Kesehatan mental saat ini sudah mulai menjadi faktor penting yang banyak menjadi perhatian, dan memang sudah semestinya kita memberi perhatian utama pada kesehatan mental kita, keluarga dan lingkungan sekitar kita, tak hanya kesehatan fisik saja. Kesejahteraan emosional, psikologis dan sosial seseorang menentukan kesehatan mentalnya, dan hal ini akan berpengaruh pada cara seseorang berpikir, merasa dan bertindak, serta bersosialisasi dengan sekitarnya.
Kesehatan mental menjadi hal yang penting sejak di awal kehidupan, dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Kesehatan mental yang tidak baik dapat menyebabkan gangguan mental pada seseorang, ada banyak jenis gangguan mental yang dialami seseorang, salah satunya adalah gangguan disosiatif.
Gangguan disosiatif pada seseorang dapat berkembang karena reaksi terhadap situasi tertentu yang pernah dialaminya atau disebut juga trauma. Secara tidak sengaja seseorang yang mengalami gangguan disosiatif akan melarikan diri dari kenyataan yang dialami dengan cara yang tidak sehat, ingatannya terganggu (amnesia) dan membuat mereka tidak dapat menjalani kehidupan sehari-hari.
Salah satu gangguan disosiatif yang cukup parah adalah fugue disosiatif, disebut juga fugue psikogenik. Kata fugue ini diambil dari bahasa latin yang berarti “penerbangan”. [2]
Daftar isi
Fugue disosiatif adalah salah satu tipe amnesia yang yang disebabkan oleh trauma psikologis yang parah, bukan disebabkan oleh trauma fisik atau karena kondisi kesehatan (penyakit). Fugue disosiatif ini termasuk gangguan amnesia (disosiatif) yang langka. [1]
Seseorang yang mengalami fugue disosiatif dikatakan juga memiliki “pengembaraan yang membingungkan”, mereka bisa berpergian ke tempat tertentu, misalnya saja ke pantai, ke tempat kerja atau tiba-tiba berada di dalam lemari atau di sebuah sudut di dalam rumah tanpa menyadarinya dan tidak ingat bagaimana mereka sampai di tempat tersebut. [3]
Seseorang yang mengalami fugue disosiatif tidak memiliki ingatan akan masa lalu mereka, pengalaman pribadinya dan kehidupannya di masa lalu. Memori yang hilang disebut sebagai ingatan otobiografi dan hal ini terjadi karena mereka secara tidak sadar menghindari situasi stres yang nyata karena tidak dapat mengatasinya. [1]
Meskipun penyebab fugue disosiatif ini adalah trauma psikologis yang parah dan nyata, namun gejalanya sulit dikenali karena seseorang yang menderita fugue disosiatif memiliki perilaku yang normal. Meskipun memiliki perilaku yang normal, namun secara mental dan fisik mereka melakukan usaha untuk melarikan diri dari lingkungan yang dirasa mengancam dan sudah tidak dapat ditoleransi. [2, 3]
Gejala fugue disosiatif dapat berlangsung beberapa jam saja, seseorang yang mengalaminya akan merasa bingung dan orang lain akan menganggapnya pelupa, namun seiring waktu keadaan akan kembali normal. Gejala fugue disosiatif yang munculnya hanya singkat, orang lain mungkin tidak dapat memperhatikan keanehannya. [1]
Namun tak menutup kemungkinan gejala fugue disosiatif dapat berlangsung beberapa minggu, bulan dan bahkan lebih lama lagi. Bagi seseorang yang mengalami gejala fugue disosiatif dalam jangka waktu lebih dari beberapa jam biasanya akan memunculkan gejala perilaku berikut : [1]
Pada intinya, gejala yang paling umum yang muncul pada seseorang yang mengalami fugue disosiatif antara lain: [3]
Penyebab mengapa seseorang dapat mengalami fugue disosiatif biasanya jika seseorang pernah mengalami peristiwa yang sulit di dalam hidupnya dan mengakibatkan trauma. Bencana alam, perang, masalah perkawinan, keuangan yang sangat sulit, penyalahgunaan alkohol atau riwayat pelecehan seksual.
Seseorang yang mengalami fugue disosiatif juga berkaitan dengan genetik, kemungkinan ada keluarga yang juga memiliki kondisi gangguan mental yang sama. [1, 3]
Penyebab-penyebab lain yang juga dapat memicu seseorang mengalami fugue disosiatift, antara lain: [1]
Trauma-trauma tersebut dapat terjadi karena dialami sendiri oleh penderita fugue disosiatif ataupun bisa juga penderita tidak mengalami, namun menyaksikan kejadian tersebut di masa lalu.
