjar Susu. 2007.
4. Nadya Febri Handayani, Berna Elya & Nuraini Puspitasari. Cyclea Barbata Leaf Extract: Lipoxygenase Inhibitory Activity and Phytochemical Screening. 10 (1). International Journal of Applied Pharmaceutics; 2018.
5. L Z Lin, H L Shieh, C K Angerhofer, J M Pezzuto, G A Cordell, L Xue, M E Johnson, N Ruangrungsi. Cytotoxic and Antimalarial Bisbenzylisqoquinoline Alkaloids from Cyclea Barbata. 56 (1): 22-9. 1993.
6. Cantika Tara Sabilla & Tri Umiana Soleha. Manfaat Ekstrak Daun Cincau Hijau (Cyclea Barbata L. Miers) sebagai Alternatif Terapi Hipertensi. 5 (4). Majority; 2016.
7. Iskandar muda siregar & isnatin miladiyah. Protective effects of cyclea barbata miers leaves agains aspirin-induced gastric ulcer in mice. Univmed; 2011.
8. Tri dewanti widyaningsih. Hepatoprotective effect of extract of black cincau (mesona palustris BL) on paracetamol-induced liver toxicity in rats. 2013.
9. Dinda Dewi S L I, Wibi Riawan, Ika Setyo Rini, Titin Andri Wihastuti, Ika Fitri Aprillianti, Retty Ratnawati, Handoko Kalim, Karyono Mintareom & Loeki Enggar Fitri. Effects of Ethanol Cincau (Cyclea barbata miers) leaves extract on macrophage migration on burn wound). 12 (5): 167-171. Asian J Pharm Clin Res; 2019.
10. M. Roiyana, E. Prihastanti & K. Kasiyati. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Daun Stephania hernandifolia Walp. terhadap Kualitas Bahan Baku Cincau dan Penerimaan Konsumen. 19 (2): 10-19. Buletin Anatomi dan Fisiologi Sellula; 2012. https://doi.org/10.14710/baf.v19i2.3858
11. Winda Rein Nimas Tasia & Tri Dewanti Widyaningsih. Black Cincau, Pandanus Leaves and Cinnamon Potential as Basic Ingredients of Fuctional Herbal Drink: A Review. 2 (4): 128-136. Jurnal Pangan dan Argoindustri; 2014.
12. Dimes Atika Permanasari, Elly Nurus Sakinah & Ali Santosa. The Activity of Ethanolic Extract of Cyclea barbata Miers as Inhibitor of Bacterial Biofilm Formation of Salmonella typhi. 2 (2). Journal of Agromedicine and Medical Sciences; 2016.
13. Patricia McBroom. Beware of Plant Supplements Called Flavonoids; They Could Make You Sick, Warn UC Berkeley Public Health Expert. Barkeley Edu; 2000.
14. Yolazeniaa, Bestari Jaka Budiman & Dolly Irfandy. Bacterial Biofilm in Chrocic Rhinosinusitis Patients. 1 (2). Jurnal Kesehatan Melayu; 2018.