Dunia kesehatan kembali diramaikan dengan wabah yang terjadi di Cina, yaitu infeksi norovirus yang menyebabkan banyak mahasiswa disana jatuh sakit. Sebenarnya apa itu norovirus dan seberapa bahayakah penyakit yang disebabkannya?
Daftar isi
Sebenarnya, wabah norovirus pertama kali terjadi di tahun 1972 di sebuah kota bernama Norwalk di Ohio, Amerika Serikat. Inilah yang kemudian menjadi asal dari nama virus tersebut yang awalnya adalah virus Norwalk. [2]
Norovirus adalah sekelompok virus yang sangat menular. Virus ini bisa disebarkan oleh orang yang telah terinfeksi, dari makanan atau air yang terkontaminasi, atau menyentuh permukaan yang terkena virus ini.
Infeksi norovirus berdampak pada perut dan usus serta menyebabkan penyakit yang disebut gastroenteritis (peradangan di perut dan usus). Virus ini dianggap sebagai penyebab diare dan muntah akut yang paling umum di seluruh dunia. [2, 3]
Seseorang bisa terinfeksi norovirus berkali-kali dalam hidupnya karena jenis virus ini ada banyak. Terinfeksi satu jenis norovirus tidak berarti kebal terhadap jenis norovirus lainnya. Ketahanan seseorang terhadap norovirus juga ditentukan oleh faktor gen. [1]
Meskipun norovirus bisa menginfeksi kapanpun sepanjang tahun, tetapi paling umum terjadi di musim dingin. Ini sebabnya beberapa orang menyebut infeksi norovirus sebagai “muntah-muntah musim dingin”. Norovirus juga kadang-kadang disebut keracunan makanan, karena bisa disebarkan melalui makanan yang terkontaminasi meskipun infeksinya tidak selalu disebabkan oleh makanan. [1, 2, 3, 4]
Jika terinfeksi norovirus, penderitanya akan mulai merasakan gejala-gejala sakit dalam 12 hingga 48 jam setelah terpapar. Gejala-gejala yang paling umum termasuk mual, muntah (lebih sering dialami anak-anak), diare yang sangat cair (lebih sering dialami orang dewasa), dan kram atau sakit perut. [1, 2, 3, 4]
Gejala-gejala infeksi norovirus lainya termasuk:
Sebagian besar dari gejala-gejala ini tidak bersifat serius, tetapi diare dan muntah bisa menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan mengalami dehidrasi. Anak-anak dan orang lanjut usia adalah kelompok yang paling rentan mengalami dehidrasi dan kekurangan nutrisi bila terinfeksi norovirus. [2, 4]
Jika mengalami gejala-gejala diatas, segera periksakan diri ke dokter agar bisa dipastikan apa penyebab dari diare dan muntah yang dialami. Sebagian besar penderita infeksi norovirus akan pulih dalam 1 hingga 3 hari. [1]
Seseorang bisa terinfeksi norovirus bila:
Begitu seseorang terinfeksi norovirus, ia bisa menyebaran miliaran partikel norovirus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Sedikit saja partikel norovirus sudah bisa membuat orang lain sakit. Penderita infeksi norovirus bisa sangat menulari ketika: [1]
Tetapi, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang sudah sembuh dari infeksi masih bisa menulari selama dua minggu setelah gejala-gejala hilang. [1, 4]
Norovirus bisa dengan mudah mengontaminasi makanan dan minuman karena hanya dibutuhkan sedikit sekali partikel virus untuk membuat orang terinfeksi. Makanan dan minuman bisa terkontaminasi norovirus melalui banyak cara, termasuk jika: [1, 2]
Norovirus bisa menyebar melalui air yang kemudian akan mengontaminasi makanan yang dicuci, disiram, atau dipanen menggunakan air tersebut. Air bisa terkontaminasi karena: [1, 2]
Permukaan benda bisa terkontaminasi norovirus melalui banyak cara, termasuk jika: [1, 2, 4]
Norovirus bisa berkembang biak di ruangan-ruangan yang tertutup, seperti restoran, ruang kelas, day-care, dan rumah jompo. Virus ini juga bisa bertahan hidup di suhu yang sangat dingin serta di permukaan benda.
Anak-anak yang masih kecil, orang lanjut usia, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah termasuk ke dalam kelompok berisiko tinggi. Penyebaran norovirus sulit dikendalikan karena sudah bisa mulai ditularkan sebelum seseorang mengalami gejala. [2, 4]
Dengan kata lain, orang yang terinfeksi bisa menyebarkan virus sebelum ia tahu bahwa dirinya sakit. [2, 4]
Metode diagnostik untuk norovirus difokuskan pada deteksi RNA virus atau antigen virus. Sebagian besar tes menggunakan RT-qPCR (reverse transcription- real-time polymerase chain reaction) untuk mendeteksi keberadaan norovirus.
Tes ini mendeteksi keberadaan RNA virus dan bisa digunakan untuk memeriksa tinja, muntah, makanan, air, dan spesimen lingkungan. Cara ini adalah metode yang paling dipilih untuk mendeteksi norovirus karena sangat sensitif dan spesifik. [1, 4]
Selain pemeriksaan tinja dan muntah, beberapa dokter juga mendiagnosa infeksi ini melalui pemeriksaan fisik dan melihat gejala-gejala yang dialami pasien. [2]
Tidak ada obat khusus yang bisa digunakan untuk mengobati infeksi norovirus. [1]
Norovirus, seperti juga virus lainnya, tidak bisa diobati menggunakan antibiotik yang dirancang untuk membunuh bakteri. Tidak ada obat antivirus yang bisa mengobati infeksi norovirus, tetapi jika pasien memiliki kondisi tubuh yang kuat, gejala-gejala akan hilang sendiri dalam 1 hingga 3 hari. [1, 2]
Jika terinfeksi norovirus, minum banyak air untuk mencegah terjadinya dehidrasi, akibat diare dan muntah, yang bisa menyebabkan masalah-masalah kesehatan lainnya. Jika dehidrasi sudah sangat parah, segera hubungi fasilitas kesehatan.
Dehidrasi yang parah membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pemberian cairan melalui infus. Awasi gejala dehidrasi pada anak, lansia, dan orang dengan sistem imun lemah yang terinfeksi, seperti menangis tanpa air mata, rewel, lebih sering mengantuk, jarang buang air kecil, lemas, dan mulut kering. [3]
Hidup bersih dan menjaga kebersihan adalah kunci untuk mencegah terjadinya infeksi norovirus, terutama bila Anda sering bertemu orang banyak. [1, 2, 3]
Jika Anda terinfeksi norovirus, jangan dulu memasak atau menyiapkan makanan selama 2 hingga 3 hari setelah gejala-gejala hilang. Serta, hindari mengonsumsi makanan yang dimasak atau disiapkan oleh orang yang kelihatan sedang sakit.
Hingga saat ini masih belum ada vaksin untuk pencegahan infeksi norovirus meskipun penelitian mengenai hal ini masih terus dijalankan. [1, 3, 4]
1. Division of Viral Diseases. Norovirus. Centers for Disease Control and Prevention; 2019.
2. Hansa D. Bhargava, MD. Norovirus. WebMD; 2020.
3. NFID Team. Norovirus. National Foundation for Infectious Disease.
4. Elizabeth Robilotti, Stan Deresinski, Benjamin A. Pinsky. Norovirus. American Society for Microbiology, Clinical Microbiology Reviews; 2015.