Daftar isi
Gendang telinga pecah merupakan suatu keadaan ketika lapisan bagian tengah saluran telinga mengalami robekan atau terdapatnya lubang pada area tersebut [1,4].
Membran timpani adalah sebutan untuk lapisan tersebut yang fungsi utamanya adalah sebagai pendeteksi suara.
Suara yang telah terdeteksi kemudian diubah menjadi getaran yang tulang tengah telinga akan terima.
Setelah tulang telinga tengah menerimanya, maka getaran diubah menjadi sinyal dan mengirimkannya ke otak.
Itulah sebabnya mengapa ketika robekan terjadi di bagian membran timpani, pendengaran penderitanya akan terganggu dan telinga bagian tengah akan merasakan sakit.
Tinjauan Ketika terdapat robekan atau lubang pada membran timpani (lapisan tengah saluran telinga), kondisi ini dikenal dengan gendang telinga pecah.
Pecahnya gendang telinga dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor dan berikut ini merupakan deretan faktor yang perlu dikenali dan diwaspadai :
Suara atau bunyi-bunyian keras terutama yang mengejutkan dapat mengganggu dan merusak gendang telinga, seperti suara tembakan yang bergelombang suara besar [3,5].
Acoustic trauma adalah istilah untuk menyebut kondisi ini.
Infeksi menjadi pemicu cairan menumpuk di bagian tengah telinga di mana tekanan yang terus-menerus ini otomatis akan merobek gendang telinga secara tak disadari penderitanya [1,2,4,5].
Jika dibiarkan, maka tekanan tidak kunjung reda yang pada akhirnya membuat penderitanya mengalami masalah pada pendengarannya.
Benda yang masuk ke dalam telinga tajam ataupun tidak tentu berpotensi besar menggores bagian tengah telinga [1,4].
Bahkan goresan pada bagian membran timpani dapat terjadi karena penggunaan cotton buds saat membersihkan telinga.
Hal ini dapat menjadi penyebab robekan di bagian gendang telinga tanpa disengaja.
Gendang telinga dapat pula pecah karena cedera, khususnya jika bagian telinga terbentur atau mendapat pukulan [1,2,4,5].
Bahkan kecelakaan di kala berolahraga atau berkendara juga dapat berpotensi merusak gendang telinga.
Barotrauma atau kondisi perubahan tekanan udara pada bagian telinga tengah dan lingkungan sekitar sehingga kehilangan keseimbangan mampu merobek gendang telinga [1].
Jika tekanan cukup besar, maka bukan tidak mungkin gendang telinga mengalami kerusakan.
Pada umumnya, orang-orang dengan aktivitas naik pesawat, menyelam, mendaki gunung, serta berkendara di tempat tinggi mampu menyebabkan barotrauma dan berakibat pada pecahnya gendang telinga.
Selain beberapa kondisi yang telah disebutkan, gendang telinga dapat pecah karena beberapa faktor risiko berikut [1] :
Gendang telinga pecah dapat terjadi pada siapapun karena kondisi ini dapat dipicu oleh berbagai aktivitas yang berpotensi membahayakan telinga.
Tinjauan Penyebab pecahnya gendang telinga meliputi suara keras yang tiba-tiba, infeksi, benda asing, cedera, barotrauma, efek operasi telinga, serta kondisi otitis eksterna yang sudah parah.
Sejumlah gejala yang dapat ditimbulkan ketika gendang telinga pecah antara lain adalah [1,4] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Ketika gejala-gejala yang telah disebutkan mulai dirasakan atau terjadi, jangan menunggu terlalu lama untuk memeriksakan diri ke dokter.
Pastikan segera menemui dokter THT untuk memastikan kondisi telinga.
Tempuh pemeriksaan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dan penyebab yang mendasarinya agar dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Tinjauan Tinnitus, vertigo, nyeri di telinga, mual hingga muntah, keluar cairan bernanah atau berdarah, serta kehilangan pendengaran adalah tanda umum yang timbul karena gendang telinga pecah.
Ketika penderita memeriksakan diri ke dokter, maka beberapa metode diagnosa berikut ini adalah yang paling umum diterapkan oleh dokter kepada pasien.
Dokter akan lebih dulu melakukan pemeriksaan riwayat penyakit pasien dengan mengajukan sejumlah pertanyaan [1].
Dokter biasanya akan menanyakan kebiasaan pasien tentang bagaimana caranya membersihkan telinga.
Dokter juga perlu tahu gejala apa saja yang dialami pasien dan bagaimana rasanya ditambah seperti apa lingkungan tempat tinggal pasien.
Pada uji laboratorium, dokter akan melakukan pengambilan sampel cairan yang keluar dari telinga, lalu menganalisanya di laboratorium [6].
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi apakah telinga pasien mengalami infeksi.
Tes pendengaran dengan metode audiometri juga perlu ditempuh oleh pasien [5].
Dokter akan memberikan berbagai macam suara yang volumenya pun berbeda-beda.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui apakah pendengaran pasien masih normal dan peka.
Dokter akan memanfaatkan alat khusus bernama timpanometer dan memasukkannya ke dalam telinga pasien [1,6].
Timpanometri ini dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa respon gendang telinga pasien sewaktu tekanan yang ada berubah.
Dokter akan menggunakan alat bernama otoskop untuk memeriksa saluran maupun struktur bagian dalam telinga pasien [1,3,4].
