Daftar isi
Digitalis atau yang lebih dikenal dengan nama foxgloves merupakan tanaman yang tergolong di dalam keluarga Plantaginaceae. Digitalis merupakan tanaman yang berasal dari Eropa, Asia dan juga Afrika.
Digitalis memiliki berbagai macam varietas yang dapat dibedakan melalui bentuk bunga yang berbeda setiap jenisnya. Digitalis merupakan salah satu tanaman yang dijadikan sebagai hiasan rumah karena bentuk dan warna bunga yang indah.
Tanaman digitalis juga digunakan sebagai bahan obat untuk beberapa penyakit tertentu, namun digitalis juga memiliki racun yang berbahaya bagi tubuh [3]
Digitalis merupakan salah satu tanaman hias yang tumbuh secara tahunan. Pada tahun pertama pertumbuhannya tidak memunculkan bunga, hanya berupa daun yang membentuk roset tebal.
Daun digitalis memiliki bulu-bulu halus berwarna putih pada bagian bawah. Sedangkan, rasa daun digitalis sangat pahit. Pada tahun kedua, muncul batang yang dapat tumbuh sampai 1 meter serta daun dan juga bunga pada tangkai tersebut.
Bunga digitalis sangat indah, dimana dapat memiliki berbagai macam warna yang cerah tergantung jenisnya. Bentuk bunga ini seperti lonceng atau membentuk tabung [3].
Perlu diketahui bahwa semua bagian dari digitalis, mulai dari batang, daun sampai dengan bunganya dipenuhi dengan racun dan rasa yang sangat pahit sehingga untuk pengolahannya dibutuhkan pendampingan dari para ahli.
Tanaman digitalis memiliki beberapa macam varietas yang berbeda baik dari segi fisik bunga atau daunnya. Bahkan kandungan senyawa pada tiap varietas pun juga berbeda.
Berikut ini beberapa macam jenis dari tanaman digitalis :
Digitalis purpurea merupakan salah satu varietas dari digitalis yang paling banyak dan umum ditemui. Hal ini dikarenakan bunga dari digitalis purpurea sangat indah dan menarik untuk dijadikan hiasan di setiap taman rumah.
Selain itu, digitalis purpurea memiliki kandungan senyawa yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh yang seringkali dijadikan sebagai obat untuk penyakit tertentu.
Tak heran jika digitalis purpurea sering kali ditemui karena keindahan dan manfaatnya yang banyak [1,3].
Digitalis Lanata merupakan salah satu varietas dari jenis digitalis yang dapat tumbuh pada tanah yang banyak mengandung batu kecil atau kerikil. Digitalis lanata merupakan jenis yang lebih beracun dibandingkan dengan jenis digitalis lainnya.
Semua bagian dari digitalis lanata mengandung racun yang apabila dikonsumsi dapat mengakibatkan kepala pusing, mual, bahkan mulut berbusa.
Digitalis lanata memiliki bunga dengan warna putih dan corak coklat agak keunguan. Bunga pada digitalis lanata dapat tumbuh pada tahun ke-2 penanaman [1,3]
Digitalis lutea merupakan jenis digitalis yang bunganya tumbuh pada musim semi sampai dengan musim gugur. Bunga pada digitalis lutea berwarna hijau atau kuning agak keputih-putihan.
Digitalis lutea juga seringkali ditemui pada taman-taman kota karena bentuknya yang kecil dan menarik untuk dilihat [3].
Berikut ini kandungan gizi pada 100 gram digitalis mentah :
Nama | Jumlah | Unit |
Boron | 1376 | µg |
Kromium | 1282 | µg |
Mangan | 6269 | µg |
Kobalt | 1040 | µg |
Nikel | 924 | µg |
Tembaga | 784 | µg |
Arsenik | 1200 | µg |
Timbal | 599 | µg |
Digitalis memiliki berbagai macam kandungan mineral di dalamnya, salah satu mineral yang sangat kompleks perannya adalah magnesium yang memiliki manfaat dalam menjaga kesahatan tulang dan dapat menyembuhkan sakit kepala [1].
Digitalis memiliki beberapa kandungan senyawa yang baik bagi tubuh sekaligus berbahaya bagi tubuh karena apabila berlebih akan berbalik menjadi racun.
Senyawa tersebut adalah digitoxin. Digotoxin merupakan senyawa yang menjadi alasan tanaman digitalis dijadikan sebagai obat herbal ataupun sebagai obat medis.
Digitoxin merupakan senyawa yang terdapat pada daun digitalis yang diambil dengan cara di ekstra. Digitoxin bermanfaat dalam menjaga kesehatan tubuh [1]
Digitalis memiliki beberapa manfaat yang berasal dari kandungan gizi yang dimilikinya. Digitalis juga memiliki keistimewaan dalam menyembuhkan beberapa penyakit kronis.
