Makanan, Minuman dan Herbal

Kemuning : Manfaat – Efek Samping dan Tips Penggunaan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Sekilas Tentang Kemuning

Kemuning (Murraya paniculata) diketahui berasal dari benua tropis Asia, namun saat ini telah dibudidayakan di sebagian besar Asia Tenggara, Australia dan daerah tropis Dunia Baru. Di Afrika tropis dibudidayakan di Benin, Nigeria, Kenya, Tanzania, Zimbabwe, Mozambik dan Afrika Selatan, serta sebagian besar Kepulauan Samudra Hindia.[1]

Kemuning terdiri dari sekitar 15 spesies yang tersebar dari benua Asia di seluruh wilayah Malaysia hingga Australia timur laut dan Kaledonia Baru. Beberapa spesies kemuning dibudidayakan di seluruh daerah tropis.[1]

Kemuning termasuk dalam genus tanaman berbunga, dan berkerabat dekat dengan jeruk. Bahkan terdapat di sub-suku Clauseninae, yang secara teknis dikenal sebagai pohon buah citroid terpencil.[2]

Karakteristik Kemuning

Kemuning merupakan tanaman semak hijau lebat atau pohon kecil setinggi 3,5 hingga 7 m atau lebih tinggi, dengan kulit berwarna abu-abu pucat. Struktur daun kemuning tersusun secara spiral, majemuk dengan 3–7 helai daun.[1,2]

Kemuning (Murraya paniculata L. (Jack))

Panjang tangkai daun kemuning sekitar 6-11,5 cm, tanpa bulu. Anak daunnya 3-9 helai yang tumbuh berselingan, berbentuk bulat telur sampai elips sempit, berukuran antara 1,5–5 cm × 1,5–2,5 cm, dengan pangkal bulat, puncak tumpul tajam ke bundar, dan tepi bergelombang.[1,2]

Daun kemuning memiliki bau jeruk saat dihancurkan.[1,2]

Perbungaan kemuning bercabang terminal atau di ketiak paling atas daunnya. Bentuk bunga kemuning teratur, memiliki aromati khas, berwarna putih. Tangkai bunganya pendek, berbentuk bulat telur sampai lancip, panjang sekitar 2-3 mm, agak berbulu. Kelopak bunga kemuning lonjong, dengan panjang 1–1,5 cm, berbulu pendek.[1,2]

Buah kemuning hampir seperti berry dengan bentuk bulat telur hingga ellips sempit, berwarna oranye tua sampai merah cerah saat dewasa, berkilau, berparuh, berukuran panjang sekitar 10 mm, memiliki 1 atau 2 biji yang berbulu pendek.[1,2]

Kandungan Senyawa Dalam Kemuning

Berikut ini informasi kandungan senyawa yang terdapat pada minyak atsiri yang diekstrak dari daun kemuning.[3]

NamaJumlahUnit
Gamma-elemen31,7%
Perolidol10%
T-caryophyllene11,6%
Caryaphyllene oksid16,6%
Beta-caryophyllene11,8%
Spathulenol10,2%
Beta-elemen8,9%
Germakrin D6,9%

Diatas merupakan senyawa yang diidentifikasi dari minyak atsiri yang diekstraksi dari daun kemuning. Ekstrak metanol pada daun kemuning ditemukan mengandung beragam senyawa flavonoid seperti 3′, 4′, 5,5′, 7,8-hex methoxyflavone dan 3,3′, 4 ‘, 5,5’, 7 , 8- heptametil flavon. Flavonoid diketahui baik untuk tubuh sebagai antioksidan.[3]

Kemuning juga diduga mengandung senyawa alkaloid indol, seperti murrayacarine dan murrayaculatine diisolasi dari kulit akar dan bunga segar kemuning.[3,4]

Selain alkaloid indol, senyawa kumarin juga ditemukan di kemuning. Tiga kumarin yang dikenal sebagai meranzin hidrat, murragatin dan murpanidin diperoleh dari daun kemuning. Sementara 13 kumarin lainnya juga diisolasi dari kulit akar kemuning.[3,4]

