Pada zaman yang semakin modern ini, para pasangan yang sudah memiliki anak rata-rata lebih memerhatikan cara atau pola asuh anak.
Ilmu parenting menjadi hal yang banyak dicari oleh para calon maupun yang sudah menjadi orang tua.
Demi mampu membesarkan anak dengan baik, terdapat berbagai macam metode parenting yang kini bisa dipelajari, salah satunya adalah helicopter parenting.
Apa itu helicopter parenting?
Helicopter parenting adalah metode parenting atau pola asuh di mana orang tua terlalu terlibat di dalam kehidupan anak dan fokus secara berlebihan kepada anak [1,2].
Para orang tua memiliki caranya masing-masing dalam memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka [1,2].
Helicopter parenting adalah salah satu perwujudan dari orang tua yang selalu memerhatikan dan mendukung anak-anak mereka hanya saja pada tingkat yang berlebih [1,2].
Orang tua pada pola asuh seperti ini biasanya memiliki kecenderungan untuk bersikap terlalu protektif dan mencemaskan sang anak [1,2].
Istilah helicopter parent sendiri pertama kali dikenal melalui sebuah buku berjudul “Between Parent & Teenager” di tahun 1969 [3].
Diberi istilah demikian karena orang tua bersikap dan berperilaku seperti helikopter yang mengawasi anak-anaknya setiap waktu [3].
Berikut ini merupakan deretan manfaat helicopter parenting yang diterapkan selama membesarkan anak [3,4,5].
Daftar isi
Saat orang tua menerapkan metode helicopter parenting, salah satu keuntungan yang bisa diperoleh adalah dapat membangun hubungan yang sehat antara orang tua dan anak [4].
Hubungan yang dekat pun bisa terjaga dengan baik bahkan sampai anak-anak tumbuh dewasa dan memiliki kehidupannya masing-masing [4].
Banyak orang tua yang membesarkan anak dengan metode helicopter parenting juga meyakini bahwa di masa tua mereka, anak-anak akan memerhatikan mereka [4].
Kekhawatiran orang tua tentang anak akan mengabaikan mereka atau ketakutan orang tua hidup sendiri di masa tua biasanya akan berkurang [4].
Orang tua yang menerapkan helicopter parenting sebagai metode pola asuh umumnya dapat membuat anak tumbuh besar dengan kemampuan bersosialisasi yang lebih baik [4].
Mereka dapat hidup bermasyarakat di tengah prinsip hidup individualisme yang dimiliki orang-orang zaman sekarang [4].
Kehidupan sosial yang baik dapat meminimalisir risiko anak hidup dengan kesendirian yang kerap kali memicu stres hingga depresi [5].
Metode helicopter parenting merupakan salah satu pola asuh di mana para orang tua memastikan anak-anak mereka mendapat dukungan penuh untuk berkembang [3,4].
Tidak sekadar mendukung secara materi dan moril, anak juga biasanya memperoleh rasa aman dengan perhatian yang diberikan oleh kedua orang tuanya [3,4].
Orang tua yang memberi dukungan penuh kepada anak membuat anak lebih percaya diri dalam hal-hal yang ia lakukan tanpa takut merasa gagal [3,4].
Anak-anak akan tahu ada tempat pulang bagi mereka dan tempat bersandar ketika mereka mengalami berbagai masalah atau kekhawatiran [3,4].
Dukungan penuh orang tua yang selalu ada bagi anak melalui helicopter parenting ini memudahkan anak mengenali diri mereka sendiri secara lebih baik [4].
Orang tua yang memberikan perhatian dan dukungan kepada anak biasanya juga akan mengarahkan anak mereka ke hal-hal yang anak sukai [4].
Cara ini akan membantu anak mengembangkan diri di bidang yang mereka minati, seperti misalnya olahraga, seni musik, seni suara, seni lukis, bisnis, atau bidang lainnya [4].
Anak tidak hanya membutuhkan materi dalam tumbuh kembangnya, sebab perhatian, pengertian dan dukungan orang tua pun sama berharganya [3,4].
Orang tua dengan metode helicopter parenting memiliki prioritas fokus terhadap anak [3,4].
Dengan demikian, orang tua biasanya akan menomorduakan kepentingan mereka karena menomorsatukan kebutuhan anak [3,4].
Cara orang tua dalam berfokus kepada anak ini juga diyakini sebagai cara beberapa dari mereka untuk menyembuhkan luka lama yang mereka rasakan saat menjadi seorang anak di generasi sebelumnya [3,4].
Apa alasan yang mendasari helicopter parenting?
Setiap orang tua yang memilih metode helicopter parenting tentu memiliki alasan yang berbeda-beda [6].
Berikut ini merupakan berbagai kemungkinan alasan yang mendasari helicopter parenting [3,6] :
Bagi orang tua yang benar-benar menginginkan yang terbaik bagi sang anak, mereka cenderung berupaya mencegah supaya anak tidak mengalami hal-hal negatif atau yang membuat anak kecewa [3,6].
Meski demikian, ada pula orang tua yang menerapkan helicopter parenting untuk kepentingan mereka sendiri, seperti bentuk pencitraan [6].
Tidak ada salahnya untuk tetap belajar menjadi orang tua yang lebih baik, apapun metode pola asuh yang dianut agar anak pun tetap bisa menghormati, menghargai dan memercayai orang tuanya.
1. Julia Schønning Vigdal & Kolbjørn Kallesten Brønnick. A Systematic Review of “Helicopter Parenting” and Its Relationship With Anxiety and Depression. Frontiers in Psychology; 2022.
2. Chrystyna D. Kouros, Megan M. Pruitt, Naomi V. Ekas, Romilyn Kiriaki, & Megan Sunderland. Helicopter Parenting, Autonomy Support, and College Students’ Mental Health and Well-being: The Moderating Role of Sex and Ethnicity. Journal of Child and Family Studies; 2019.
3. Hedy Phillips & Ann-Louise T. Lockhart, PsyD, ABPP. What Is Helicopter Parenting?. Verywell Family; 2022.
4. Vicki Botnick, MA, MS, LMFT. How ‘Helicopter Parenting’ May Be Helping Your Kids. Good Therapy; 2016.
5. Roland von Känel, Sonja Weilenmann, & Tobias R. Spiller. Loneliness Is Associated with Depressive Affect, But Not with Most Other Symptoms of Depression in Community-Dwelling Individuals: A Network Analysis. International Journal of Environmental Research and Public Health; 2021.
6. Karen Gill, M.D & Valencia Higuera. What Is Helicopter Parenting?. Healthline; 2019.