Penderita fugue disosiatif dapat mengalami komplikasi yang beragam, dari yang ringan hingga serius dan dapat membahayakan keselamatan dan hidupnya. Jika tidak mendapatkan perawatan, beberapa hal berikut bisa saja dialami oleh orang yang mengalami fugue disosiatif : [1]
Perhatian yang lebih dibutuhkan bagi penderita fugue disosiatif jika sudah mengalami hal-hal yang sudah disebutkan, tak menutup kemungkinan, biasanya penderita fugue disosiatif akan menghilang dari sekitar kita dan tiba-tiba ditemukan di tempat lain yang asing baginya. [1]
Seperti telah disebutkan sebelumnya, komplikasi yang serius dapat terjadi pada seseorang yang mengalami fugue disosiatif, jika anda mengetahui keluarga atau kolega anda telah mengalami trauma, stres, dan tanda-tanda yang menunjukkan kebingungan atau kehilangan memori yang berkepanjangan, sebaiknya anda segera mengajaknya ke dokter untuk mendapatkan diagnosa dan perawatan. [1]
Evaluasi awal yang diberikan dokter yaitu melihat riwayat medis dan melakukan pemeriksaan fisik lengkap. Tak ada tes laboratorium yang dapat secara spesifik mendiagnosa gangguan disosiatif, namun bisa jadi dokter akan memberikan tes EEG, tes darah dan juga menanyakan tentang penggunaan obat yang berkaitan dengan gejala fugue disosiatif yang muncul.
Bisa jadi kondisi kesehatan dan gangguan pada otak yang menjadi penyebab disosiatif, namun jika tidak ditemukan penyakit tertentu maka penderita akan dirujuk untuk menemui psikiater atau psikolog. Psikiater dan psikolog adalah tenaga medis yang berkompeten di dalam bidang kesehatan mental, mereka akan memberikan tes dan evaluasi khusus untuk mendiagnosa penderita disosiatif. [2]
Tidak ada perawatan yang spesifik untuk mengobati fugue disosiatif, karena kondisi ini adalah kondisi yang unik dan jarang dialami seseorang. Proses penyembuhannya secara bertahap, dapat dimulai saat penderita dapat menyadari secara spontan dan waspada terhadap situasi yang dihadapi atau sedang mengalami gejala atau respon yang menunjukkan ia sedang mengalami serangan fugue disosiatif. [3]
Pendekatan psikoterapi yang bersifat empati dan suportif membantu seseorang yang mengalami fugue disosiatif sehingga lebih mudah terbuka dan merasa aman. Pengobatan yang efektif bisa juga menghindarkan penderita dari ancaman atau situasi yang menjadi pemicu fugu disosiatif.
Di dalam proses penyembuhannya, penting juga mengembangkan kemampuan penderita untuk mengatasi dan mengelola stres dan kecemasan dengan cara yang sehat. Terapi lain yang mungkin diberikan yaitu terapi perilaku kognitif, terapi perilaku dialektis, teknik meditasi, hipnosis klinis dan terapi keluarga [1, 3]
Beberapa perawatan dan tindakan nyata untuk membantu penyembuhan juga membutuhkan dukungan orang-orang terdekat, berikut beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membantu proses penyembuhan penderita fugue disosiatif:
Tak ada obat-obatan medis yang dapat menyembuhkan kondisi fugue disosiatif, namun dokter atau psikiater mungkin akan memberikan obat-obatan yang dapat menghambat atau mengatasi gejala yang muncul, seperti kecemasan atau depresi, jika diperlukan. [3]
Meskipun nampaknya fugue disosiatif tidak dapat dicegah, namun ada baiknya jika kita dapat segera memberikan pertolongan jika ada keluarga atau kolega yang menunjukkan gejala mental yang menunjukkan disosiatif.
Hal lain untuk mencegah adalah memberi perhatian kepada orang yang kita tahu baru saja mengalami trauma atau kejadian besar yang dapat membuat seseorang tertekan. [2]
1. Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP & Diana Wells. Dissociative Fugue. Healthline; 2017.
2. Jennifer Casarella, MD. Mental Health and Dissociative Fugue. Web MD; 2020.
3. Anonim. Dissociative Fugue (Psychogenic Fugue). Psychology Today; 2021.