Daftar isi
Kanker testis ialah kanker yang bermula dalam satu atau kedua testis. Testis merupakan kelenjar reproduksi pria yang terletak di dalam skrotum, yang mana berupa kantung kulit di bawah penis[1, 2].
Kanker testis paling sering dimulai dengan perubahan pada sel-sel germinal. Sel-sel germinal merupakan sel di dalam testis yang memproduksi sperma[2].
Kanker testis termasuk jenis kanker yang langka. Kanker testis dapat mempengaruhi pria pada semua umur, tapi paling sering ditemukan pada pria usia 15 hingga 35 tahun. Kanker testis termasuk kanker yang dapat disembuhkan, bahkan jika kanker telah menyebar keluar testis[1, 3].
Menurut studi, kanker testis memiliki prognosis yang bagus dengan penanganan efektif, dengan >90% tingkat kesembuhan dan >95% tingkat bertahan hidup 5 tahun[4].
Pada umumnya, penyebab pasti kanker testis tidak diketahui. Kanker testis terjadi ketika sel-sel sehat di dalam testis berubah, mengalami abnormalitas, sehingga menyebabkan pertumbuhan sel-sel tersebut menjadi tidak terkendali[1].
Perkembangan kanker testis diduga disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang meningkatkan risiko kanker testis meliputi[4]:
Berikut beberapa hal yang meningkatkan risiko mengalami kanker testis[1, 4, 5]:
Kanker testis mempengaruhi remaja dan pria muda, terutama antara usia 15 dan 35 tahun. Sekitar setengah kasus terjadi pada pria berusia 20an dan awal 30an.
Testis terbentuk di dalam rongga perut selama perkembangan janin dan biasanya turuk ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Pria yang memiliki testis yang tidak turun dari rongga perut memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kanker testis dibandingkan pria dengan testis normal (turun ke skrotum).
Orang dengan anggota keluarga memiliki riwayat kanker testis, memiliki risiko lebih tinggi.
Kondisi tertentu dapat menyebabkan perkembangan testis abnormal dapat meningkatkan risiko kanker testis, seperti sindrom Klinefelter.
Kanker testis lebih umum di antara orang berkulit putih.
Beberapa infeksi virus dapat meningkatkan risiko kanker testis, meliputi human papillomavirus (HPV), Epstein-Barr virus (EBV), Cytomegalovirus (CMV), Parvovirus B-19, dan Human immunodeficiency virius (HIV)
Lebih dari 90% kanker testis berawal dari sel-sel germinal, yang berfungsi menghasilkan sperma. Terdapat dua jenis utama tumor sel germinal dalam testis, yaitu seminoma dan non seminoma. Berikut detail mengenai keduanya[3, 5]:
Pertumbuhan abnormal lain pada testis yang disebut tumor stromal sering kali tidak berbahaya, namun dapat menjadi bersifat kanker. Tumor jenis ini mencakup sekitar 5% kasus pada pria dewasa dan 20% kasus pada anak laki[5].
Terdapat jenis kanker langka yang berasal dari sel-sel pendukung di dalam testis, yaitu[3, 5]:
Gejala yang ditimbulkan kanker testis meliputi[1, 3, 5]:
Kanker testis biasanya terjadi pada salah satu testis saja[1]. Kanker testis yang telah menyebar dapat menyebabkan gejala[5]:
Komplikasi akibat kanker testis dapat meliputi[4]:
Selain diakibatkan oleh penyakit, komplikasi juga dapat muncul akibat penanganan kanker, meliputi[4]:
Pemeriksaan testis secara mandiri dianjurkan dilakukan setidaknya sebulan sekali, selama atau setelah mandi air hangat sambil berdiri. Berikut langkah-langkah pemeriksaan testis mandiri[3, 5]:
Putar testis di antara ibu jari dan jari telunjuk secara pelan tapi kuat untuk merasakaan permukaannya. Kekakuan dari testis hendaknya sama pada semua bagian. Ukuran salah testis sedikit lebih besar dari yang lain merupakan kondisi normal.
Epididimis dan vas deferens merupakan saluran halus yang terletak di atas dan di belakang testis. Saluran ini mengumpulkan dan membawa keluar sperma dari testis.
Benjolan pada testis sifatnya tidak normal, bahkan jika tidak menimbulkan rasa sakit. Jika menemukan benjolan kecil, keras, rasa sakit, atau pembengkakan segera hubungi dokter.
Untuk mendiagnosis kanker testis dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan seperti[2, 3, 5]:
Dokter perlu mengecek riwayat kesehatan pasien dan menanyakan mengenai gejala yang dialami. Selanjutnya dokter akan memeriksa skrotum, bagian perut, nodus limfa, dan bagian tubuh lainnya untuk memeriksa gejala kanker.
Ultrasound merupakan tes imaging yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam skrotum dan mengecek adanya benjolan atau pertumbuhan abnormal lain. Jika diperlukan dokter dapat meminta pasien menjalankan tes imaging lain seperti X-ray.
Tes darah dilakukan untuk mengecek adanya marker tumor, yaitu protein dan hormon yang diproduksi oleh beberapa kanker testis.
Jika dokter mendiagnosis kanker, dokter dapat melakukan tes scan panggul atau CT scan perut untuk mencaritahu penyebarannya. Proses ini disebut staging (penentuan stadium kanker), berfungsi membantu dokter memutuskan penanganan paling sesuai[2, 3].
Tidak seperti kanker jenis lain, dokter tidak melakukan biopsi (pengambilan sampel jaringan) sebelum operasi. Pada kasus kanker testis, sel-sel diamati setelah operasi dilakukan untuk mengangkat jaringan kanker. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah penyebaran kanker melalui skrotum[2, 3].
