Kaki pecah-pecah adalah sebuah kondisi ketika kulit kaki mengelupas, kering dan tampak seperti retakan.
Umumnya, kondisi seperti ini dialami pada bagian tumit di mana kulit seperti terbelah dan akan terasa perih [1].
Terkadang kulit yang pecah-pecah juga dapat terasa gatal serta mengeluarkan darah dan akan tampak begitu tak menarik apabila dipandang dari segi estetika [1].
Kenali berbagai kemungkinan penyebabnya agar mampu mengatasi sesuai kondisi yang mendasari.
Daftar isi
Beberapa orang mengalami kaki pecah-pecah ketika kulitnya begitu kering [1,2,3].
Hal ini disebut memiliki kaitan dengan kadar minyak yang berkurang pada permukaan kulit sehingga mengakibatkan kulit kasar, kering, mengelupas bahkan hingga pecah-pecah [1,2,3].
Tinggal di wilayah dengan tingkat kelembapan rendah dapat menjadi salah satu peningkat risiko [1,2,3,7].
Selain itu kondisi kulit seperti ini pun dapat menjadi hasil dari pengaruh intens paparan sinar matahari secara langsung [1,2,3,7].
Kaki pecah-pecah juga dapat disebabkan oleh faktor penuaan di mana usia yang semakin tua akan memengaruhi tingkat produksi kelembapan kulit [3,4].
Tingkat elastisitas dan kelembapan kulit akan semakin berkurang saat bertambah tua [3,4].
Penggunaan air terlalu lama ditambah dengan sabun berbahan keras dapat menjadi penyebab kulit iritasi [5].
Kulit iritasi tak hanya ditandai dengan kemerahan dan perih, tapi juga seringkali sampai pecah-pecah [5].
Penggunaan sabun seperti deterjen maupun penggunaan air terlalu lama justru dapat membuat kelembapan kulit lebih cepat hilang [5].
Jika kebiasaan ini dilakukan jangka panjang, maka kulit lebih rentan pula untuk pecah-pecah [5].
Tinggal di wilayah bercuaca dingin atau tinggal di wilayah dengan musim dingin dapat menjadi salah satu faktor peningkat risiko kaki kering hingga pecah-pecah [3,6].
Tingkat kelembapan pada waktu cuaca berubah dingin tentu akan menurun. Hal ini akan berpengaruh cukup besar pada kesehatan dan kelembapan kulit [3,6].
Bagi pemilik jenis kulit kering, berada di daerah bercuaca dingin akan memperburuk kondisi kulit dan memperbesar potensi pecah-pecah [3,6].
Dermatitis atopik adalah penyebab lain dari kaki dapat mengalami pecah-pecah [2,3].
Dermatitis atopik atau eksim sendiri merupakan jenis peradangan pada kulit yang akan membuat kulit kering, kemerahan, bersisik, dan beruam selain pecah-pecah [2,3].
Ketika dalam kondisi yang lebih parah, kulit yang pecah-pecah akan mengeluarkan darah disertai rasa gatal yang sangat hebat terutama ketika malam hari [2,3].
Stasis vena adalah kondisi lain yang mampu menjadi penyebab kulit kaki pecah-pecah [3].
Stasis vena sendiri adalah gangguan aliran darah di mana aliran darah melambat di bagian pembuluh vena yang terjadi akibat kaki jarang digunakan aktif [8].
Selain itu, stasis vena dapat terjadi sebagai efek dari prosedur bius dan pembedahan di bagian kaki maupun panggul atau juga dampak dari cedera pada bagian tubuh bawah [8].
Alergi juga dapat menjadi salah satu penyebab kulit kaki gatal, beruam, hingga pecah-pecah [3,9].
Alergi merupakan sebuah kondisi di mana sistem imun tubuh bereaksi terhadap alergen [3,9].
Alergen sendiri meliputi bermacam-macam hal, mulai dari debu, serbuk sari bunga, bulu hewan, makanan tertentu, hingga gigitan serangga [3,9].
Psoriasis merupakan kondisi radang kulit dengan ruam kemerahan sebagai tanda utama disertai kulit kering, bersisik, tebal, mengelupas hingga gatal, pecah-pecah dan nyeri [2,3,10].
Penyebab kondisi ini belum diketahui, namun faktor genetik dan sistem imun yang mengalami gangguan dapat menjadi faktor risiko psoriasis [2,3,10].
