Ikterus Neonatorum atau biasa di kenal dengan penyakit kuning merupakan salah satu kondisi umum yang terjadi pada bayi yang baru lahir dan membutuhkan perhatian medis. Penyakit kuning pada bayi ini sering disebut dengan Ikterus Neonatorum [1].
Ada sekitar 60 – 80% bayi sehat di dunia yang lahir dengan kondisi kuning pada badannya [1].
Sekitar 80% bayi prematur di dunia mengalami ikterus neonatorum. Keadaan ini biasanya muncul sekitar 2 hingga 4 hari setelah lahir dan sembuh dengan sendirinya setelah 1 hingga 2 minggu [2].
Daftar isi
Ikterus Neonatorum merupakan kondisi dimana terjadi perubahan warna kekuningan pada kulit, konjungtiva dan sklera pada mata. Istilah penyakit kuning berasal dari bahasa Perancis ‘Jaune’ yang berarti kuning [3].
Penyakit ini sangat umum terjadi pada bayi dan bersifat sementara. Ini terjadi ketika terlalu banyak bilirubin dalam darah bayi yang baru lahir[4].
Bilirubin adalah pigmen normal dalam tubuh yang dibuat ketika sel darah merah diuraikan dalam tubuh. Ini biasanya diproses dalam hati dan dibuang saat bayi[4].
Ketika badan bayi kuning, maka terjadi dua kemungkinan yaitu jumlah bilirubin terlalu banyak atau hati bayi tidak mampu memproses secara cepat[4].
Kondisi bayi kuning yang normal adalah[1]:
Apakah Ikterus Neonatorum menular?
Pada umumnya, penyakit ini tidak menular kepada bayi lain. Ini karena penyakit ini terjadi karena tingkat bilirubin dalam tubuh bayi meningkat. Gejala akan dimulai pada wajah dan menyebar ke dada, lengan, dan kaki[5].
Namun, penyakit bayi kuning dapat menjadi penyakit menular jika penyakit ini merupakan gejala dari penyakit hepatitis.
Tinjauan Ikterus Neonatorum adalah penyakit yang umum terjadi dan mengakibatkan kulit dan mata bayi menjadi kuning.
Fakta Tentang Ikterus Neonatorum
Secara umum, ikterus neonatorum banyak terjadi pada bayi dengan etnis Mediterania, Asia Timur, dan Timur Tengah. Selain itu, bayi yang memiliki ibu dengan golongan darah O dan rhesus (Rh) negatif juga berpeluang tinggi untuk terkena penyakit ini [5].
Berdasarkan penelitian di Indonesia, ikterus neonatorum terjadi sekitar 7% dari total bayi baru lahir. Sekitar 2% dari bayi tersebut memiliki ikterus neonatorum yang akut [6].
Berdasarkan penelitian di Nepal, ikterus neonatorum terjadi sekitar 3% dari keseluruhan bayi yang baru lahir[7]. Berbeda dengan Afrika Selatan, sekitar 55.2% dari 96 anak yang baru lahir[8].
Tinjauan Ikterus Neonatorum terjadi hampir di semua negara di dunia. Indonesia memiliki tingkat yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua negara lainnya.
Berdasarkan penyebabnya yaitu kelebihan bilirubin, ikterus neonatorum terdiri dari beberapa jenis yaitu [1]:
Jenis ini merupakan jenis umum, karena tidak menimbulkan efek yang serius. Jenis ini dapat menghilang pada hari ke 14 dan biasanya kadar bilirubin yaitu kurang dari 18 mg/dl.
Penyakit jenis ini terjadi sekitar 24 jam dan peningkatan bilirubin sebanyak 5 mg/dl/hari. Penyakit kuning ini tidak menghilang lebih dari 2 minggu dan terdapat urin gelap pada pakaian.
Penyakit ini merupakan kelebihan bilirubin yang disebabkan oleh ASI. Penyakit jenis ini muncul satu atau dua hari setelah diberikan ASI dan akan menghilang sekitar 3 minggu.
Penyakit kuning jenis ini disebabkan kelebihan bilirubin dari faktor Rh anak dan ibu yang tidak cocok, kelompok darah ABO anak dan ibu tidak cocok, dan adanya defisiensi G6PD atau kadang disebut Glukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Tinjauan Ikterus Neonatorum berdasarkan kadar bilirubin terdiri dari 4 jenis.
Penyebab utama ikterus Neonatorum adalah kelebihan bilirubin dalam tubuh bayi. Bayi baru lahir menghasilkan bilirubin yang lebih banyak dan kerusakan sel darah merah yang lebih cepat dibandingan dengan orang dewasa[9].
Hati yang belum matang pada bayi baru lahir,seringkali tidak dapat bilirubin dengan cukup cepat. Hal ini menyebabkan kelebihan bilirubin dan badan bayi menjadi kuning[9].