Manfaat Kemuning Untuk Kesehatan

Di antara 14 spesies dalam genus Murraya, Murraya paniculata (Linn) Jack atau kemuning dan Murraya koenigi (L) Spreng adalah herba alami yang paling populer dengan potensi bioaktivitasnya.[3]

Ada banyak laporan tentang efek pengobatan yang diperoleh dari kemuning. Beberapa kelompok penelitian melaporkan pentingnya zat yang terdapat dalam kemuning seperti alkaloid, fenol, terpenoid dan flavonoid yang didapat dari bagian daun, buah, bunga dan kulit akarnya untuk obat kesehatan.[4]

Sejumlah studi membuktikan ekstrak kemuning berkhasiat cukup efektif sebagai obat tradisional maupun potensi obat baru, berikut penjabaran manfaatnya untuk kesehatan :

  • Antioksidan

Sebuah studi oleh Zhang et al. melaporkan properti antioksidan yang dimiliki oleh kemuning untuk pertama kalinya. Mereka mendeteksi 70 senyawa flavonoid dalam ekstrak daun dan 39 flavonoid di ekstrak cabang kemuning. Senyawa flavonoid bertanggung jawab atas berbagai sifat biologis dalam tubuh termasuk aktivitas antioksidan.[4]

Hasil studi menyatakan pemberian 100, 200 dan 400mg / kg ekstrak daun kemuning dapat meningkatkan antioksidan dalam sel seperti; superoksida dismutase (SOD) dari 80,43 menjadi 109,31 U / mg protein, katalase (CAT) dari 36,17 menjadi 59,18 U / mg protein dan glutathione peroksidase (GPx) dari 1,51 hingga 2,12 U / mg protein.[4]

Mereka menyebutkan aktivitas antioksidan dari ekstrak daun kemuning disebabkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid dan fenolik. Hasil yang diperoleh dalam studi dengan jelas menunjukkan potensi tinggi kemuning sebagai sumber antioksidan alami.[4]

Penyelidikan lebih lanjut masih diperlukan untuk mengkonfirmasi aktivitas antioksidan senyawa dan juga melalui mekanisme rinci aktivitasnya.

  • Diabetus Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh ketidakcukupan insulin secara langsung maupun tidak langsung.

Pada tahun 2012 Gautam et al. melaporkan bahwa pemberian ekstrak daun kemuning yang ditelan dapat menjadi agen penurun kadar glukosa seperti ‘sulfonylures’ yang secara efektif dapat menurunkan kadar glukosa / gula darah pada tikus SpragueDawley diabetes.[4]

Tindakan penurunan glukosa dapat meningkatkan efektivitas insulin dengan meningkatkan produksi pankreas dari sel β pulau Langerhans atau melepaskan insulin dari bentuk terikat.[4]

Studi lain yang menggunakan tikus diabetes akibat dipicu ‘aloksan’ dirawat selama 60 hari dengan ekstrak hidroalkohol kemuning pada dosis 100, 200, dan 400 mg / kg. Hasil menunjukkan ekstrak dapat menurunkan kadar gula darah dan juga kadar kolesterol dan serum trigliserida, mulai 1 minggu setelah pengobatan. Nilai gula darah berkurang ke angka normal setelah 1 minggu pengobatan.[6]

Efek penurunan gula darah oleh ekstrak hidroalkohol kemuning diperkuat oleh glibenklamid dan metformin. Ekstrak juga menurunkan nilai fruktosamin dan hemoglobin terglikasi (hemoglobin yang berikatan dengan glukosa di aliran darah), yang dikenal sebagai indikator untuk Diabetes Mellitus (DM).[6]

Ekstrak hidroalkohol kemuning bertindak mirip dengan ‘glibenklamid’ dan ‘metformin’. Sehingga ekstrak ini mungkin merupakan alternatif terapeutik yang potensial untuk pengobatan diabetes dan komplikasinya.[6]

Secara keseluruhan, hasil studi mengklarifikasi bahwa ekstrak daun kemuning dapat memiliki efek terapeutik yang luar biasa pada penderita Diabetes Mellitus (DM).
  • Antibakteri

Ekstrak kemuning secara tradisional digunakan sebagai obat antimikroba dan diyakini menunjukkan aktivitas antimikroba yang cukup berpengaruh. Ekstrak daunnya telah dilaporkan aman dalam dosis efektif melalui mulut karena tidak menunjukkan sifat beracun saat diuji pada hewan pengerat.[4]

