Daftar isi
Hipotermia merupakan sebuah kondisi penurunan suhu tubuh secara drastis sampai pada 35 derajat Celsius [1,2,3,5,10,12].
Jika suhu tubuh normal manusia adalah 37 derajat Celsius, maka ketika suhu tubuh dapat turun secara ekstrem hingga 35 derajat Celsius ke bawah, hal ini sudah tergolong sebagai hipotermia.
Ketika hipotermia dialami seseorang, sistem saraf, jantung dan organ vital lainnya tak dapat bekerja seperti seharusnya.
Bila dibiarkan terlalu lama tanpa penanganan, akibatnya organ penting tubuh kehilangan fungsinya dan memicu kematian.
Tinjauan Hipotermia adalah sebuah kondisi ketika suhu tubuh menurun hingga berada pada 35 derajat Celsius atau kurang dari itu.
Terjadinya hipotermia adalah saat panas yang tubuh hasilkan tak sebanyak panas yang sudah menguap atau hilang.
Hal ini kemudian menyebabkan panas tubuh menghilang sangat banyak dan hipotermia pun terjadi.
Berikut ini adalah sejumlah faktor yang mampu menjadi penyebab awal hipotermia dialami [1,4,5].
Tubuh kehilangan panasnya ketika beberapa hal ini terjadi [1] :
Di bawah ini adalah sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko seseorang lebih mudah mengalami hipotermia :
Semakin usia bertambah, kemampuan tubuh dalam mengatur suhu tubuh berkurang [1,6].
Hal ini paling berpengaruh pada lansia di mana tubuh lebih mudah merasa kedinginan ketika sekalipun berada di tempat yang tergolong hangat.
Usia anak-anak, khususnya balita, dapat kehilangan panas tubuh lebih mudah daripada orang dewasa [1,2,3].
Bahkan ketika terpapar udara dingin, anak-anak biasanya tidak terlalu peduli dan menyadarinya.
Faktor tubuh yang sangat lelah akan sulit menoleransi cuaca atau suhu dingin [7].
Gangguan mental tertentu juga dapat menjadi faktor yang menyebabkan seseorang lebih mudah terkena hipotermia [1,8].
Hal ini dapat terjadi misalnya karena penderita tidak mengenakan pakaian sesuai musim dan cuaca saat bepergian.
Penderita demensia kemungkinan keluar rumah tanpa sadar dan tanpa mengenakan pakaian yang tepat, terutama di musim dingin [9].
Jika hal ini terjadi mampu memicu hipotermia apabila tak segera pulang dan mendapatkan udara hangat.
Beberapa jenis obat seperti sedatif, antipsikotik, dan antidepresan dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam mengatur suhu tubuh [10].
Hipotiroidisme, cedera pada tulang belakang, penyakit Parkinson, penyakit stroke, diabetes, anoreksia nervosa, dan nutrisi buruk adalah sejumlah kondisi medis yang dapat berakibat pada timbulnya kondisi hipotermia [1,11].
Pembuluh darah dapat menyempit ketika mengonsumsi alkohol sehingga hilangnya panas tubuh terjadi dengan cepat dari permukaan kulit [1,5].
Hal ini juga dapat terjadi saat menggunakan obat-obatan terlarang.
Tinjauan Terpapar dingin dalam waktu lama tanpa mengenakan pakaian tebal, mengenakan pakaian basah dalam waktu lama, berada di dalam air terlalu lama, dan penggunaan AC di dalam ruangan yang terlalu dingin mampu menjadi sebab hipotermia terjadi.
Ketika suhu tubuh menurun drastis, maka tanda utama yang terjadi adalah menggigil.
Selain menggigil, berikut ini adalah gejala hipotermia yang perlu segera mendapatkan pertolongan [1,5] :
Penderita hipotermia sendiri seringkali tidak menyadari bahwa mereka tengah mengalami hipotermia.
Gejala timbul satu demi satu secara perlahan sehingga sulit untuk mendeteksi hipotermia dari awal.
Namun ketika penderita sudah mulai bicara tak jelas dan linglung, sebaiknya segera bawa ke dokter atau panggil bantuan medis.
Tinjauan Denyut nadi melemah, nafas lambat, hilang ingatan, linglung, sulit bicara, tubuh kaku, tubuh mati rasa, kulit pucat, hingga kehilangan kesadaran adalah gejala-gejala utama hipotermia yang perlu segera mendapatkan pertolongan darurat.
Ketika gejala yang terjadi diperiksakan ke dokter, beberapa metode pemeriksaan ini diterapkan oleh dokter untuk memastikan kondisi hipotermia :
Bila gejala tergolong ringan, diagnosa akan sulit dilakukan, terutama pada lansia yang mengalami gangguan bicara, gangguan koordinasi tubuh dan linglung meski berada di dalam rumah terus-menerus.
