Meski tomat tergolong sebagai sumber makanan berantioksidan tinggi karena kandungan likopennya, mengonsumsinya terlalu banyak juga bisa berdampak negatif bagi tubuh [3,4,14,16].
Berbagai manfaat tak dapat dipungkiri bisa diperoleh dengan mengonsumsi tomat karena tomat sendiri memiliki kandungan-kandungan ini per 100 gram-nya [1] :
Terlepas dari sejumlah kandungan nutrisi yang baik bagi kesehatan, tomat sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan agar tidak menimbulkan efek samping sebagai berikut.
Daftar isi
Tomat kaya akan kandungan asam yang akan dengan mudah meningkatkan risiko kenaikan asam lambung, terutama pada yang memiliki riwayat penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease) [2,3,4].
Jika mengonsumsi tomat justru membuat heartburn timbul dan rasa tak nyaman di pencernaan, segera hentikan konsumsi [2,3,4].
Tomat dengan kandungan asamnya yang tinggi juga mampu memicu iritasi pada saluran kemih [4].
Konsumsi berlebihan pun perlu diwaspadai dapat menyebabkan inkontinensia urine [4].
Sistitis adalah salah satu gejala yang kemungkinan dikeluhkan, yakni sensasi panas terbakar pada area saluran kencing [4].
Bila penderita diare perlu menghindari konsumsi tomat karena mampu memperburuk kondisi, tentunya makan tomat secara berlebihan dapat meningkatkan risiko diare [5].
Sifat asam pada tomat dan kemungkinan bahwa adanya bakteri Salmonella di dalam tomat mampu menyebabkan diare [5].
Reaksi alergi dapat terjadi pada beberapa orang yang memang memiliki riwayat alergi makanan, terutama tomat [4].
Ruam pada kulit, batuk, eksim, bersin, dan gatal-gatal adalah gejala umum reaksi alergi yang bisa saja terjadi usai mengonsumsi tomat [6].
Gatal biasanya dapat terjadi pada kulit maupun di tenggorokan yang diikuti dengan lidah, mulut dan wajah yang membengkak [6].
Dermatitis kontak juga menjadi salah satu kondisi yang perlu diwaspadai oleh pengonsumsi tomat dengan riwayat alergi karena di dalam tomat terdapat kandungan histamin [7].
Parahnya, penderita alergi yang mengonsumsi tomat terlalu banyak juga berisiko mengalami gangguan pernapasan seperti sesak nafas.
Selain gangguan pencernaan pada lambung, risiko sindrom iritasi usus juga cukup tinggi karena tomat yang bersifat mengiritasi dengan adanya kandungan amina, glutamat, dan salisilat. [4,8].
Bila memiliki riwayat sindrom ini, maka mengonsumsi cukup banyak tomat akan memicu perut terasa penuh dan bergas [4,8].
Begitu pula bagi penderita alergi, memakan tomat lebih banyak akan memicu sindrom iritasi usus lebih mudah [4,8].
Tomat kaya akan mineral kalium yang perlu dihindari oleh para penderita penyakit ginjal maupun orang-orang dengan riwayat gangguan kesehatan ginjal [4,9].
Sesuai dengan anjuran U.S. Department of Heath and Human Services, tomat menjadi salah satu makanan yang perlu dibatasi oleh penderita penyakit ginjal kronik stadium lanjut karena kandungan kalium yang tinggi.
Pada orang-orang dengan masalah ginjal yang masih tergolong ringan sekalipun, mengonsumsi tomat terlalu berlebihan menyebabkan kadar oksalat tinggi di dalam tomat memicu masalah ginjal yang lebih serius [9].
Terlalu berlebihan mengonsumsi tomat juga dapat meningkatkan risiko lycopenodermia, yakni jenis gangguan kesehatan kulit [4,10].
Gangguan kulit seperti diskolorasi kulit dapat terjadi sebagai efek dari kadar likopen dari tomat yang ada di dalam tubuh terlalu tinggi [4,10].
Asupan likopen tidak sebaiknya lebih dari 75 mg setiap hari, maka ketika likopen dalam tubuh terlalu tinggi, diskolorasi atau perubahan warna kulit menjadi efek yang perlu diwaspadai [11].
Tomat adalah sumber alkaloid tinggi, terutama solanine, sehingga mengonsumsinya lebih dari batas yang dianjurkan akan memicu pembengkakan sendi sekaligus rasa nyeri [12].
Solanine sendiri termasuk kandungan di dalam tomat yang sebenarnya tergolong sebagai senyawa berbahaya [13].