Berikut tingkatan stadium kanker testis[3]:
Pengobatan bergantung pada beberapa hal meliputi diagnosis dan kesehatan pasien secara umum. Selain itu, bergantung pada stadium kanker, pasien dapat menerima satu atau lebih perawatan[3, 5].
Sebelum pengobatan dilakukan, pasien sebaiknya membicarakan dengan dokter mengenai cara menyimpan sperma. Pengobatan kanker umum mengakibatkan perubahan hormon pria dan infertilitas. Pasien dapat melakukan penyimpanan sperma sebelum pengobatan kanker[3].
Jika kanker berada pada stadium paling awal, dokter dapat menganjurkan untuk melakukan pemantauan kondisi yang dilakukan untuk mencari perubahan dengan pemeriksaan rutin. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan fisik, tes marker tumor, dan tes imaging[3, 5].
Pemantauan dianjurkan untuk stadium 0 dan beberapa kanker stadium 1[3]:
Jika kanker menunjukkan tanda pertumbuhan, atau jika terjadi perubahan kadar hormon, dokter dapat menganjurkan pengobatan lain, meliputi[3, 5]:
Operasi merupakan penanganan utama untuk kanker testis. Berikut opsi prosedur operasi untuk mengatasi kanker tesis:
Prosedur ini dilakukan untuk mengangkat seluruh testis dan massa, termasuk saluran sperma. Setelah operasi, dokter akan memeriksa jenis sel dan tingkat kanker pasien. Dokter akan melakukan pemantauan setelah operasi untuk memastikan bahwa kanker tidak kembali tumbuh.
Prosedur ini hanya mengangkat jaringan tumor saja, bukan seluruh bagian testis. Prosedur TTS hanya dilakukan pada kasus tumor berukuran sangat kecil dan hasil tes marker tumor negatif. Prosedur ini merupakan opsi untuk pasien dengan tumor yang tidak bersifat kanker.
RPLND merupakan operasi kompleks dan lama untuk mengangkat nodus limfa di belakang perut. Operasi ini merupakan opsi untuk pasien dengan kanker stadium 1 dan berisiko tinggi mengalami kambuh.
Radisi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker pada testis atau pada nodus limfa di sekitarnya. Prosedur ini digunakan pada kanker sel seminoma karena beberapa bentuk non seminoma resisten (tahan) terhadap radiasi. Radiasi juga dapat menjadi opsi penanganan jika kanker testis telah menyebar ke organ lain.
Kemoterapi menggunakan beberapa obat untuk membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh dan menghentikan pembelahannya. Kemoterapi digunakan untuk kasus kanker yang telah menyebar jauh dari testis, atau jika marker tumor meningkat setelah operasi.
Obat yang digunakan dalam kemoterapi akan bersirkulasi ke seluruh tubuh, membunuh sel-sel kanker yang telah menyebar dan menurunkan risiko kambuhnya kanker setelah operasi.
Kemoterapi dapat menyebabkan efek samping berupa kerusakan sel-sel penghasil darah. Sehingga biasanya kemoterapi diikuti perawatan stem cell, yaitu sel-sel yang akan tumbuh menjadi sel darah sehat.
Kanker testis termasuk salah satu jenis yang dapat diobati. Hasil pengobatan bergantung pada beberapa hal, meliputi jenis dan stadium kanker[5].
Sekitar 95% dari kasus pria dengan kanker testis dapat bertahan hidup selama 5 tahun setelah diagnosis. Pada kasus di mana kanker telah menyebar ke nodus limfa pada belakang perut, tingkat bertahan hidup 5 tahun sebesar 96%. Jika telah menyebar ke bagian tubuh lain, tingkat bertahan hidup sebesar 73%[5].
Risiko kanker testis kembali tumbuh bergantung pada tingkatan saat diagnosis, kisaran risikonya sekitar 5% atau kurang. Sementara risiko kanker tumbuh pada testis satunya lagi sekitar 2%[3].
Pasien perlu melakukan kunjungan rutin ke dokter setelah pengobatan. Seberapa sering dan lama kunjungan rutin harus dilakukan bergantung pada diagnosis[3, 5].
Pengangkatan satu testis biasanya tidak mempengaruhi fertilitas pria dan umumnya pasien dapat melakukan ereksi dengan normal setelah operasi. Meski demikian, pria yang didiagnosis kanker testis memiliki risiko lebih tinggi mengalami infertilitas dan kadar testosterone rendah[3, 5].
Pasien dapat mengalami masalah pertumbuhan sperma. Sehingga dapat dianjurkan melakukan penyimpanan sperma sebelum pengobatan kanker dilakukan. Seiring membaiknya kondisi tubuh, kadar testosterone dapat kembali normal[3, 5].
Kanker testis bukan kondisi yang dapat dicegah. Pria dianjurkan melakukan pemeriksaan testis secara mandiri sebulan sekali sebagai antisipasi[1].
1. Anonim. Testicular Cancer. Mayo Clinic; 2020.
2. Jaime Herndon, MS, MPH, MFA, reviewed by Yamini Ranchod, Ph.D., MS. Testicular Cancer. Healthlline; 2018.
3. Anonim. What is Testicular Cancer? Urology Care Foundation; 2020.
4. Gaddam SJ, Chesnut GT. Testicle Cancer. [Updated 2020 Nov 20]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
5. Anonim, reviewed by Melinda Ratini, DO, MS. Testicular Cancer. WebMD; 2020.