Semua anak memiliki kebutuhan dasar, misalnya, kebutuhan fisik seperti makanan, tempat tinggal, air, pakaian, dan sebagainya. Selain kebutuhan fisik yang mendasar, anak-anak juga memiliki kebutuhan emosional, termasuk perawatan dan perhatian.
Kadang-kadang, orangtua bisa memenuhi kebutuhan fisik anak namun tidak kebutuhan emosionalnya. Kita mengenalnya sebagai kurang perhatian. Jenis pengabaian seperti ini bisa memberikan dampak jangka panjang maupun pendek.
Daftar isi
Untuk memahami seperti apa bentuk kurang perhatian orangtua terhadap anak, beberapa karakteristik parenting berikut ini bisa menjadi ciri-cirinya: [1]
Penjagaan orangtua terhadap anak memiliki dua dimensi: respon dan permintaan. Orangtua yang kurang perhatian kurang membangun kedua dimensi ini.
Artinya, orangtua kurang responsif atas kebutuhan emosional anak serta juga tidak pernah menuntut apa-apa dari anak. Mereka jarang membuat aturan yang harus dipatuhi anak serta tidak memberikan bimbingan mengenai tingkah laku yang diharapkan.
Jika anak berulangkali diabaikan saat ia datang pada orangtuanya untuk mendapatkan dukungan emosional, ia akan merasa kebutuhannya tidak penting lalu akhirnya akan berhenti meminta tolong pada orangtuanya.
Gejala terjadinya pengabaian kebutuhan emosional pada anak bisa beragam mulai dari yang halus hingga yang jelas-jelas tampak. Sebagian besar kerusakan akibat kurangnya perhatian orangtua pada awalnya mungkin tidak terlihat, namun seiring waktu akan semakin jelas.
Gejala-gejala yang paling umum termasuk: [1, 2]
Ciri-ciri anak yang kurang mendapat perhatian juga bisa tampak di sekolah, misalnya:
Cara pengasuhan orangtua akan mempengaruhi kemampuan akademis anak. Anak-anak yang kurang mendapat perhatian biasanya rendah kemampuannya di hampir seluruh aspek kehidupan. Mereka cenderung kurang mampu dalam hal kognisi, keterikatan dengan orang lain, serta tidak memiliki skill emosional dan sosial yang cukup.
Kurangnya batasan di rumah membuat anak-anak yang kurang perhatian sulit untuk memahami tingkah laku dan sikap yang layak di lingkungan sosial. Ini sebabnya mereka cenderung bandel.
Memasuki usia remaja atau dewasa muda, anak-anak yang kurang perhatian memiliki kemungkinan untuk melakukan percobaan bunuh diri serta terlibat masalah seksual (misalnya prostitusi dan kehamilan di luar nikah). [5]
Anak-anak yang kebutuhan emosionalnya terabaikan bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang harus menghadapi konsekuensinya. Karena kebutuhan emosional mereka tidak terpenuhi saat masih kanak-kanak, mereka mungkin akan kesulitan memahami cara menghadapi berbagai emosi yang timbul saat sudah dewasa.
Dampak yang paling umum terjadi pada orang dewasa yang saat masa kanak-kanaknya kurang perhatian termasuk: [1, 2, 5]
Orang dewasa yang saat kecil kurang perhatian orangtua juga memiliki kemungkinan untuk menjadi orangtua yang kurang perhatian pada anaknya. Karena mereka tidak pernah belajar tentang pentingnya emosi mereka secara pribadi, mereka kemudian menjadi tidak tahu bagaimana cara merawat emosi anak-anaknya kelak.
Seperti yang telah disebutkan diatas, anak-anak yang kurang mendapat perhatian memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berbagai permasalahan secara fisik maupun mental. Namun, tidak semua anak yang diabaikan mengalami dampak negatif tersebut.
Akibat yang mungkin dialami tiap anak bisa berbeda meskipun dihadapkan pada permasalahan yang sama. Anak bisa jadi sangat terdampak secara negatif, namun bisa juga tetap mampu berfungsi secara baik sebagai pribadi maupun bagian dari kelompok sosial. [5]
Orangtua yang kurang perhatian bisa menyebabkan rusaknya rasa percaya diri seorang anak serta kesehatan emosionalnya. Cara pengasuhan seperti ini bisa membuat mereka percaya bahwa perasaan itu tidak penting. Dampak dari pengabaian ini bisa sangat dalam dan berlangsung seumur hidup.
Perawatan untuk kondisi seperti ini bisa membantu anak-anak yang kurang perhatian untuk mengatasi perasaan hampa dan ketidakmampuan mereka untuk berhadapan dengan emosi mereka sendiri.
Demikian pula bagi orangtua, mereka selalu bisa belajar untuk memahami anak-anak mereka dengan lebih baik untuk mencegah siklus pengabaian ini terjadi lagi di masa depan ketika anak-anak mereka telah dewasa dan menjadi orangtua. [2]
1. Kendra Cherry, Amy Morin, LCSW. Uninvolved Parenting; Characteristics, Effects, and Causes. Very Well Mind; 2019.
2. Kimberly Holland, Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. Childhood Emotional Neglect: How It Can Impact You Now and Later. Healthline; 2019.
3. Jan Hittelman. Parental Attention and Child Behavior. Boulder Psychological Services.
4. The United States Children's Bureau. Acts of Omission: An Overview of Child Neglect. National Institutes of Health, National Library of Medicine; 2019.
5. Petersen AC, Joseph J, Feit M. New Directions in Child Abuse and Neglect Research. National Academies Press; 2014.