Buku bacaan terdiri dari banyak tipe atau genre, mulai dari jurnal ilmiah, pengembangan diri, komik, hingga novel dan lain sebagainya [1].
Intinya, buku terbagi menjadi dua kategori, yaitu buku fiksi dan non-fiksi yang dapat menyesuaikan dengan selera bacaan masing-masing orang [2].
Sebagian orang menganggap bahwa buku non-fiksi adalah bacaan yang lebih berbobot, sementara fiksi kurang berbobot.
Ketahui lebih jauh mengenai manfaat membaca fiksi untuk kesehatan yang belum banyak orang sadari.
Daftar isi
Untuk kesehatan mental, membaca fiksi adalah salah satu yang terbaik [3,4].
Banyak orang merasa lebih bahagia membaca fiksi karena tema yang beragam [3,4].
Sebuah hasil survei menunjukkan bahwa 75% dari kurang lebih 1500 orang dewasa yang suka membaca di Inggris merasa suasana hati lebih baik dan bahagia dengan membaca [3,4].
Membaca bagi mereka adalah suatu aktivitas yang meningkatkan kualitas hidup [3,4].
Tidak hanya kesenangan, tapi juga kepuasan dalam melakukan berbagai hal dalam hidup dapat lebih dirasakan oleh para pembaca buku [3,4].
Bacaan fiksi tidak sepenuhnya khayalan atau fiksi, sebab terdapat berbagai informasi yang juga bermanfaat di dalamnya [3,4].
Informasi-informasi yang disuguhkan dalam cerita fiksi seringkali lebih mudah untuk masuk ke otak [3,4].
Mengingat tidak hanya dari segi jalan cerita tapi juga berbagai informasi pun menjadi lebih mudah [3,4].
Sebuah hasil studi pun menunjukkan bahwa orang-orang dengan hobi membaca mengalami penurunan daya ingat yang lebih lambat daripada orang-orang yang jarang atau sama sekali tidak membaca [5].
Kemampuan daya ingat dapat meningkat atau setidaknya terjaga tetap stabil dan baik ketika rajin membaca, sekalipun bacaan fiksi [5].
Hasil penelitian lain turut membuktikan bahwa orang-orang yang senang membaca buku memiliki risiko penyakit Alzheimer lebih rendah daripada orang-orang yang tidak suka membaca [6].
Maka untuk kesehatan fungsi otak, membaca buku sekalipun fiksi secara rutin tetap dapat bermanfaat [3,4].
Menghindari stres sama sekali adalah hal yang tidak memungkinkan karena bagaimanapun akan selalu ada tekanan dari berbagai pihak.
Namun, sebagai salah satu cara mengurangi stres, membaca fiksi akan sangat efektif bagi sebagian orang [3,4].
Membaca buku termasuk cara mengatasi stres ampuh lebih dari sekadar berjalan kaki atau mendengarkan musik [3,4,7].
Pada penelitian ini, sejumlah partisipan membaca dalam hening dan dalam waktu 6 menit saja detak jantung mereka melambat [3,4].
Ketegangan otot tubuh karena stres pun berkurang hingga 68% membuktikan bahwa membaca buku mendistraksi diri mereka dari hal-hal penyebab stres [3,4].
Hal tersebut dikarenakan seseorang akan berkonsentrasi lebih pada apa yang ia baca sehingga melupakan berbagai masalah pemicu stres [3,4].
Membaca buku minimal 6 menit terbukti mengurangi stres sebesar 60% dan merilekskan tubuh hingga pikiran [3].
Seperti diketahui, stres merupakan penyebab dari berbagai masalah kesehatan, seperti gangguan tidur, gangguan kecemasan, hingga depresi [8,9,10].
Dengan stres yang berkurang karena membaca buku, otomatis berbagai risiko depresi, gangguan tidur dan gangguan kesehatan mental lainnya akan ikut berkurang [3,4].
Membaca setidaknya 6-10 menit setara dengan efek bermeditasi, maka selain stres berkurang, tidur pun menjadi lebih mudah dan nyenyak [3,4].
Ketika tidur lebih mudah, kualitas tidur juga terjaga tetap baik [3,4].
Menjadikan membaca buku sebagai salah satu rutinitas menenangkan sebelum tidur dapat membantu terlelap lebih cepat [11].