Ekstrak daun kemuning mengungkapkan adanya senyawa alkaloid, flavonoid, dan fenolik, yang semuanya dilaporkan memiliki penghambatan pertumbuhan terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.[4]

Salah satu mekanisme senyawa fenol yang diketahui memiliki aktivitas antimikroba adalah dengan menyebabkan bocornya konstituen sel seperti protein, glutamat atau kalium dan fosfat dari bakteri yang dapat terjadi akibat terganggunya peptidoglikan (susunan dinding sel bakteri) sel atau kerusakan membran sel.[4]

Flavonoid yang diklasifikasikan dalam kelompok fenolik juga menunjukkan aktivitas antimikroba dengan penghambatan pembentukan asam nukleat, fungsi membran sitoplasma, dan metabolisme energi.[4]

  • Kanker

Senyawa utama yang ditemukan dalam minyak kemuning yaitu (E) -caryophyllene, ditemukan memiliki aktivitas sitotoksik (kemampuan mematikan sel) terhadap sel tumor manusia.[4]

Valko dkk. meneliti efek sitotoksik ekstrak air dari daun dan cabang Philadelphus coronaries L. (Hydrangeaceae) terhadap A431 (garis sel kanker kulit manusia) dan MCF-7 (garis sel tumor payudara manusia), dimana ekstrak dari daun dan cabang menunjukkan efek sitotoksik yang signifikan terhadap dua garis sel kanker.[4]

Sitotoksisitas dari ekstrak kemuning ini mungkin disebabkan oleh adanya senyawa umbelliferone dan scopolin, dua kumarin yang juga ditemukan dalam ekstrak kemuning.[4]
  • Antidiare

Aktivitas antidiare ekstrak etanol daun kemuning diuji menggunakan model diare yang dipicu oleh minyak jarak pada mencit. Minyak jarak, yang digunakan untuk memicu diare pada tikus, bercampur dengan empedu dan enzim pankreas, dapat membebaskan asam lemak dari trigliserida setelah diberikan melalui mulut (oral).[5]

Pemberian ekstrak tersebut menyebabkan peningkatan masa tunggu yaitu keterlambatan timbulnya episode diare dan penurunan frekuensi buang air besar serta jumlah feses. Berdasarkan hasil diare yang dipicu minyak jarak, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kemuning mungkin memiliki aktivitas antidiare.[5]

Di Filipina, daun kemuning digunakan untuk mengobati diare dan disentri karena aktivitas stimulan dan astringennya.[2]
  • Anti-inflamasi (Peradangan)

Di Bangladesh ekstrak daun kemuning telah digunakan secara oral / telan untuk mengurangi rasa sakit.[2]

Model pembengkakan kaki pada tikus yang dipicu zat carrageenin adalah salah satu tes primer yang paling banyak digunakan untuk skrining agen anti-inflamasi baru. Ekstrak kemuning terbukti dapat mengurangi volume kaki secara signifikan dari 1 jam menjadi 5 jam di mana efek tertinggi ditemukan pada jam ketiga.[5]

Hasil tersebut cenderung menunjukkan kemungkinan aktivitas anti-inflamasi dari ekstrak kemuning.[5]
  • Anti-spasmodik

Anti-spasmodik merupakan agen atau obat-obatan yang membantu mengurangi kejang otot dan sebagai relaksan otot. Kemuning menunjukkan efek antispasmodik yang cukup berpengaruh melalui penghambatan saluran kalsium. Penghambat saluran kalsium dapat berguna untuk asma dan penyakit pernapasan.[7]

Efek Samping Kemuning

Sejauh ini masih sedikit laporan mengenai efek yang merugikan dari kemuning. Tidak menutup kemungkinan meskipun herba, kemuning juga dapat menyebabkan beberapa efek samping.

Bagi sebagian orang yang cukup sensitif terhadap senyawa kumarin atau warfarin, mungkin sebaiknya berhati-hati sebelum mengonsumsi kemuning maupun ekstraknya. Selain itu, hindari mengonsumsi berlebihan atau terus menerus dalam jangka panjang untuk mencegah efek samping yang mungkin terjadi.

