Terdapat banyak kesalahpahaman mengenai jerawat yang tersebar di internet. Kemungkinan Anda telah mendengar beberapa cerita tentang penyebab dari jerawat. [1]
Jadi penting bagi Anda untuk megetahui perbedaan antara fakta dan mitos terkait jerawat. Semakin Anda mengetahui fakta tentang jerawat, maka perawatan yang dilakukan akan semakin berhasil. [2]
Biasanya jerawat disebabkan oleh faktor genetik, kebiasaan gaya hidup, hormon, obat-obatan tertentu, dan kebersihan yang sering dilakukan oleh setiap orang. [2]
Jadi sangat penting untuk mengetahui apa yang harus dilakukan dengan benar dan apa yang akan benar-benar memberikan efek kepada kulit Anda. [2]
Daftar isi
Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi bagi kebanyakan orang dari segala usia, meskipun 30% orang yang memiliki jerawat merupakan orang dewasa. [1]
Meskipun 85% dari anak muda memiliki beberapa bentuk jerawat, tetapi tidak hanya mereka yang tersiksa karena jerawat, melainkan dari berbagai umur dapat terkena jerawat. [1]
Dengan mencuci muka lebih sering saat timbul jerawat, maka tidak dapat membantu mengurangi jerawat. Anda dapat mencuci muka sebanyak dua kali dalam sehari. [1]
Jika Anda mencuci muka lebih dari dua kali setiap hari maka akan lebih membahayakan daripada membantu mengurangi jerawat. [1]
Mencuci muka dapat sangat membantu wajah dalam mengurangi bakteri, tetapi jangan melakukannya melebihi batas yang telah dianjurkan. [1]
Hal ini bukanlah hal yang baik untuk dilakukan. Memencet jerawat Anda akan memicu reaksi inflamasi dan akan menimbulkan lebih banyak bakteri pada jerawat Anda. [1]
Selain itu, hal tersebut dapat menyebabkan bekas jerawat yang sulit untuk dihilangkan. [1]
Meskipun akan terasa seperti membuat kulit Anda menjadi kering, berjemur dibawah sinar matahari tidak akan membantu dalam masa penyembuhan jerawat di wajah. [1]
Matahari dapat membakar dan membuat kulit menjadi kering, sehingga kulit akan memproduksi lebih banyak minyak. Hal ini dapat membuat jerawat semakin parah. [1]
Menggunakan pasta gigi dan barang rumah tangga lainnya bukan tindakan yang aman untuk kulit Anda. Kandungan fluorida pada pasta gigi akan membuat jerawat menjadi lebih buruk. [1]
Anda dapat memilih perawatan jerawat yang mengandung asam salisilat. Dengan begitu, kulit Anda akan membaik dalam jangka waktu yang panjang. [1]
Munculnya jerawat tidak dapat dilihat dari seberapa kotor atau kebersihan yang buruk di wajah Anda. [3]
Pada faktanya, terlalu sering mencuci atau menggosok wajah dapat menyebabkan iritasi kulit dan membuat jerawat menjadi lebih buruk. [3]
Tidak ada bukti yang berkaitan antara coklat, pizza, keripik kentang, kentang goreng, burger keju dapat menimbulkan jerawat. [3]
Terdapat penelitian yang ditemukan beberapa tahun terakhir yang menunjukan indikasi antara jerawat dan produk susu non-organik. [3]
Selama Anda memilih kosmetik yang non acnegenic dan non comedogenic, maka tidak akan menyebabkan jerawat. [4]
Beberapa concealer mengandung benzoyl peroxide atau salicylic acid yang dapat membantu mengobati jerawat. [4]
Jika Anda memiliki jerawat yang cukup banyak, lakukan konsultasi dengan dokter atau dermatologis terkait kosmetik yang boleh digunakan oleh Anda. [4]
Dokter mungkin akan memberi tahu kosmetik yang harus dihindari dan memberikan rekomendasi kosmetik dengan menggunakan brand tertentu. [4]
Obat jerawat mengandung zat pengering seperti benzoyl peroxide dan asam salisilat, jika Anda menggunakan terlalu banyak, maka akan menyebabkan pengeringan berlebihan pada kulit. [4]
Selain itu, dapat menyebabkan iritasi kulit dan lebih banyak noda. Jika perawatan jerawat yang dijual bebas tidak berhasil untuk Anda, maka konsultasikan ke dokter atau dermatologis. [4]
Jika Anda mengonsumsi obat jerawat dengan resep dokter, maka pastikan Anda mengikuti instruksi dari dokter. Beberapa obat dapat digunakan lebih dari 8 minggu untuk merasakan perubahan. [4]
Teori seks dan masturbasi dapt menyebabkan jerawat tidak berasal dari bukti ilmiah. Sepertinya teori tersebut telah diciptakan oleh anak muda yang melakukan seks sebelum nikah. [5]
Hal ini memberikan dasar etiologi mengenai pemahaman terhadap jerawat dan dasar-dasar perawatan jerawat seperti memberi pemahaman soal kontrasepsi oral atau terapi hormonal. [5]
Hal ini merupakan pernyataan yang salah. Exfoliator fisik atau scrub menggunakan manik-manik untuk mengangkat sel kulit mati dari permukaan kulit Anda. [2]
Eksfoliator kimia menggunakan bahan-bahan seperti asam glikolat dan asam salisilat yang dapat membantu dalam mendorong kulit untuk melepaskan sel-sel kulit mati. [2]
Beberapa penelitian menunjukkan jerawat terkait dengan susu. Namun, tidak ada kaitan antara diet dan jerawat. [5]
Jika konsultasi ke dokter kulit, biasanya pasien akan diberikan informasi oleh dokter tentang diet bebas susu dan rendah glikemik. [5]
Benzoyl Peroxide dinilai menjadi pengobatan jerawat topikal yang baik, tetapi tidak lebih efektif dari obat isotretinoin. [5]
Terdapat studi klinis yang berbasis bukti bahwa lebih ampuh obat resep daripada skincare di pasaran. [5]
Jerawat dapat bertahan selama bertahun-tahun. Jika Anda tidak melakukan perawatan topikal, maka akan menjadi lebih buruk dan akan meninggalkan bekas. [5]
Perawatan dapat membantu dalam mengatasi jerawat dan tidak boleh diabaikan hanya karena jerawat dapat hilang dengan sendirinya. [5]
Mungkin Anda pernah mendengar tentang pori-pori dapat terbuka dengan air hangat dan tertutup dengan air dingin, namun hal ini tidak benar. [2]
Genetik dapat menentukan ukuran pori-pori. Pori-pori berminyak akan terlihat lebih besar dan lebih kering, sementara pori-pori yang lebih jernih akan terlihat lebih kecil. [2]
Namun, air dingin dapat mengencangkan pori-pori, sedangkan air panas dapat mengeringkan kulit. [2]
1. Anne Arundel Dermatology. The Top 12 Acne Myths And Why They Aren’t True. AA Dermatology; 2017.
2. Proactiv Staff. The Top 10 Acne Myths. Proactiv; 2021.
3. Wake Forest Baptist Health Staff. Common Myths About Acne. Wake Health; 2021.
4. Johns Hopkins Medicine Staff. Myths About Acne. Hopkins All Childrens; 2021.
5. Dermatology Learning Network Staff. 15 Acne Myths Addressed. HMP Global Learning Network; 2011.