Penyebab lain ikterus neonatorum adalah [9]:
Siapa yang Berisiko Terkena Ikterus Neonatorum
Faktor risiko ikterus neonatorum, terutama dapat menyebabkan komplikasi adalah [9]:
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 38 minggu mungkin tidak dapat memproses bilirubin secepat bayi yang lahir cukup bulan. Bayi prematur juga dapat menyusu lebih sedikit dan buang air besar lebih sedikit, sehingga pengeluaran bilirubin berkurang melalui tinja.
Bayi baru lahir yang memiliki memar selama persalinan. Memar ini diakibatkan karena memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi dan kerusakan sel darah merah yang lebih banyak.
Jika golongan darah bayi dan ibu memiliki perbedaan, maka bayi tersebut mungkin telah menerima antibodi dari plasenta yang menyebabkan kerusakan sel darah merah yang cepat dan tidak normal.
Bayi yang menyusu, terutama yang mengalami kesulitan menyusui atau mendapatkan cukup nutrisi dari menyusui, berisiko lebih tinggi terkena penyakit kuning. Dehidrasi atau konsumsi kalori yang kurang dapat menimbulkan penyakit kuning.
Dari hasil penelitian, bayi yang berasal dari Asia Timur memiliki risiko tinggi terkena penyakit kuning.
Tinjauan Penyebab utama ikterus Neonatorum adalah kelebihan bilirubin dalam tubuh bayi dan terdapat penyebab lainnya yang menimbulkan ikterus neonatorum.
Gejala utama yang ditimbulkan oleh ikterus neonatorum adalah kulit dan mata bayi menjadi kuning selama 3 hari sejak lahir dan hilang saat bayi usia 2 minggu. Beberapa gejala lainnya adalah [10] :
Kapan Harus ke Dokter?
Jika bayi menunjukkan beberapa gejala berikut[4]:
Setelah melakukan pengobatan dan perawatan secara menyeluruh berikut ini Ciri – ciri bayi yang telah sembuh dari ikterus neonatorum adalah [13]:
Tinjauan: Gejala utama penyakit ikterus neonatorum adalah kulit dan mata bayi menjadi kuning dan terdapat beberapa gejala lainnya.
Ketika bayi kuning, pemeriksaan akan dilakukan paling lama setelah 2 hari. Diagnosis yang dilakukan untuk Ikterus Neonatorum adalah [10]:
Pemeriksaan dilakukan tanpa pakaian dan di bawah cahaya yang baik dan alami. Pemeriksaan dilakukan pada bagian putih mata, bagian gusi dan kotoran bayi.
Pemeriksaan bilirubin dapat dilakukan dengan tes darah atau dengan alat tes bilirubin yang disebut bilirubinometer.
Tes ini dilakukan jika bayi kuning dalam waktu 2 minggu. Tes yang dilakukan untuk melihat kelompok darah bayi, apakah ada antibodi yang merusak sel darah merah bayi, terdapat infeksi dan defisiensi enzim.
Pemeriksaan bayi kuning dilakukan sejak bayi lahir dan dilakukan selama dua hari. Pemeriksaan bayi kuning dilakukan pada kulit, mata dan tingkat bilirubin dalam tubuh bayi[10].
Langkah – langkah pemeriksaan dari bayi kuning adalah[10]:
Tinjauan Diagnosis ikterus neonatorum dilakukan dengan 3 cara yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan bilirubin dan tes darah lainnya.
Cara pengobatan dan penanganan ikterus neonatorum adalah dengan penurunan kadar bilirubin. Beberapa cara pengobatan ikterus neonatorum baik secara medis dan non medis adalah sebagai berikut [9]:
Dokter akan memberikan makanan yang cukup nutrisi atau suplemen yang lebih sering untuk mencegah penurunan berat badan bayi
Bayi akan ditempatkan di bawah lampu khusus yang memancarkan cahaya dalam spektrum hijau dan biru. Cahaya tersebut akan mengubah bentuk dan struktur molekul bilirubin dan dapat dikeluarkan dalam urin dan feses. Selama perawatan, bayi hanya akan menggunakan popok dan pelindung mata.
Penyakit kuning mungkin disebabkan oleh perbedaan golongan darah ibu dan anak. Transfusi imunoglobulin (protein darah) dengan infus dapat mengurangi kadar antibodi, mengurangi kuning dan mencegah transfusi darah.
Pengobatan ini jarang dilakukan kecuali bayi memerlukan perawatan yang intensif dan penyakit kuning parah. Hal ini dilakukan dengan pengambilan darah yang berulang dan menggantinya dengan donor darah, sehingga mengurangi bilirubin.
Pantangan dan Anjuran Ikterus Neonatorum
Pantangan dan anjuran dokter jika bayi terkena ikterus neonatorum adalah berkaitan dengan pemberian ASI. Beberapa bayi disarankan tidak diberikan ASI dan diganti dengan suplemen seperti [11]:
Makanan untuk bayi yang terkena ikterus neonatorum adalah ASI yang diberikan rutin selama beberapa hari di awal kelahiran. Jika terdapat permasalahan dalam ASI ibu, maka dapat digantikan dengan susu formula [1].
Tinjauan Pantangan dan anjuran untuk bayi yang terkena ikterus neonatorum adalah berkaitan dengan pemberian ASI.
