Semua operasi bedah perut memiliki 33% risiko hernia insisional pasca operasi dan sekitar 33% dari pasien yang menjalani bedah perut akan mengalami hernia insisional[1].
Daftar isi
Hernia terjadi ketika bagian dari organ internal (biasanya usus halus) menonjol mendorong titik lemah dinding perut, mengakibatkan terbentuknya tonjolan[2].
Hernia insisional atau incisional hernia termasuk jenis hernia ventral. Hernia insisional secara spesifik mendeskripsikan hernia yang terjadi setelah insisi yang dibuat selama operasi yang sebelumnya dijalani pasien, sering terjadi pada bagian tengah perut. Ukuran hernia dapat berbeda-beda mulai dari kecil hingga sangat besar[2, 3].
Hernia insisional merupakan tonjolan dari jaringan yang terbentuk pada area pemulihan luka operasi bedah. Jenis hernia ini berkisar 15-20% dari semua hernia abdominal[4].
Hernia insisional biasanya terjadi dalam 3-6 bulan pasca operasi, tapi dapat terjadi kapan saja. Mulanya hernia dapat tidak terasa jelas, namun hampir pada semua kasus akan berprogres dan pasien mengeluhkan adanya tonjolan[3, 4].
Hernia insisional dapat terjadi pada semua usia, baik pria maupun wanita dan pada semua etnis. Rata-rata pasien hernia insisional berusia sekitar 50an tahun[2, 3].
Hernia insisional terjadi ketika bekas luka bedah pada dinding perut tidak menutup dengan baik setelah operasi dan menyebabkan melemahnya otot perut akibat insisi bedah, sehingga memungkinkan jaringan dan organ membentuk hernia[1, 5].
Berikut beberapa penyebab luka bedah tidak mengalami pemulihan dan menutup dengan baik[1, 5]:
Berikut beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya hernia insisional[3, 5]:
Hernia masih dapat berkembang meski tidak terdapat faktor-faktor risiko tersebut, sehingga penting bagi pasien untuk mengikuti petunjuk dokter selama pemulihan. Pasien juga sebaiknya tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan sebelum dokter menyatakan luka sudah pulih[5].
Gejala hernia insisional yang paling teramati ialah tonjolan di dekat area insisi. Sering kali paling terlihat ketika ketika pasien meregangkan otot, seperti saat berdiri, mengangkat sesuatu, atau batuk[5].
Berikut beberapa gejala lain yang dapat ditimbulkan hernia insisional[5]:
Hernia berukuran kecil yang tidak ditangani cenderung akan bertambah besar seiring waktu. Jika hernia menjadi terlalu besar, dapat menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit pada perut dan lama-lama menjadi sulit untuk dilakukan perbaikan[5].
Beberapa kemungkinan komplikasi hernia insisional meliputi:
Hernia yang terjebak atau terperangkap pada posisi di luar disebut hernia incarcerated. Hernia terperangkap dapat bersifat kronis tanpa gejala seperti pada hernia cacat besar, atau akut dan menimbulkan gejala.
Hernia dapat didorong masuk kembali (reducible) atau tidak dapat didorong kembali (irreducible), serta dapat berkaitan dengan komplikasi lain seperti obstruksi atau tidak berkaitan dengan komplikasi[3, 6].
Obstruksi luminal usus merupakan komplikasi akut yang dapat mengarah pada komplikasi yang lebih serius seperti strangulasi atau perforasi[3].
Strangulasi terjadi ketika jaringan yang menonjol keluar menjadi kekurangan suplai darah. Jika tidak ditangani, hernia strangulasi dapat mengakibatkan kematian jaringan yang menonjol keluar.
Strangulasi dapat diidentifikasi dengan warna merah gelap atau ungu pada jaringan yang menonjol[6].
Hernia incarcerated atau obstruksi dapat mengarah pada strangulasi, suatu komplikasi yang lebih serius dan akut yang memerlukan pertolongan medis segera[3].
Untuk mendiagnosis hernia insisional, dokter perlu mengecek riwayat kesehatan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gejala yang dialami pasien seperti[1, 2].
Untuk pemeriksaan lebih menyeluruh, dokter dapat menggunakan beberapa metode berikut untuk membantu diagnosis[1]:
Pengobatan hernia insisional meliputi penanganan dengan operasi dan non-operasi[7].
Penanganan non-operasi diindikasikan untuk pasien yang tidak sesuai untuk menjalani operasi, seperti:[7]
Hernia kecil dan reducible (dapat didorong masuk) memungkinkan pasien untuk menunda operasi. Penanganan non operasi biasanya menggunakan truss, suatu garmen yang mirip sabuk berat atau korset, yang memberikan tekanan konstan pada hernia sehingga mencegahnya menonjol keluar[5, 6].
