Kutil kelamin merupakan salah satu jenis infeksi yang ditularkan melalui seks paling umum. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sebagian besar orang yang aktif secara seksual mengalami kutil kelamin pada beberapa waktu[1, 2].
Sekitar 80% dari orang yang terinfeksi berusia antara 17-33 tahun[3].
Daftar isi
Kutil kelamin adalah infeksi yang ditularkan melalui seks yang disebabkan oleh jenis human papillomavirus (HPV) tertentu. Biasanya berupa tonjolan pada kulit yang berwarna pink[4].
Kutil kelamin berupa tonjolan kecil yang berkembang di sekitar alat kelamin atau anus. Kutil kelamin disebut juga venereal warts atau condyloma acuminata[5].
Kutil dapat tumbuh secara terpisah atau dalam kelompok. Dapat berupa tonjolan kecil sekitar 5 ml atau kurang, meskipun pada beberapa kasus dapat tumbuh menjadi massa besar. Biasanya berwarna seperti kulit atau lebih gelap[5].
Kutil biasanya tidak menyakitkan, tapi dapat menyebabkan kemerahan, tidak nyaman, dan gatal. Tapi pada beberapa kasus, kutil kelamin dapat menimbulkan rasa sakit dan berdarah[2, 5]. Kutil kelamin termasuk benign, atau non-kanker[5].
Diperkirakan hanya 10% dari mereka yang kontak dengan HPV mengembangkan kutil kelamin, dan banyak orang dengan infeksi HPV tapi tidak mengalami gejala[5].
Infeksi kutil kelamin (HPV) diperkirakan memiliki prevalensi 10-20% di Amerika dan manifestasi klinis dalam 1% populasi orang dewasa yang aktif secara seksual[3].
Menurut estimasi, bahwa terdapat antara 500.000-1.000.000 kasus baru yang didiagnosis setiap tahunnya di Amerika[6].
Prevalensi dari infeksi HPV telah meningkat secara stabil dalam 35 tahun terakhir, dengan sebanyak 20 juta orang di Amerika diduga terinfeksi. Fenomena ini sering dikaitkan dengan awal kontak seksual pada usia yang lebih muda dan juga peningkatan dalam total jumlah pasangan seksual[6].
Kutil kelamin disebabkan oleh human papillomavirus (HPV). HPV merupakan suatu grup dari virus DNA beruntai ganda, tidak berselubung (non-enveloped) yang termasuk dalam famili Papovaviridae[2, 6].
Terdapat 30-40 strain HPV yang secara spesifik mempengaruhi alat kelamin, namun hanya beberapa dari strain ini yang menyebabkan kutil kelamin[2].
Saat ini, lebih dari 120 subtipe berbeda dari HPV telah diidentifikasi, dengan sekitar 40 subtipe dapat menginfeksi saluran anogenital[6].
Dari 40 subtipe tersebut dapat dibedakan lagi menjadi tiga kategori berdasarkan kemungkinan menginduksi displasia intraepitel, yaitu risiko rendah, risiko sedang, dan risiko tinggi[6].
Pada sebagian besar kasus, HPV hilang dengan sendirinya tanpa menyebabkan masalah kesehatan. Tapi jika HPV tidak menghilang, infeksi dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti kutil kelamin dan kanker[7].
Infeksi HPV tidak selalu menimbulkan gejala, beberapa orang terinfeksi tanpa mengembangkan kutil. Kutil kelamin dapat baru muncul sekitar 3 minggu, beberapa bulan, atau tahun setelah orang tersebut terinfeksi[5].
Virus akan menembus baik jaringan kutaneus maupun epitel mukosa untuk menemukan sel inang yang sesuai. Kemudian virus akan menyerang dan menginfeksi keratinosit basal dari epidermis.[6]
Mukosa dapat terindeksi di semua bagian di sepanjang saluran genital, termasuk vulva, vagina, serviks, dan bagian perianal pada wanita, serta batang penis, skrotum, periuretra, dan bagian perianal pada pria[6].
Kutil kelamin dapat timbul pada siapa saja yang aktif berhubungan seksual. Meski demikian, kutil kelamin lebih umum pada orang dengan[1, 2]:
HPV paling umum ditularkan melalui seks penetratif. Meski demikian, HPV juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual oral, dan anal[6, 7].
Berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HPV menimbulkan 75% kemungkinan terkena virus dan mengembangkan kutil kelamin[6].
Setiap orang yang aktif secara seksual dapat terkena HPV, meski hanya berhubungan dengan satu orang. Gejala juga dapat berkembang beberapa tahun setelah berhubungan dengan orang terinfeksi. Hal ini menyebabkan sulit untuk mengetahui kapan infeksi pertama kali terjadi[7]
Kutil kelamin tidak selalu dapat dilihat dengan mata telanjang dan dapat berukuran sangat kecil dengan warna sama dengan warna kulit atau sedikit lebih gelap[2].
Gejala umum dari kutil kelamin meliputi[2]:
Rata-rata, gejala gejala fisik muncul sekitar 2-3 bulan setelah kontak awal. Virus HPV juga dapat tetap dalam fase dormansi untuk waktu yang lebih lama sehingga tidak menunjukkan gejala[6].
Pada pria, kutil kelamin dapat tumbuh pada bagian berikut[2]:
Pada wanita, kutil kelamin dapat tumbuh pada bagian berikut[2]:
Kutil kelamin juga dapat tumbuh pada bibir, mulut, ludah, atau tenggorokan dari orang yang melakukan hubungan seksual oral dengan orang yang terinfeksi HPV[2, 6].
Berikut beberapa gejala lain yang ditimbulkan kutil kelamin[2]:
Setelah gejala awal muncul, kutil dapat mengalami peningkatan jumlah dan ukuran, atau, kemungkinan lain, mengalami regresi spontan.
Sekitar 30% dari kutil akan surut dalam 4 bulan pertama infeksi. Akan tetapi remisi jangka panjang masih tidak diketahui dan mayoritas kutil kelamin akan timbul kembali dalam 3 bulan[6].
Meskipun sekitar 90% dari infeksi HPV dapat dihilangkan oleh tubuh dalam dua tahun dari infeksi, ada kemungkinan untuk sel terinfeksi mengalami periode latensi, dengan kemunculan pertama atau kambuhan gejala terjadi beberapa bulan atau tahun kemudian. [8]
HPV laten, termasuk yang tidak menimbulkan gejala, masih dapat menular kepada pasangan seksual[8].
Infeksi HPV dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut:
HPV dapat menyebabkan kanker serviks dan kanker lainnya yang meliputi vulva, vagina, penis, atau anus. Infeksi HPV juga dapat menyebabkan kanker pada bagian belakang tenggorokan, termasuk bagian dasar lidah dan kelenjar amandel (disebut kanker orofaringeal)[7].
Sementara sebagian besar infeksi HPV dapat sembuh, sekitar 10-20% wanita dari infeksi ini tetap persist dan mereka berisiko untuk perkembangan hingga tingkat 2/3 neoplasia intraepitel serviks. Jika tidak mendapat penanganan, nantinya dapat berkembang menjadi kanker serviks invasif[6].
Kanker penis, yang mana 10% kurang umum dibandingkan kanker serviks, juga memiliki tingkat korelasi tinggi dengan infeksi HPV berisiko tinggi dan riwayat kutil kelamin eksternal[6].
Infeksi HPV tidak selalu mengarah pada kanker, akan tetapi sangat dianjurkan bagi wanita untuk melakukan tes Pap secara rutin, terutama bagi mereka yang telah terinfeksi jenis HPV risiko tinggi[1].
Terkadang selama kehamilan, kutil kelamin dapat bertambah besar, membuat pasien sulit untuk buang air kecil.
Kutil pada dinding vagina dapat menghambat peregangan jaringan vagina selama proses melahirkan. Kutil besar pada vulva atau di dalam vagina dapat berdarah ketika tertarik selama persalinan[1].
Pada kasus langka, bayi yang terlahir dari ibu dengan kutil kelamin mengembangkan kutil di dalam tenggorokan. Sehingga bayi tersebut memerlukan operasi untuk membuka saluran udara yang terhambat[1].
Untuk mendiagnosis kutil kelamin, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan seksual pasien, meliputi gejala yang dialami, apakah pasien engaged in sex, termasuk seks oral, tanpa kondom atau oral dam[2, 5].
