Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau sering disebut dengan saraf terjepit merupakan penyebab nyeri pada sepanjang jalur saraf panggul dan operasi tulang belakang paling umum di dunia. Penyakit ini juga sering disebut dengan herniated disk[1].
Penyakit Hernia Nukleus Pulposus sudah menjadi penyakit paling umum di dunia. Penyakit ini terjadi sebanyak 5 – 20 kasus pada 1000 orang dewasa setiap tahun.
Penyakit ini biasanya terjadi pada orang – orang berusia di atas 30 tahun dengan perbandingan pria dan wanita yaitu 2 : 1[2].
Daftar isi
Nukleus pulposus merupakan salah satu bagian dari cakram (diskus) tulang belakang yang terdiri dari air, kolagen tipe II, dan sel kondrosit dan proteoglikan[1].
Di tulang belakang, nukleus pulposus terletak di antara tubuh vertebrata. Nukleus pulposus ini berguna untuk sebagai peredam atau penahan goncangan[2].
Seiring bertambahnya usia, diskus intervertebral menjadi lebih rata dan terlalu lemah. Hal ini akan menyebabkan bagian menjadi sobek dan bagian dalam diskus (nukleus pulposus) akan mendorong untuk keluar. Keadaan ini disebut dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)[3].
Hernia Nukleus Pulposus pada tulang belakang adalah suatu kondisi dimana nukleus pulposus berpindah dari bagian dalam diskus intervertebral ke bagian luar diskus intervetebral.
Dalam beberapa kasus, kondisi Hernia Nukleus Pulposus ini dapat menekan saraf atau tulang belakang sehingga memberikan rasa sakit dengan penekanan pada saraf atau sumsum tulang belakang yang tidak berfungsi. Nyeri yang disebabkan ini terkadang dikenal dengan mielopati[2].
Tinjauan Hernia Nukleus Pulposus adalah penyakit yang disebabkan oleh nukleus pulposus yang menekan keluar dari diskus intervertebral dan memberikan rasa nyeri pada saraf atau sumsum tulang belakang.
Hernia Nuclesus Pulposus adalah penyakit paling umum di dunia. Prevalensi dari penyakit ini diperkirakan 1-3%. Kejadian tertinggi terjadi pada usia 30 – 50 tahun, dan lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita[1].
Di Indonesia, berdasarkan penelitian di Bandung terdapat sebanyak 79 orang terkena penyakit Hernia Nukleus Pulposus. Dari keseluruhan pasien, terdapat 43 pria dan 36 wanita. Pasien paling banyak terkena penyakit ini di rentang usia 51 – 60 tahun yaitu sekitar 31.6%[4].
Di Amerika, pasien dari Hernia Nukleus Pulposus adalah sekitar 1 – 2% dari jumlah populasi. Di beberapa negara berkembang, penyakit ini adalah sekitar 15 – 20% dari jumlah populasi. Dan di Indonesia, prevalensi dari penyakit ini adalah sekitar 25.3%[4].
Pada umumnya, Hernia Nukleus Pulposus tidak memberikan gejala dan dapat dipastikan dengan MRI. Sekitar 20 orang dari 100 orang yang diperiksa, penyakit ini telah terjadi dengan parah tanpa menimbulkan gejala[5].
Tinjauan Penyakit Hernia Nukleus Pulposus banyak terjadi di negara berkembang seperti di Indonesia dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika.
Hernia Nukleus Pulposus dibagi menjadi dua tipe yaitu sebagai berikut[6]:
Tinjauan Berdasarkan posisi terjadi dan letak rasa sakit, Hernia Nukleus Pulposus terbagi menjadi dua yaitu lumbar tulang belakang dan tulang belakang leher.
Gejala dari Hernia Nukleus Pulposus sangat bervariasi, tergantung pada posisi dari terjadinya penyakit ini. Jika hernia tidak menekan saraf, maka mungkin tidak akan memberikan rasa sakit. Namun, jika terjadi sebaliknya, maka akan rasa sakit, mati rasa atau kelemahan di area tubuh tempat saraf bergerak[6].
Hernia Nukleus Pulposus pada tulang belakang leher akan memberikan rasa sakit pada leher dan lengan. Beberapa gejala pada posisi ini adalah sebagai berikut[6,7]:
Hernia Nukleus Pulposus pada lumbar tulang belakang akan menyebabkan rasa sakit di punggung dan kaki. Ini biasanya disebut dengan skiatika. Beberapa gejala pada posisi ini adalah[6,7]:
Rasa sakit dari Hernia Nukleus Pulposus biasanya lebih buruk ketika bergerak dengan aktif dan lebih banyak tekanan pada saraf. Batuk, bersin, duduk, mengemudi, dan membungkuk ke depan dapat membuat rasa sakit semakin parah[2].
Kapan Harus ke Dokter?
Anda harus ke dokter jika gejala-gejala terjadi lebih dari 4 minggu dan terjadi kelemahan pada tungkai/lengan dan urin atau tinja tidak terkontrol[6]. Beberapa gejala lain yang memerlukan pemeriksaan dokter adalah[7]:
Tinjauan Gejala Hernia Nukleus Pulposus berbeda - beda tergantung kepada posisi penyakit dari setiap orang.
Dengan bertambahnya usia, cakram atau diskus pada tulang belakang akan melemah dan menjadi rata (kurang elastis). Jika diskus ini melemah maka bagian luar mungkin akan rusak dan sobek[7].
