Teh menjadi minuman paling populer di dunia setelah air putih [1]. Jenis teh yang populer dan mudah dijumpai di antaranya teh hitam, teh hijau, teh oolong, teh putih dan teh melati.
Teh melati merupakan jenis minuman berbahan dasar teh hijau atau teh hitam dengan tambahan bunga melati untuk memperkuat aroma [2]. Teh melati memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan kaya akan antioksidan [3].
Aroma khas melati yang menenangkan dipercaya mampu membuat tubuh menjadi lebih rileks dan dapat mengurangi stres [4]. Rasa teh yang segar dan aroma melati yang menenangkan membuat teh melati digemari dan cukup sering dijadikan pilihan untuk diseduh.
Teh melati memiliki kandungan yang sama dengan teh asalnya yaitu teh hijau. Kandungan antioksidan yang tinggi dalam teh hijau seperti polifenol jenis EGCG (epigallocatechin-3 gallate) atau katekin mampu melindungi sel-sel tubuh dari paparan radikal bebas [1].
Manfaat yang dihasilkan oleh teh melati tidak hanya berasal dari kandungan teh itu sendiri, namun juga khasiat yang berasal dari bunga melati [2].
Terdapat beberapa manfaat mengonsumsi teh melati untuk kesehatan, di antaranya:
Daftar isi
Kandungan antioksidan tinggi dalam teh melati dapat menangkal radikal bebas dan melawan jenis kanker tertentu. Dalam sebuah penelitian dan studi tabung terhadap hewan, ditemukan bahwa polifenol seperti EGCG dalam teh hijau dapat memperkecil ukuran tumor, mematikan sel kanker serta menekan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker [5].
Teh melati yang terbuat dari teh hijau bermanfaat menurunkan risiko diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 adalah yang paling umum ditemui dan terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif [6].
Kandungan EGCG pada teh hijau membantu tubuh dalam menggunakan insulin secara efektif serta mengurangi kadar gula dalam darah. EGCG (epigallocatechin-3 gallate) adalah jenis katekin yang paling dominan terkandung dalam teh hijau. Dimana katekin sendiri merupakan senyawa polifenol yang terkandung khusus dalam teh hijau [7].
Sebuah analisis dari 12 studi pada 760.000 orang menunjukkan bahwa meminum 3 cangkir teh atau lebih setiap hari dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 sebesar 16% [8].
Teh melati mengandung senyawa polifenol yang tinggi yang dapat melindungi tubuh dari penyakit jantung. Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia [9].
Sebuah penelitian mengungkapkan polifenol yang terkandung dalam teh melati terbukti melindungi kolesterol jahat dari oksidasi. Kolesterol jahat yang teroksidasi dinilai berbahaya karena cenderung menempel pada dinding pembuluh arteri yang mengakibatkan terjadinya penyumbatan [10].
Manfaat minum teh melati berikutnya adalah membantu proses penurunan berat badan. Teh hijau yang menjadi bahan dasar teh melati diklaim dapat mempercepat metabolisme tubuh dan meningkatkan proses pembakaran lemak [11].
Sebuah studi menunjukkan bahwa aroma teh melati diketahui dapat meningkatkan mood. Aroma yang dihasilkan oleh teh melati memberikan efek menenangkan pada sistem saraf otonom. Yaitu saraf yang mengontrol pernapasan, detak jantung dan pencernaan [4].
Teh melati yang secara khusus dibuat dengan bahan dasar teh hijau mengandung EGCG yang tinggi. Kandungan EGCG yang tinggi dapat menekan terjadinya peradangan dan mencegah kerusakan akibat paparan radikal bebas yang menjadi penyebab Alzheimer dan Parkinson [12].
Penelitian menunjukkan bahwa EGCG mampu mencegah terjadinya penggumpalan protein di otak yang dapat mengakibatkan peradangan dan kerusakan saraf [13].
Meski memiliki sejumlah manfaat yang baik untuk tubuh, teh melati juga memiliki efek samping yang dapat menimbulkan masalah untuk sebagian orang.
Kandungan kafein yang terdapat dalam teh hijau menyebabkan seseorang merasa gugup atau gelisah. Selain itu, kafein juga dapat memicu detak jantung yang lebih cepat dan tidak teratur [14].