Alat berukuran kecil dengan bentuk menyerupai teropong dan memiliki cahaya ini akan mampu membantu dokter mengecek secara lebih detail.
Tinjauan Dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat gejala, audiometri, tes laboratorium, timpanometri, dan otoskopi untuk memastikan kondisi pecahnya gendang telinga pasien serta faktor yang menyebabkannya.
Gendang telinga yang pecah sebenarnya hanya membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 minggu untuk sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan khusus apapun [1].
Namun jika pasien cukup khawatir terhadap kondisi gejala yang dialami, pada umumnya dokter akan memberikan beberapa penanganan seperti :
Jika gendang telinga pecah disebabkan oleh infeksi, khususnya infeksi bakteri, maka dokter akan memberikan obat golongan antibiotik [1,5,7].
Obat antibiotik resep dokter biasanya datang dalam bentuk obat minum atau dapat juga obat tetes yang akan melawan infeksi tersebut.
Gendang telinga pecah pasti akan menyebabkan rasa nyeri di telinga yang cukup mengganggu.
Untuk menghilangkan nyeri tersebut, dokter perlu memberikan obat pereda rasa sakit, termasuk bila nyeri ditimbulkan karena infeksi telinga [8].
Obat pereda nyeri yang akan diresepkan dokter adalah paracetamol atau ibuprofen.
Selain memberikan obat-obatan, dokter juga kemungkinan akan merekomendasikan prosedur penambalan robekan yang terjadi pada bagian tengah telinga pasien [7].
Pada prosedur ini, terdapat kertas khusus yang digunakan sebagai penambal robekan gendang telinga.
Dengan metode ini, biasanya robekan dapat pulih lebih cepat dan maksimal; kertas tersebut mampu menyatukan kembali robekan yang terjadi di gendang telinga.
Jika obat tetes dan obat minum tidak begitu efektif, demikian halnya dengan prosedur penambalan robekan, maka dokter kemungkinan akan merekomendasikan prosedur operasi [1,5].
Meski demikian, prosedur bedah seperti timpanoplasti adalah jenis tindakan operasi untuk gendang telinga yang masih tergolong jarang.
Pencangkokan jaringan lain ke gendang telinga yang rusak, robek atau pecah merupakan inti dari prosedur medis ini.
Tips Perawatan Gendang Telinga Pecah Secara Mandiri
Selain pengobatan secara medis, pasien sendiri dapat melakukan beberapa upaya untuk merawat gendang telinga yang pecah secara mandiri.
Untuk memulihkan kondisi, langkah-langkah berikut dapat coba dilakukan secara teratur [1].
Tinjauan Pengobatan gendang telinga pecah tergantung dari tingkat keparahan dan lokasi robekannya. Namun pada umumnya, antibiotik, obat pereda nyeri, proses penambalan robekan, serta operasi adalah cara mengatasi gendang telinga yang pecah.
Gendang telinga berfungsi utama menjadi pelindung bagi telinga agar tidak mudah kemasukan air atau bakteri selain menjadi pengubah suara menjadi getaran dan sinyal yang kemudian dikirim ke otak.
Jika sevital itu peran gendang telinga, maka dapat dipastikan bila sampai robek atau rusak tanpa penanganan secepatnya, beberapa komplikasi berikut bisa saja terjadi [5] :
Tinjauan Kolesteatoma, infeksi telinga lebih serius, hingga kehilangan pendengaran sementara adalah komplikasi gendang telinga pecah yang perlu diwaspadai.
Pencegahan gendang telinga pecah atau robek dapat dilakukan dan berikut ini adalah sejumlah upaya yang perlu diperhatikan [1,4,5] :
Tinjauan Melindungi telinga dari cedera, perubahan tekanan udara, masuknya benda asing dan suara-suara keras nan bising, serta memeriksakan infeksi yang terjadi di telinga secepatnya adalah cara-cara terbaik dalam mencegah gendang telinga pecah.
1. Nicole Dolhi & Abram D. Weimer. Tympanic Membrane Perforations. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. Sabrina Ifahdini Soraya. Perancangan Perangkat Lunak Audiometer Nada Murni dan Tutur untuk Diagnosis Pendengaran. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga; 2012.
3. Siti Fatimatun Navisah, Isa Ma'rufi, & Anita Dewi Prahastuti Sujoso. Faktor Risiko Barotrauma Telinga pada Nelayan Penyelam di Dusun Watu Ulo Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. Jurnal Universitas Jember; 2016.
4. Olusola A Sogebi, Emmanuel A Oyewole, & Taofeeq O Mabifah. Traumatic tympanic membrane perforations: characteristics and factors affecting outcome. Ghana Medical Journal; 2018.
5. Dobie RA & Van Hemel S. Hearing Loss: Determining Eligibility for Social Security Benefits. Washington (DC): National Academies Press (US); 2004.
6. Ritvik P. Mehta, John J. Rosowski, Susan E. Voss, Ellen O’Neil, & Saumil N. Merchant. Determinants of Hearing Loss in Perforations of the Tympanic Membrane. HHS Public Access; 2010.
7. Tianxi Gao, Xiaoli Li, Juan Hu, Weijun Ma, Jingjing Li, Na Shao, & Zhenghui Wang. Management of traumatic tympanic membrane perforation: a comparative study. Therapeutics and Clinical Risk Management; 2017.
8. Paddy O’Neill. Acute otitis media. British Medical Journal; 1999.