Kemudian dokter juga melakukan pemeriksaan fisik pada bagian yang diduga terdapat kutil kelamin[2, 5].
Untuk pasien wanita, jenis HPV tertentu dapat menimbulkan hasil abnormal pada tes pap smear, yang dapat mengindikasikan perubahan pre-kanker. [2]
Jika abnormalitas terdeteksi, pasien dapat memerlukan screening yang lebih sering untuk memantau perubahan atau prosedur khusus yang disebut colposcopy[2].
Saat ini belum terdapat tes khusus untuk memeriksa adanya infeksi HPV. Tes untuk memeriksa kanker serviks hanya direkomendasikan untuk wanita dengan usia 30 tahun atau lebih[7].
Kutil kelamin yang tampak dapat menghilang sendiri setelah beberapa lama, tapi HPV masih tertinggal di dalam sel-sel kulit. Hal ini memungkinkan kutil kelamin dapat tumbuh lagi lain waktu[2].
Pengobatan dapat menghilangkan kutil, tapi kambuh dapat terjadi. Tidak ada obat untuk infeksi HPV, namun infeksi dan gejalanya dapat ditangani[5, 6].
Meski kutil dapat hilang sendiri setelah beberapa waktu, pada beberapa kasus tanpa penanganan kutil dapat tumbuh dan semakin banyak. Pengobatan kutil menjadi penting untuk menangani gejala dan menurunkan risiko penularan virus HPV[5].
Berikut beberapa pengobatan untuk kutil kelamin:
Obat topikal berupa krim atau larutan gel dapat diaplikasikan langsung pada kutil kelamin selama beberapa hari atau beberapa minggu[5].
Obat topikal untuk kutil kelamin meliputi[2, 6]:
Podophyllotoxin merupakan ekstrak terpurifikasi dari tumbuhan podophyllum. Obat ini bekerja dengan berikatan pada mikrotubulus sel, menghambat pembelahan mitosis, dan menginduksi nekrosis dari kutil.
Obat mulai bekerja 3-5 hari setelah penggunaan, dapat menimbulkan erosi dangkal sebagai lesi nekrosis yang akan sembuh dalam beberapa hari.
Imiquimod diduga mengaktivasi sel-sel imun dengan berikatan pada reseptor seperti tol pada membran sel, mengarah pada sekresi beberapa sitokin yang kemudian menginduksi respon peradangan yang akan meningkatkan pembersihan kutil kelamin.
Formulasi imiquimod krim 3,75% telah disetujui FDA untuk perawatan kutil kelamin eksternal. Krim 3,75% diduga memiliki efek samping yang kurang agresif, dengan keluhan utama meliputi gatal, sensasi terbakar, atau sakit pada tempat aplikasi.
Sinecatechin merupakan ekstrak tumbuhan. Komposisi aktifnya berupa ekstrak teh hijau dengna kandungan sinecatechin, yang diduga memiliki efek antioksidan, antivirus, dan antitumor.
Ekstrak tumbuhan ini dikaitkan dengan efek samping yang diduga terjadi pada sekitar 20% dari pengguna. Efek samping umumnya sangat ringan dan biasanya meliputi kemerahan, sensasi terbakar, gatal, dan sakit pada tempat yang diaplikasikan obat.
TCA merupakan asam yang bersifat merusak secara kimiawi yang dapat membakar dan mengikis kulit dan mukosa. Umumnya larutan TCA mengharuskan administrasi oleh tenaga medis.
Pada beberapa kasus, penanganan dapat berhasil dengan dosis tunggal minimal, akan tetapi lebih sering dibutuhkan beberapa kali aplikasi.
Krioterapi merupakan suatu proses di mana jaringan abnormal dibekukan dengan penggunaan agen pendingin seperti dinitrogen oksida atau nitrogen cair[6].
Terapi ini dilakukan dengan pengaplikasian nitrogen cair pada bagian kutil, menyebabkan lepuhan terbentuk di sekitar kutil, yang nantinya akan terlepas setelah beberapa sesi[5].
Umumnya terapi ini adalah yang paling efektif ketika digunakan untuk kutil kecil dengan jumlah banyak pada penile shaft atau vulva[6].