Jika mengonsumsi teh hijau atau teh melati di malam hari, efek yang mungkin ditimbulkan adalah gangguan sulit tidur atau insomnia. Untuk menghindarinya, konsumsilah teh hijau atau teh melati di pagi hari [3].
Teh melati juga memiliki kandungan katekin, dimana katekin dapat mengurangi kemampuan tubuh dalam menyerap zat besi dari makanan yang dapat meningkatkan risiko anemia dan defisiensi zat besi. Oleh karena itu, beri jeda waktu antara makan dengan minum teh melati agar terhindar dari risiko kekurangan zat besi [15].
Untuk memperoleh manfaat yang tinggi dari teh melati, sebaiknya batasi penambahan zat adiktif seperti gula, krimer atau susu agar kandungan polifenol dalam teh tetap terjaga [1].
Itulah manfaat teh melati yang berguna untuk tubuh. Meski demikian, Anda juga perlu membatasi konsumsi teh melati yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan kondisi tubuh agar terhindar dari efek samping yang membahayakan.
1. Anonim. Tea. Harvard T.H. Chan School of Public Health; 2022.
2. Jasmin Collier & Maria Cohut, Ph.D. Medical News Today; 2018.
3. Dan Brennan, MD & WebMD Editorial Contributors. WebMD; 2020.
4. Kyoko Kuroda, Naohiko Inoue, Yuriko Ito, Kikue Kubota, Akio Sugimoto, Takami Kakuda & Tohru Fushiki. Sedative effects of the jasmine tea odor and (R)-(−)-linalool, one of its major odor components, on autonomic nerve activity and mood states. European Journal of Applied Physiology; 2005.
5. Chung S Yang, Jihyeung Ju, Gary Lu, Hang Xiao, Xingpei Hao, Shengmin Sang & Joshua D. Lambert. Cancer prevention by tea and tea polyphenols. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition; 2008.
6. Andrew O Odegaard, Mark A Pereira, Woon-Puay Koh, Kazuko Arakawa, Hin-Peng Lee & Mimi C Yu. Coffee, tea, and incident type 2 diabetes: the Singapore Chinese Health Study. The American Journal of Clinical Nutrition; 2008.
7. Hasan Mukhtar & Naghma Khan. Tea Polyphenols in Promotion of Human Health. Nutrients; 2018.
8. Jian Yang, Qun-Xia Mao, Hong-Xia Xu, Xu Ma & Chun-Yu Zeng. Tea consumption and risk of type 2 diabetes mellitus: a systematic review and meta-analysis update. BMJ Open; 2014.
9. Claudio Ferri, Davide Grassi, Emanuela Fellini, Giovambattista Desideri, Livia Ferri , Martina De Feo, Paola Cheli & Paolo Di Giosia. Tea, flavonoids, and cardiovascular health: endothelial protection. The American Journal of Clinical Nutrition; 2013.
10. John H Weisburger. Prevention of coronary heart disease and cancer by tea, a review. Environmental Health and Preventive Medicine; 2003.
11. M S Westerterp-Plantenga & R Hursel. Thermogenic ingredients and body weight regulation. International Journal of Obesity; 2010.
12. Byung-Wook Kim, Dong-Kug Choi, Hemant Kumar, Hyung-Woo Lim, In Su Kim, Sandeep Vasant More, Sushruta Koppula. The role of free radicals in the aging brain and Parkinson's Disease: convergence and parallelism. International Journal of Molecular Sciences; 2012.
13. Koushik Debnath, Shashi Shekhar, Vipendra Kumar, Nihar R Jana & Nikhil R Jana. Efficient Inhibition of Protein Aggregation, Disintegration of Aggregates, and Lowering of Cytotoxicity by Green Tea Polyphenol-Based Self-Assembled Polymer Nanoparticles. ACS Applied Materials & Interfaces; 2016.
14. Justin Evans, John R. Richards & Amanda S. Battisti. Caffeine. Stat Pearls Publishing; 2021.
15. Frank S Fan. Iron deficiency anemia due to excessive green tea drinking. Clinical Case Reports;2016.