Berikut ini beberapa manfaat yang di dapat apabila mengonsumsi digitalis secara proporsional :
Salah satu keistimewaan digitalis adalah kandungan digitoxin di dalamnya terkenal ampuh dalam mencegah dan menyembuhkan penyakit jantung.
Karena kandungan digitoxin, tanaman digitalis sudah sejak lama digunakan dalam pengobatan tradisional terutama menyembuhkan penyakit jantung.
Digitoxin dapat menjaga kesehatan jantung dengan menghalangi fungsi dari enzim natrium-kalium ATPase sehingga dapat meningkatkan kadar kalsium di dalam otot-otot jantung.
Meningkatnya kadar kalsium di dalam otot jantung membuat kinerja jantung semakin kuat dan semakin sehat [2,3]
Digitalis juga memiliki kemampuan sebagai anti kanker di dalam tubuh. Hal ini dikarenakan digitalis memiliki kandungan digitoxin di dalamnya yang mampu dalam menghadapi sel kanker.
Digitoxin diketahui dapat merusak sel-sel yang menjadi kanker dengan cara menghentikan aliran makanan yang mengarah ke sel kanker. Ketika hal ini terjadi sel kanker akan kekurangan energi dan akan menjadi rusak dan mati [3].
Fibrilasi atrium adalah kondisi dimana irama detak jantung mengalami gangguan ketidakstabilan atau gangguan. Hal ini ditandai dengan tubuh yang mendadak menjadi lemas, jantung berdebar dan rasa cemas.
Fibrilasi atrium dapat disembuhkan dengan meminum ektrasi yang berasal dari daun digitalis secara proporsional atau tidak berlebih. Daun digitalis diketahui memiliki kandungan fosfor dan juga digitoxin yang bermanfaat bagi jantung dan juga otot jantung [3,4]
Kandungan mineral mangan pada daun digitalis merupakan salah satu senyawa penting bagi tubuh, terutama dalam proses regulasi gula darah. Mangan memberikan rangsangan efektif pada tubuh untuk menghasilkan hormon insulin yang lebih banyak.
Hormon insulin berperan besar dalam mengontrol gula darah agar tidak berlebih dan tidak menimbulkan penyakit diabetes. Tanpa hormon insulin tubuh akan kehilangan kemampuan dalam mengontrol kadar gula di dalam darah [1,5]
Hormon insulin merupakan hormon yang dapat mengubah kadar gula di dalam darah menjadi energi yang kemudian di salurkan kepada sel-sel tubuh
Tanaman digitalis di negara India banyak digunakan untuk menyembuhkan luka bakar. Hal ini dikarenakan kandungan glikosida dan fosfor yang ada pada tanaman digitalis dapat mempercepat penyembuhan dan meringankan rasa nyeri pada luka.
Glikosida merupakan senyawa yang terdiri dari karbohidrat dan juga non karbohidrat yang memiliki kemampuan meresap baik pada kulit dan dapat mengganti sel atau memperbaiki jaringan yang rusak.
Sedangkan fosfor, merupakan senyawa yang dapat menghilangkan rasa nyeri pada otot atau jaringan dengan cara merelaksasi otot atau jaringan tersebut [4,5].
Digitalis memiliki potensi yang luar biasa pada dunia medis, namun potensi dari digitalis masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut
Digitalis memang memiliki kandungan yang sangat ampuh dalam mengatasi penyakit tertentu, namun kandungan tersebut juga dapat berbalik memberikan efek samping yang tidak main-main bagi tubuh apabila cara penggunaan yang salah.
Berikut ini beberapa efek samping pada digitalis :
Penggunaan digitalis secara berlebihan dapat menyebabkan keracunan yang membahayakan bagi tubuh. Gejala awal dari keracunan ini adalah mual-mual, kepala pusing dan diare.
Selain itu, apabila penggunaan digitalis tidak juga dihentikan, hal ini dapat berlanjut pada gejala yang lebih serius lagi, seperti kejang-kejang, xanthopis bahkan dapat mengakibatkan irama detak jantung menjadi tidak beraturan dan berakhir dengan kematian [2,3]
Digitoxin dapat berinteraksi dengan obat lain apabila cara pengonsumsian yang salah dan tidak sesuai dengan anjuran dokter. Digitoxin dapat berinteraksi dengan obat pectyn dan penytoin.
Akibat interaksi digoxin dengan pectyn atau penytoin mengakibatkan kurangnya kemampuan digoxin dalam memberikan manfaat untuk kesehatan tubuh [3]
Digitalish dapat menimbulkan efek samping yang tidak main-main apabila mengonsumsi secara berlebihan. Hal ini dikarenakan digitalish pada dasarnya adalah tanaman yang dipenuhi dengan racun
Penggunaan digitalis tidak boleh sembarangan, bahkan memakannya secara mentah dapat mengakibatkan keracunan yang berakhir dengan gejala-gejala yang dapat menyakitkan tubuh.