Tips Penggunaan Kemuning

Penting untuk mengetahui penggunaan kemuning dengan benar agar dapat mengoptimalkan manfaat yang ditawarkan. Berikut tips penggunaan yang dapat dicoba :

  • Air Rebusan Daun Kemuning

Daun kemuning matang dan rantingnya dapat direbus, lalu dioleskan pada area yang sakit untuk meredakan radang sendi dan sakit perut di India. Rebusan daunnya juga dapat digunakan sebagai obat kumur untuk sakit gigi.[2]

Tips Penyimpanan Kemuning

Berikut cara menyimpan tanaman kemuning agar tetap segar :

  • Lindungi tanaman kemuning dari sinar matahari panas. Kemuning mungkin lebih menyukai posisi teduh sebagian di iklim yang lebih hangat.[8]
  • Lindungi tanaman kemuning dari embun beku di iklim yang lebih dingin.[8]
  • Tanaman kemuning dapat disimpan dengan aman sebagai tanaman dalam pot.[8]

Setelah menyimpannya dengan benar, maka berikut ini adalah cara merawat kemuning agar tidak mudah layu :

  • Sirami tanaman kemuning dalam-dalam setiap kali bagian atas dua inci (5 cm) tanah terasa kering jika disentuh. Sebagai aturan umum, sekali seminggu adalah benar.[9]
  • Namun, irigasi mungkin akan lebih sering diperlukan bagi yang tinggal di daerah beriklim panas, atau jika tanaman kemuning ada di dalam wadah. Jangan biarkan tanaman berdiri di tanah berlumpur atau air.[9]
  • Beri makan tanaman kemuning setiap tiga hingga empat minggu sekali sepanjang musim tanam menggunakan pupuk yang diproduksi untuk tanaman hijau. [9]
Sebagai alternatif, jika tanaman berada dalam wadah, berikan pupuk seimbang yang larut dalam air.[9]

1. Matu, E.N. Murraya paniculata (L.) Jack. In: Schmelzer, G.H. & Gurib-Fakim, A. (Editors). PROTA (Plant Resources of Tropical Africa / Ressources végétales de l’Afrique tropicale); 2011.
2. P.G. Richards and P.G. Kodela. Murraya paniculata (L.) Jack. New South Wales Flora Online, National Herbarium of NSW; 2012.
3. Ng, M. K., Abdulhadi-Noaman, Y., Cheah, Y.K., Yeap, S. K. and Alitheen, N.B. Bioactivity studies and chemical constituents of Murraya paniculata (Linn) Jack. 19(4): 1307-1312. International Food Research Journal; 2012.
4. Katayoun Sayar, Mohammadjavad Paydar, and Belinda Pingguan-Murphy. Pharmacological Properties and Chemical Constituents of Murraya paniculata (L.) Jack. 3(4): 1-6. Medicinal & Aromatic Plants; 2014.
5. Md. Atiqur Rahman, Md. Hasanuzzaman, Nazim Uddin, and IZ Shahid. Antidiarrhoeal and Anti-Inflammatory Activities of Murraya Paniculata (L.) Jack. 3: 768-776. Pharmacologyonline; 2010.
6. Menezes, C., de Oliveira Garcia, F. A., de Barros Viana, G. S., Pinheiro, P. G., Felipe, C., de Albuquerque, T. R., Moreira, A. C., Santos, E. S., Cavalcante, M. R., Garcia, T. R., Silva, T. F., Coutinho, H., & de Menezes, I. Murraya paniculata (L.) (Orange Jasmine): Potential Nutraceuticals with Ameliorative Effect in Alloxan-Induced Diabetic Rats. 31(11): 1747–1756. Phytotherapy Research : PTR; 2017.
7. Saqib, F., Ahmed, M.G., Janbaz, K.H. et al. Validation of ethnopharmacological uses of Murraya paniculata in disorders of diarrhea, asthma and hypertension. ) 15:319. BMC Complementary and Alternative Medicine; 2015.
8. Anonym. Orange Jasmine. Garden Express Australia; 2020.
9. Mary H. Dyer. What Is Orange Jasmine: Learn About Orange Jasmine Care. Gardening Know How; 2020.

Share