Selain untuk menghindari risiko komplikasi berupa strangulasi, operasi perbaikan hernia dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kondisi seperti berikut[6]:
Perbaikan Hernia Terbuka
Prosedur ini dikenal juga sebagai herniorrhaphy. Pasien diberikan anestesi umum kemudian dokter bedah membuan insisi pada bagian perut di atas hernia, mendorong kembali ke dalam perut jaringan yang menonjol keluar dan memperbaiki kerusakan pada dinding otot perut.
Biasanya bagian otot yang lemah atau rusak diperbaiki dengan jahitan atau dengan menggunakan mesh biologis[1, 2].
Laparoskopik
Pada prosedur laparoskopik, dokter bedah membuat beberapa insisi kecil pada perut dan memasukkan laparoskop, yaitu suatu tabung kecil dengan kamera video yang terpasang pada ujungnya.
Laparoskop membantu dokter untuk memeriksa kondisi bagian dalam abdomen, sehingga dapat melihat dengan lebih baik kondisi hernia dan jaringan di sekitarnya[2].
Laparoskopik umumnya membutuhkan waktu pemulihan yang lebih singkat serta risiko infeksi lebih rendah. Tapi prosedur ini tidak efektif untuk hernia berat yang berukuran besar[2, 5].
Operasi untuk perbaikan hernia umumnya aman dan timbulnya komplikasi tidak sering terjadi. Meski demikian dengan mengetahui risiko potensial memungkinkan pasien untuk melaporkan gejala yang dialami paska operasi dengan segera[2].
Berikut beberapa komplikasi potensial pasca operasi perbaikan hernia[2]:
Komplikasi akibat anestesi lebih umum terjadi pada pasien berusia lanjut dan pasien dengan masalah kesehatan lainnya. Komplikasi umum meliputi mual, mutah, retensi uriner, perlukaan pada tenggorokan, dan sakit kepala.
Beberapa komplikasi lebih serius meliputi serangan jantung, stroke, pneumonia, dan bekuan darah pada kaki.
Hernia dapat kambuh beberapa tahun setelah perbaikan. Kambuh merupakan komplikasi paling umum dari perbaikan hernia inguinal, sehingga pasien memerlukan operasi kedua.
Salah satu komplikasi perbaikan hernia ialah terjadinya pendarahan di dalam insisi. Pendarahan dapat mengakibatkan pembengkakan berat dan kulit berubah warna kebiruan di sekitar area insisi.
Operasi dapat diperlukan untuk membuka insisi dan menghentikan pendarahan. Pendarahan tidak umum terjadi dan dialami oleh kurang dari 2% pasien.
Risiko dari terjadinya infeksi luka cukup kecil (kurang dari 2%) dan kemungkinan lebih tinggi terjadi pada pasien berusia lanjut dan pasien yang menjalani perbaikan hernia yang lebih kompleks.
Pasien dapat mengalami gejala berupa demam, terlepasnya insisi, dan kemerahan atau bengkak di sekitar insisi. Infeksi pasca operasi memerlukan antibiotik dan pada kasus tertentu perlu dilakukan insisi kecil dengan anestesi lokal untuk membersihkan infeksi.
Pada beberapa kasus, pasien mengalami rasa sakit yang tajam dan menyengat pada area spesifik di dekat insisi setelah pulih. Biasanya rasa sakit akan membaik dengan sendirinya seiring waktu.
Meski sangat jarang terjadi, perlukaan organ dalam dapat terjadi selama operasi hernia dan memerlukan operasi lagi. Organ yang dapat terluka akibat operasi yaitu usus, ginjal, saraf dan pembuluh darah menuju kaki, organ genital wanita internal, dan vas deferens (saluran sperma).
Umumnya pasien dapat kembali beraktivitas normal sekitar tiga minggu setelah operasi hernia. Perut pasien dapat mengalami pembengkakan selama masa pemulihan ini, terutama minggu pertama[6].
Selama masa pemulihan, bekas luka operasi sebaiknya dilindungi saat melakukan aktivitas yang meningkatkan tekanan perut dengan mengaplikasikan tekanan kuat tapi pelan pada garis insisi. [6]
Melindungi luka menjadi hal yang penting dalam pencegahan hernia insisional karena hernia ini terjadi akibat pemulihan yang tidak sempurna pada bekas luka operasi[6].
Berikut beberapa aktivitas yang mana luka operasi perlu dilindungi[6]:
1. Anonim. Incisional Hernia. John Hopkins Medicine; 2020.
2. Anonim. Ventral (Incisional) Hernia. Department of Surgery, University of California; 2020.
3. Hope WW, Tuma F. Incisional Hernia. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
4. Anonim. Incisional Hernia. Mount Sinai; 2020.
5. Crystal Raypole, reviewed by Saurabh Sethi, MD, MPH. Everything You Need to Know about Incisional Hernia. Healthline; 2019.
6. Jennifer Whitlock, RN, MSN, FN, reviewed by Brian Levine, MD. Incisional Hernia and How It’s Treated. Very Well Health; 2019.
7. Anil Kumar and Shiv Shankar Paswan. Incisional Hernia. Intech Open; 2019.