Prosedur ini meliputi penggunaan arus listrik frekuensi tinggi dalam bentuk koagulasi termal atau electrocautery untuk membakar dan merusak lesi berkutil. Jaringan kering kemudian dihilangkan dengan kuretase[5, 6].
Teknik ini sangat manjur ketika digunakan dalam penanganan kutil-kutil yang lebih kecil yang terletak pada batang penis, rektum, atau vulva. Tapi teknik ini tidak dianjurkan untuk lesi besar karena dapat menimbulkan bekas luka permanen[6].
Prosedur ini meliputi penghilangan secara fisik dari jaringan yang terkena penyakit menggunakan gunting atau scalpel, diikuti dengan menjahit kulit yang sehat bersamaan. Prosedur ini terkait dengan 72% tingkat pembersihan, yang mana terbukti secara cepat dan sering bertahan lebih dari satu tahun[6].
Terapi laser karbondioksida menggunakan sorot terkonsentrasi dari energi sinar infra merah, yang mana akan memanaskan dan lama kelamaan menguapkan daerah yang ditargetkan. Sinar berenergi tinggi memberikan kelebihan dengan menyediakan kauterisasi cepat dari pembuluh yang terdampak, memastikan prosedur tanpa darah secara virtual. Pengurungan spasial dari tembakan sinar laser memungkinkan ablasi jaringan tepat, menghasilkan pemulihan cepat dengan terbentuknya sedikit luka atau tanpa luka sama sekali[6].
Berikut beberapa upaya pencegahan kutil kelamin:
Vaksin digunakan untuk mencegah, bukan mengobati. Sehingga harus diberikan sebelum pemaparan dengan virus agar bekerja dengan efektif, disarankan sebelum mulai melakukan hubungan seksual[1].
Vaksin HPV terbukti aman dan efektif, dapat melindungi melawan penyakit yang disebabkan oleh HPV (termasuk kanker) saat diberikan pada kelompok usia yang dianjurkan. CDC menganjurkan vaksinasi HPV pada usia 11 atau 12 tahun dan sekitar usia 26 tahun jika belum divaksinasi[7].
Terdapat tiga vaksin HPV yang telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration). Vaksin terbaru, yaitu Gardasil 9 disetujui untuk penggunaan pada pria dan wanita usia 9-45 tahun untuk melindungi dari kanker serviks dan kutil kelamin[1].
Sementara vaksin yang disebut Cervarix dapat digunakan untuk melindungi dari kanker serviks, namun tidak dapat mencegah kutil kelamin[2].
Pemeriksaan rutin untuk wanita usia 21 hingga 65 tahun dapat mencegah kanker serviks[7].
Menggunakan kondom lateks dengan benar setiap kali melakukan hubungan seksual dapat menurunkan risiko terinfeksi HPV. Tapi alat pelindung tidak dapat menghilangkan risiko sepenuhnya karena HPV dapat menginfeksi pada bagian yang tidak terlindungi[5, 7].
Hubungan monogami mutual ialah berhubungan seksual hanya dengan satu orang yang juga hanya berhubungan pasangannya[7].
1. Anonim. Genital Warts. Mayo Clinic; 2020.
2. Rachel Nall, MSN, CRNA, reviewed by Carolyn Kay, MD. Genital Warts. Healthline; 2020.
3. Scheinfeld N, Lehman DS. An Evidence-Based Review of Medical and Surgical Treatments of Genital Warts. Dermatol. Online J. 2006.
4. Ferri, Fred F. Ferri's Clinical Advisor 2018 E-Book: 5 Books in 1. Elsevier Health Sciences; 2017.
5. Yvette Brazier, reviewed by Carolyn Kay, MD. What to Know about Genital Warts. Medical News Today; 2020.
6. Valerie R. Yanofsky, BSc, Rita V. Patel, MD, and Gary Goldenberg, MD. Genital Warts, A Comprehensive Review. Journal Clinical and Aesthetic Dermatology; 2012.
7. Anonim. Human Papillomavirus. Center for Disease Control and Prevention; 2020.
8. Juckett, G; Hartman-Adams, H. Human Papillomavirus: Clinical Manifestations and Prevention. American Family Physician; 2010.