Penanganan hipotermia terbagi menjadi dua metode, pemberian pertolongan pertama dan juga pemberian pertolongan medis.
Bila mendapati seseorang mengalami gejala hipotermia, sebelum bantuan medis datang, pertolongan pertama berikut ini bisa coba dilakukan [1,5,13] :
Ketika bantuan medis telah datang dan penderita gejala hipotermia dibawa ke rumah sakit, maka perawatan medis yang umumnya diberikan antara lain [1,5,12,14] :
Tinjauan Hipotermia dapat ditangani dengan pemberian selimut, pakaian kering dan tebal, cairan infus, tambahan oksigen, cairan steril hangat, dan cuci darah.
Ketika seseorang mengalami hipotermia, terutama yang disebabkan oleh cuaca dingin atau air dingin, pembekuan jaringan tubuh dapat terjadi.
Selain itu, gangren (kerusakan jaringan tubuh) dan kematian adalah komplikasi fatal yang berpotensi besar terjadi ketika hipotermia tak segera mendapatkan pertolongan yang tepat [1,2,3,5,15].
Hipotermia dapat dicegah melalui sejumlah upaya berikut ini [1,13] :
Untuk perlindungan anak-anak agar tidak mudah kedinginan yang berakibat pada hipotermia, para orang tua sebaiknya melakukan beberapa hal berikut :
Tinjauan Menghindari cuaca dingin atau aktivitas di luar ruangan selama cuaca dingin adalah salah satu upaya pencegahan hipotermia. Namun, mengenakan pakaian tebal dan perlindungan diri lengkap untuk aktivitas tertentu di wilayah dingin juga sangat dianjurkan.
1. Hieu Duong & Gaurav Patel. Hypothermia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Fajar Pandhu Bawono. Pengetahuan Pendaki Gunung Tentang Pertolongan Pertama pada Hipotermi di Wana Wisata Cemoro Sewu, Gunung Lawu, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan. Repository Muhammadiyah University of Ponorogo; 2017.
3. Parti, Sumiati Malik & Nurhayati. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas; 2020.
4. Andrew A Udy, Marc D Ziegenfuss, & John F Fraser. Deep accidental hypothermia during the Queensland summer. Critical Care Resuscitation; 2007.
5. Ionut Isaia Jeican. The pathophysiological mechanisms of the onset of death through accidental hypothermia and the presentation of “The little match girl” case. Clujul Medical; 2014.
6. S M Horvath & R D Rochelle. Hypothermia in the aged. Environmental Health Perspectives; 1977.
7. A J Young, J W Castellani, C O'Brien, R L Shippee, P Tikuisis, L G Meyer, L A Blanchard, J E Kain, B S Cadarette, & M N Sawka. Exertional fatigue, sleep loss, and negative energy balance increase susceptibility to hypothermia. Journal of Applied Physiology; 1985.
8. D M Young. Risk factors for hypothermia in psychiatric patients. Annals of Clinical Psychiatry; 1996.
9. Mak Adam Daulatzai. Conversion of elderly to Alzheimer's dementia: role of confluence of hypothermia and senescent stigmata--the plausible pathway. Journal of Alzheimer Disease; 2010.
10. Cherryl Zonnenberg, Jolien M. Bueno-de-Mesquita, Dharmindredew Ramlal, & Jan Dirk Blom. Hypothermia due to Antipsychotic Medication: A Systematic Review. Frontiers in Psychiatry; 2017.
11. Hiroshi Kataoka, Nobuyuki Eura, Takao Kiriyama, Yuto Uchihara, & Kazuma Sugie. Accidental hypothermia in Parkinson’s disease. Oxford Medical Case Reports; 2018.
12. Kees H Polderman. Hypothermia and coagulation. Critical Care; 2012.
13. Anonim. First Aid for Overexposure to the Cold - Frostbite and Hypothermia Treatment. St John Ambulance Australia; 2020.
14. Yahya Ayhan Acar, Banu Karakuş Yılmaz, Duygu Sultan Çelik, Erdem Çevik, Hatice Topçu, Şule Özsoy, Aylin Haklıgör, & Orhan Çınar. Transpulmonary Hypothermia with Cooled Oxygen Inhalation Shows Promising Results as a Novel Hypothermia Technique. Balkan Medical Journal; 2017.
15. Jay Biem, Niels Koehncke, Dale Classen, & James Dosman. Out of the cold: management of hypothermia and frostbite. Canadian Medical Association Journal; 2003.