Bacaan fiksi lebih tepat dalam hal ini daripada bacaan non-fiksi [3,4,11].
Hindari membaca buku non-fiksi sebelum tidur karena berpotensi memicu otak untuk aktif berpikir alih-alih menjadi tenang [3,4].
Buku fiksi jauh lebih baik dan dianjurkan karena fiksi membantu otak rileks dan memunculkan berbagai imajinasi menenangkan [3,4].
Membaca fiksi lebih menambah kreativitas daripada membaca non-fiksi [3,4].
Hal ini dikarenakan adanya prosedur dalam memroses informasi di dalam otak sehingga membuat pembaca lebih kreatif [3,4].
Sebuah hasil studi melibatkan para murid sekolah yang diminta membaca cerita fiksi pendek dan sebuah essay non-fiksi [12].
Kemudian studi ini menunjukkan hasil bahwa pembaca fiksi membutuhkan lebih sedikit penyelesaian kognitif dibandingkan pembaca non-fiksi [12].
Tipe kepribadian manusia sangat beragam, termasuk pula ada yang berpikiran terbuka maupun berpikiran sempit.
Pikiran yang cenderung sempit biasanya membuat seseorang ingin selalu dianggap benar sehingga tidak ingin ada yang menyainginya [13].
Orang-orang seperti ini pun enggan untuk belajar mengenai cara atau sudut pandang orang lain [13].
Karena hal itu pula, orang-orang berpikiran sempit lebih berisiko mengalami stres [13].
Sementara itu, orang-orang berpikiran terbuka ketika terjadi perdebatan atau perbedaan ide akan selalu mencari tahu apa penyebab perbedaan opini tersebut [13].
Membaca fiksi merupakan salah satu cara membuat pikiran lebih terbuka, seperti sebuah hasil studi pada the Journal of Applied Social Psychology [14].
Pada studi yang menggunakan novel Harry Potter ini, para peneliti menunjukkan bahwa anak-anak yang membacanya memiliki pikiran yang lebih terbuka [14].
Pikiran yang lebih terbuka artinya juga berpotensi menurunkan risiko kecenderungan merasa stres.
Demikian deretan manfaat membaca fiksi bagi kesehatan mental dan otak yang sekiranya bisa menjadi sebuah motivasi untuk mulai atau terus membaca.
1. McKenzie Jean-Philippe. 21 of the Most Popular Book Genres, Explained. Oprah Daily; 2019.
2. Software Testing Help. Different Types Of Books: Genres In Fiction And Non-Fiction Books. Software Testing Help; 2022.
3. Jeff Haden. 9 Ways Reading Fiction Will Make You Happier and More Successful. Inc; 2015.
4. Courtney Seiter. The Surprising Power of Reading Fiction: 9 Ways it Make Us Happier and More Creative. Buffer; 2018.
5. Robert S. Wilson, Patricia A. Boyle, Lei Yu, Lisa L. Barnes, Julie A. Schneider, & David A. Bennett. Life-span cognitive activity, neuropathologic burden, and cognitive aging. Neurology; 2013.
6. National Institute on Aging. Preventing Alzheimer's Disease: What Do We Know?. National Institute on Aging; 2018.
7. Stacy Kaczmarek. Four compelling reasons to shut off your screen and open a good book. Reading Partners; 2016.
8. Alexa Fry & Alex Dimitriu. Stress and Insomnia. Sleep Foundation; 2022.
9. Devon Frye & Alice Boyes Ph.D. Why Stress Turns Into Depression. Psychology Today; 2013.
10. Franzi Ross. Stress vs. Anxiety – Knowing the Difference Is Critical to Your Health. Mental Health First Aid; 2018.
11. Joel Gascoigne. How and Why to Create a Sleep Ritual. Buffer; 2014.
12. Maja Djikic, Keith Oatley & Mihnea C. Moldoveanu. Opening the Closed Mind: The Effect of Exposure to Literature on the Need for Closure. Creativity Research Journal; 2013.
13. Day Dalio. Recognize the signs of closed-mindedness and open-mindedness that you should watch out for. Linked in; 2018.
14. Loris Vezzali, Sofia Stathi, Dino Giovannini, Dora Capozza, & Elena Trifiletti. The greatest magic of Harry Potter: Reducing prejudice. The Journal of Applied Social Psychology; 2014.