Berikut ini beberapa tips dalam menggunakan digitalis :
Air rebusan digitalis yang diminum secara teratur pada pagi dan sore hari dapat membuat jantung lebih sehat dan kuat karena kandungan digitoxin mampu meningkatkan kandungan kalsium pada otot jantung.
Cara merebus daun digitalis sangat mudah, siapkan 50 gram daun digitalis dan 2 gelas air putih. Cuci bersih daun digitalis dan rebus daun digitalis bersama dengan 2 gelas air putih selama 15 menit.
Setelah 15 menit, saring air rebusan dan tuangkan ke dalam gelas. Air rebusan digitalis diminum 2x sehari untuk mendapatkan manfaatnya [2,3,6]
Di daerah Amerika daun dari tanaman digitalis diubah menjadi serbuk yang digunakan sebagai pereda asma, diuretik dan obat penenang. Serbuk daun digitalis dibuat dari daun digitalis yang telah dikeringkan.
Pengeringan daun digitalis dapat menggunakan cara tradisional yaitu menjemurnya dibawah terik sinar matahari atau memanggangnya dengan oven.
Setelah kering, daun digitalis dapat digiling dengan halus menggunakan gilingan. Setelah halus, simpan serbuk pada toples dan gunakan apabila dibutuhkan [3,6].
Salep daun digitalis banyak digunakan di negara India sebagai pengobatan luka bakar karena daun digitalis memiliki senyawa yang dapat meredakan nyeri dan mempercepat penyembuhan luka bakar.
Cara membuat salep daun digitalis sangatlah muda, siapkan beberapa lembar daun digitalis, etanol dan vaselin. blender daun digitalis bersama dengan etanol kemudian saring adonan tersebut.
Panaskan adonan tersebut agar bisa di ekstrasi, kemudian tambahkan sedikit etanol dan campurkan juga vaselin di dalam adonan dan aduk hingga tercampur sepenuhnya.
Simpan salep daun digitalis pada plastik ziplock yang dapat ditutup dengan rapat dan gunakan apabila diperlukan [3].
Pastikan dalam mengolah digitalis didampingi oleh praktisi medis atau konsulatsikan terlebih dahulu pada ahli medis.
Bagian yang paling banyak digunakan dari digitalis adalah bagian daunnya, apabila membeli daun digitalis yang baru dipetik dan tidak menggunakannya dalam waktu dekat baikknya disimpan dengan benar untuk menjaga kesegarannya.
Berikut ini cara menyimpan daun digitalis agar tetap segar dan tahan lama:
Setidaknya daun digitalis dapat bertahan hingga 2 minggu tergantung dari tingkat kesegaran daunnya [3].
Daun digitalish mudah sekali layu dan dapat mengurangi kandungan gizi apabila tidak disimpan secara benar.
Bagian mana saja yang bisa digunakan dari tanaman digitalis?
Sebenarnya seluruh bagian dari tanaman digitalis dapat digunakan kecuali pada bagian bunganya. Hal ini dikarenakan, kandungan racun atau glikosida pada bagian bunga digitalis lebih tinggi daripada bagian lain dari tanaman digitalis [1,3]
Apakah tanaman digitalis dapat dikonsumsi secara langsung?
Mengonsumsi tanaman digitalis secara langsung selain rasanya yang sangat pahit juga dapat menimbulkan keracunan pada tubuh. Tanaman digitalis harus diolah dengan benar hingga dapat menjadi herbal atau obat yang bermanfaat [3]
1. J.S. Negi, V.K. Bisht, A.K. Bhandari and R.C. Sundriyal. Determination of mineral contents of Digitalis purpurea L. and Digitalis lanata. 12 (3), 463-469. Journal of Soil Science and Plant Nutrition; 2012.
2. Anup Sharma and Bulbul Purkait. Identification of Medicinally Active Ingredient in Ultradiluted Digitalis purpurea : Fluorescence Spectroscopic and Cyclic-Voltammetric Study. Page 5. Journal of Analytical Methods in Chemistry; 2012.
3. Ester Sales Clemente, Frieder M€uller-Uri, Sergio G. Nebauer, Juan Segura. Digitalis. Genomic and Breeding Resources, Plantation and Ornamental Crops; 2011.
4. Mona S Calvo and Jaime Uribarri. Public health impact of dietary phosphorus excess on bone and cardiovascular health in the general population. 98:6–15. American Journal of Clinical Nutrition; 2013.
5. Daiana Silva Avila , Robson Luiz Puntel , and Michael Aschner. Manganese in Health and Disease. 13 ; 199–227. Metal ions in life sciences; 2013.
6. Dr. B. Anil Reddy. Digitalis Therapy In Patients With Congestive Heart Failure. Volume 3, Issue 2. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research; 2010.