Bagian dalam diskus akan mendorong melalui bagian yang sobek tersebut dan menekan saraf di sampingnya. Ini akan menyebabkan Hernia Nukleus Pulposus[7].
Beberapa penyebab lain dari Hernia Nukleus Pulposus adalah[7]:
Tinjauan Penyebab Hernia Nukleus Pulposus yang paling umum adalah karena pertambahan usia dan pola hidup yang kurang baik dan kurangnya pergerakan secara aktif.
Diagnosis yang dilakukan untuk Hernia Nukleus Pulposus adalah dengan pengujian dan pencitraan. Pencitraan yang paling umum dilakukan adalah MRI[6].
Selain itu, X- Ray juga sering ditambahkan untuk melengkapi hasil evaluasi dari vertebra. Satu hal yang harus diketahui adalah penyakit ini tidak dapat dilihat oleh foto rontgen[7].
Beberapa pengujian yang dilakukan untuk diagnosis Hernia Nukleus Pulposus adalah [7]:
Sinar radiasi untuk menghasilkan film atau gambar bagian tubuh. Ini dapat menunjukkan struktur vertebra dan garis besar sendi. Sinar-X tulang belakang diperoleh untuk mencari kemungkinan penyebab nyeri lainnya, seperti tumor, infeksi, dan patah tulang.
Gambar hasil diagnostik yang dibuat setelah keluarnya hasil sinar X. Hal ini juga dapat menunjukkan bentuk dan ukuran tulang belakang, isinya dan struktur di sekitarnya.
Tes diagnostik yang menghasilkan gambar 3-D dari struktur tubuh dan dapat menunjukkan sumsum tulang belakang, akar saraf dan daerah sekitarnya serta pembesaran, degenerasi dan tumor.
Sebuah X-ray dari kanal tulang belakang dengan suntikan bahan kontras ke dalam ruang cairan serebrospinal di sekitarnya dan dapat menunjukkan tekanan pada sumsum tulang belakang atau saraf karena Hernia Nukleus Pulposus, taji tulang atau tumor.
Tes ini mengukur impuls listrik dalam akar saraf, saraf perifer, dan jaringan otot. Ini akan menunjukkan apakah ada kerusakan saraf yang sedang berlangsung, jika saraf dalam keadaan penyembuhan dari cedera masa lalu. Tes ini jarang digunakan oleh penderita penyakit ini.
Tinjauan Diagnosis hernia nuclesus pulposus dilakukan dengan cara pengujian melalui pencitraan (hasil gambar).
Pengobatan yang dilakukan terbagi menjadi dua bagian besar yaitu sebagai berikut[6]:
Pengobatan Tanpa operasi
Beberapa pengobatan tanpa operasi yang disarankan oleh dokter adalah :
Pengobatan dengan Operasi
Operasi dianjurkan jika seluruh pengobatan tanpa operasi tidak dapat memberikan kesembuhan pada Hernia Nukleus Pulposus. Dokter akan mendiskusikan opsi bedah dengan pasien untuk menentukan prosedur yang tepat seperti usia pasien, kesehatan keseluruhan, dan masalah lainnya dipertimbangkan[6]. Ada dua opsi bedah yang dianjurkan yaitu[6] :
Pola Hidup dan Olahraga Sehat
Olahraga atau kegiatan aktif dapat dilakukan di rumah untuk menjaga diskus. Posisi tubuh yang baik dapat merawat diskus tulang belakang seperti berdiri tegak, duduk tegak, dan posisi mengangkat dengan punggung lurus[7].
Beberapa tips olahraga atau kegiatan aktif yang bisa dilakukan adalah[7] sebagai berikut:
Tinjauan Pengobatan Hernia Nukleus Pulposus dapat dilakukan dengan perawatan tanpa operasi dan perawatan dengan operasi.
Beberapa efek yang diberikan oleh Hernia Nukleus Pulposus adalah sebagai berikut[1,8] :
Komplikasi dari penyakit ini adalah[8] :
Tinjauan Penyakit Hernia Nukleus Pulposus memberikan efek dan risiko yang membahayakan keadaan penderita bahkan komplikasi terhadap penyakit lain.
Tidak banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah Hernia Nukleus Pulposus. Penyakit ini sering disebabkan oleh penuaan dan kerusakan alami. Beberapa gaya sehat yang dapat dilakukan untuk menjaga diskus atau cakram adalah[7]:
Tinjauan Tidak banyak kegiatan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah Hernia Nukleus Pulposus. Namun, beberapa kegiatan yang sedikit tersebut mampu membantu untuk mencegah penyakit ini.
1) Franco L. De Cicco; Gaston O. Camino Willhuber. 2019. National Center for Biotechnology Information USA. Nucleus Pulposus Herniation.
2) Scott C. Dulebohn; Ruben Ngnitewe Massa & Fassil B. Mesfin. 2019. National Center for Biotechnology Information USA. Disc Herniation.
3) Anonim. 2003. American Family Physician. When you have a Herniated Disc.
4) Annisa Iksanawati; Bambang Tiksnadi; Arifin Soenggono & Nucki Nursjamsi Hidajat. 2015. Reseachgate. Herniated Nucleus Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung Indonesia.
5) Anonim. 2017. National Center of Biotechnology Information. USA. Slipped Disk : Overview.
6) Anonim. Diakses 2020. American Association of Neurological Surgeons. Herniated Disc.
7) Anonim. 2020. American Academy of Family Physicians. Herniated Disc.
8) Franco L. De Cicco; Gaston O & Camino Willhuber. 2019. National Center for Biotechnology Informati. USA