Athlete’s foot atau Tinea pedis, merupakan sebuah kondisi ketika kulit kaki mengalami gatal, lepuhan dan kerak setelah terkena infeksi [3,11].
Infeksi jamur menjadi penyebab utama kondisi ini di mana siapapun dapat mengalami kondisi yang juga disebut dengan istilah kutu air ini [3,11].
Malnutrisi tidak hanya ditandai dengan tubuh kurus dan kulit pucat [3,6].
Seringkali kulit kering bersisik hingga pecah-pecah dapat menjadi pertanda malnutrisi [3,6].
Tidak hanya pada kaki, bibir pun dapat mengalami gejala serupa apabila tubuh tidak mendapat gizi lengkap yang memadai [3,6].
Hipotiroidisme adalah kondisi ketika hormon tiroid tidak terproduksi secara memadai oleh kelenjar tiroid [3,6,12].
Efek obat tertentu hingga penyakit autoimun tertentu mampu menjadi penyebab utama hipotiroidisme [3,6,12].
Pada kulit, gejala yang ditimbulkan dapat meliputi kulit kering, keriput, mengelupas, kasar hingga lebih sensitif dan pecah-pecah bila terpapar cuaca dingin [12].
Penderita diabetes mellitus memiliki risiko lebih tinggi dalam mengalami kulit kaki kering dan pecah-pecah karena peredaran darah yang terganggu [2,3,13,14].
Hanya saja, diabetes bersama dengan malnutrisi dan hipotiroidisme tergolong sebagai faktor penyebab kulit kaki kering dan pecah-pecah yang sangat jarang [3].
Untuk mengatasi kulit kaki yang kering dan pecah-pecah, terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan dan di antaranya adalah [2,3,15,16] :
Untuk mencegah kembalinya kulit kaki pecah-pecah, penggunaan pelembap secara rutin dapat sangat membantu.
1. Shashi Gupta & Rabinarayan Acharya. Management of Padadari (cracked feet) with Rakta Snuhi (Euphorbia caducifolia Haines.) based formulation: An open-labeled clinical study. Ayu; 2018.
2. Justin Parker, Rolf Scharfbillig, & Sara Jones. Moisturisers for the treatment of foot xerosis: a systematic review. Journal of Foot and Ankle Research; 2017.
3. Catherine Moyer, DPM & Casey Gallagher, MD. How to Cope With Dry Skin and Cracks on Your Feet. Verywell Health; 2019.
4. Hideo Hashizume. Skin Aging and Dry Skin. The Journal of Dermatology; 2014.
5. Partha Mukhopadhyay. Cleansers and Their Role in Various Dermatological Disorders. Indian Journal of Dermatology; 2011.
6. Shane Specht & Yudy Persaud. Asteatotic Eczema. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Boutrand LB, Thépot A, Muther C, Boher A, Robic J, Guéré C, Vié K, Damour O, & Lamartine J. Repeated short climatic change affects the epidermal differentiation program and leads to matrix remodeling in a human organotypic skin model. Dove Press; 2016.
8. Shivik K. Patel & Scott M. Surowiec. Venous Insufficiency. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. Anonim. Allergic contact dermatitis: Overview. National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. Pragya A. Nair & Talel Badri. Psoriasis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
11. Aditya K Gupta, Deanne Daigle, Maryse Paquet, Bharat Gandhi, Fiona Simpson, Elmer Villanueva, Marc Verreault, & Danika Lyons. Topical treatments for athlete's foot. Cochrane Library; 2018.
12. Michael Lause, Alisha Kamboj, & Esteban Fernandez Faith. Dermatologic manifestations of endocrine disorders. Translational Pediatrics; 2017.
13. Geisa Maria Campos de Macedo, Samanta Nunes, & Tania Barreto. Skin disorders in diabetes mellitus: an epidemiology and physiopathology review. Diabetology & Metabolic Syndrome; 2016.
14. Jordan Rosen, BS & Gil Yosipovitch. Skin Manifestations of Diabetes Mellitus. National Center for Biotechnology Information; 2018.
15. Debra Sullivan, Ph.D., MSN, R.N., CNE, COI & Annette McDermott. How to Fix Cracked Heels at Home. Healthline; 2019.
16. Sarah Taylor, M.D., FAAD & Hannah Nichols. Six fixes for cracked heels. Medical News Today; 2019.