Kadar bilirubin yang terlalu tinggi dalam tubuh bayi akan menyebabkan ikterus neonatorum yang parah dan beberapa komplikasi yaitu [9]:
Bilirubin adalah racun bagi sel – sel otak. Jika bayi memiliki penyakit kuning yang parah, ada risiko bilirubin akan masuk ke otak. Kondisi ini disebut ensefalopati bilirubin akut. Perawatan yang cepat dapat mencegah kerusakan permanen.
Tanda ensefalopati bilirubin akut adalah bayi lesu, bayi sulit bangun, tangisan bernada tinggi, memiliki kesulitan dalam menyusui, adanya lengkungan pada leher belakang dan tubuh, dan demam.
Ini adalah kerusakan otak permanen diakibatkan bilirubin yang akut. Penyakit ini dapat menyebabkan gerakan yang tidak disengaja dan tidak dapat dikontrol, pandangan ke atas secara permanen, gangguan pendengaran, dan perkembangan lapisan luar gigi yang tidak benar.
Efek Bayi Terkena Ikterus Neonatorum
Pada umumnya, efek bayi yang terkena penyakit ini tidak berbahaya pada bayi. Penyakit ini hanya akan memberikan warna kuning pada kulit dan menghilang dengan sendirinya [4].
Namun, jika bilirubin terlalu banyak atau sangat tinggi, maka akan memberikan efek sebagai berikut[4]:
Kapan kondisi Ikterus Neonatorum berbahaya bagi bayi?
Penyakit ini dapat berbahaya jika [4]:
Setelah meninggalkan rumah sakit, kapan harus berkonsultasi dengan dokter?
Beberapa gejala yang harus berkonsultasi kembali dengan dokter adalah [4]:
Tinjauan Komplikasi yang disebabkan oleh ikterus neonatorum adalah ensefalopati bilirubin akut dan kernikterus. Sedangkan, untuk efek ikterus neonatorum pada bayi dapat tidak berbahaya bagi bayi dan dapat juga menjadi berbahaya pada bayi.
Pencegahan terbaik dan paling utama terhadap ikterus neonatorum adalah pemberian makanan yang memadai [9].
Bayi harus mendapatkan ASI sebanyak 8 hingga 12 kali selama beberapa hari pertama di umurnya. Bayi yang mendapatkan susu formula harus diberikan sebanyak 3- hingga 60 ml setiap 2 hingga tiga jam selama minggu pertama[9].
Beberapa pencegahan lainnya yang harus dilakukan adalah[12]:
Tinjauan Pencegahan utama untuk penyakit ikterus neonatorum adalah pemberian cukup ASI dan makanan pada bayi dan melakukan pengujian pada bayi dengan faktor risiko penyakit ini.
1) Sana Ullah, Khaista Rahman, & Mehdi Hedayati. 2016. National Institute of Health. Hyperbilirubinemia in Neonates: Types, Causes, Clinical Examinations, Preventive Measures and Treatments: A Narrative Review Article.
2) Woodgate P & Jardine LA. 2015. U.S. National Library of Medicine. Neonatal jaundice: phototherapy.
3) Betty Ansong-Assoku & Pratibha A. Ankola. 2019. National Institute of Health. Neonatal Jaundice.
4) Pediatrics Child Health. 2007. National Institute of Health. Jaundice in newborns.
5) Anonim. 2006. Centers for Diseases Control and Prevention. Your Guide to Newborn Jaundice Safety.pdf.
6) Mahendra T. A. Sampurna, Kinanti A. Ratnasari, Darto Saharso, Arend F. Bos, Pieter J. J. Sauer, Peter H. Dijk & Christian V. Hulzebos. 2019. Springer. Current phototherapy practice on Java, Indonesia.
7) Carolyn G. Scrafford, Luke C. Mullany, Joanne Katz, Subarna K. Khatry, Steven C. LeClerq, Gary L. Darmstadt, & James M. Tielsch. 2013. National Institute of Health. Incidence and Risk Factors for Neonatal Jaundice among Newborns in Southern Nepal.
8) Hanneke Brits; Jeanie Adendorff; Dyanti Huisamen; Dahne Beukes; Kristian Botha; Hanre Herbst & Gina Joubert. 2018. National Institute of Health. The prevalence of neonatal jaundice and risk factors in healthy term neonates at National District Hospital in Bloemfontein.
9) Anonim. 2020. Mayo Clinic. Infant Jaundice.
10) Anonim. 2018. NHS. Newborn Jaundice.
11) Tina M Slusher, Bolajoko O Olusanya, Hendrik J Vreman, Ronald J Wong, Ann M Brearley, Yvonne E Vaucher, & David K Stevenson. 2013. National Institute of Health. Treatment of neonatal jaundice with filtered sunlight in Nigerian neonates: study protocol of a non-inferiority, randomized controlled trial.
12) Paediatrics Child Health. 2008. National Institute of Health. Newborn jaundice: Time for prevention?
13) Anonim. 2016. The Paediatric Society of New Zealand and Starship Foundation. Jaundice in Babies.