Solanine juga tergolong sebagai neurotoksin pada tubuh manusia yang jika kadarnya tinggi di dalam tubuh akan mudah menyebabkan peradangan [13].
Selain pada tomat, solanine juga ada pada terung, kentang, tembakau dan capsicum [13].
Tips Mengonsumsi Tomat yang Aman
Di Amerika Serikat, rata-rata asupan likopen per harinya adalah 5,7 hingga 10,4 mg untuk wanita dan 6,6 hingga 10,5 mg bagi pria sehingga lebih dari itu, waspadai lycopenodermia dan berbagai risiko kesehatan lainnya [11].
Mengonsumsi tomat setiap hari tidak masalah dan justru dianjurkan karena kandungan nutrisinya yang begitu besar.
Namun konsumsi berlebihan per harinya pun mampu menimbulkan sejumlah efek samping seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Sepertiga sampai secangkir tomat sudah tergolong cukup dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian tubuh sebesar 41-53% [14,15].
Agar terhindar pula dari berbagai penyakit yang berbahaya, pastikan memerhatikan beberapa tips berikut sebelum konsumsi [16] :
Untuk lebih detail dan aman, berkonsultasi dengan ahli gizi dapat sangat membantu, khususnya jika memiliki gangguan kesehatan tertentu.
1. United States Department of Agriculture. Tomatoes, red, ripe, raw, year round average. United States Department of Agriculture; 2019.
2. Carolyn Newberry & Kristle Lynch. The role of diet in the development and management of gastroesophageal reflux disease: why we feel the burn. Journal of Thoracic Disease; 2019.
3. Lesley B Dibley, Christine Norton, & Roger Jones. Don't eat tomatoes: patient's self-reported experiences of causes of symptoms in gastro-oesophageal reflux disease. Family Practice; 2010.
4. Bahare Salehi, Razieh Sharifi-Rad, Farukh Sharopov, Jacek Namiesnik, Amir Roointan, Madhu Kamle, Pradeep Kumar, Natália Martins, & Javad Sharifi-Rad. Beneficial effects and potential risks of tomato consumption for human health: An overview. Nutrition; 2019.
5. J.B. Bellido-Blasco & A. Arnedo-Pena. Epidemiology of Infectious Diarrhea. Elsevier Public Health Emergency Collection; 2011.
6. Sabine Dölle, Dietmar Schwarz, Karola Lehmann, Wolfram Weckwerth, Eckhard George, Margitta Worm, & Philipp Franken. Tomato allergy: impact of genotype and environmental factors on the biological response. Journal of the Science of Food and Agriculture; 2011.
7. Evy Paulsen, Lars P Christensen, & Klaus E Andersen. Tomato contact dermatitis. Contact Dermatitis; 2012.
8. Alana Scott & Joanna Baker (APD). Reacting to Tomatoes? It might not be the FODMAPs. A Little Bit Yummy; 2016.
9. Anonim. Can eating tomatoes cause kidney stones? The truth revealed. Times of India; 2020.
10. Muhammad Imran, Fereshteh Ghorat, Iahtisham Ul-Haq, Habib Ur-Rehman, Farhan Aslam, Mojtaba Heydari, Mohammad Ali Shariati, Eleonora Okuskhanova, Zhanibek Yessimbekov, Muthu Thiruvengadam, Mohammad Hashem Hashempur, & Maksim Rebezov. Lycopene as a Natural Antioxidant Used to Prevent Human Health Disorders. Antioxidants; 2020.
11. Erica N. Story, Rachel E. Kopec, Steven J. Schwartz, & G. Keith Harris. An Update on the Health Effects of Tomato Lycopene. HHS Public Access; 2013.
12. Adriana Ordóñez-Vásquez, Lorenza Jaramillo-Gómez, Camilo Duran-Correa, Erandi Escamilla-García, Myriam Angélica De la Garza-Ramos, & Fernando Suárez-Obando. A Reliable and Reproducible Model for Assessing the Effect of Different Concentrations of α-Solanine on Rat Bone Marrow Mesenchymal Stem Cells. Hindawi; 2017.
13. Harriet Hall. Killer Tomatoes and Poisonous Potatoes?. Science-Based Medicine; 2012.
14. Diane Lynn. How Often Should You Eat Tomatoes?. Live Strong; 2021.
15. United States Department of Agriculture. Dietary Guidelines for Americans 2010. United States Department of Agriculture; 2010.
16. Anonim. What are the benefits of eating tomatoes daily?. India Times; 2019.