Daftar isi
Oligohidramnion atau oligohidramnios merupakan sebuah kondisi gangguan kehamilan di mana kadar cairan ketuban sangat sedikit atau di bawah jumlah normalnya [1,2,3,4].
Persalinan dapat terjadi prematur apabila oligohidramnion tidak segera memperoleh penanganan dan berakibat pula pada beberapa risiko yang lebih besar [1,2,3,4].
Apa saja fungsi cairan ketuban bagi kehamilan?
Cairan atau air ketuban selama kehamilan sangat penting bagi kelangsungan kehamilan itu sendiri, terutama bagi kondisi janin agar tetap baik sampai hari persalinan.
Berikut ini adalah peran utama air ketuban yang perlu diketahui [8] :
Jika polihidramnion adalah sebuah kondisi saat kadar cairan ketuban berlebihan, maka oligohidramnion adalah kondisi ketika kadar air ketuban berkurang dan cenderung tidak lagi memadai [1,2,3,4].
Beberapa penyebab oligohidramnion antara lain adalah [1,2,3,4] :
Kondisi oligohidramnion memang dapat dialami kapan saja, namun umumnya terjadi saat kehamilan memasuki usia trimester ketiga serta berisiko lebih tinggi terjadi pada ibu hamil kembar [1,2,3,4].
Namun pada beberapa kasus oligohidramnion, kondisi ini bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebab pastinya [1].
Kondisi oligohidramnion idiopatik sendiri mencapai 50,7% kasus yang terdiagnosa di kehamilan trimester ketiga [1].
Selain itu, penggunaan beberapa jenis obat seperti inhibitors ACE (angiotensin-converting enzyme) dan anti-inflamasi nonsteroid dapat menjadi alasan dibalik berkurang atau menurunnya kadar air ketuban saat hamil [1].
Oligohidramnion dapat menimbulkan gejala namun ada pula yang bersifat asimptomatik atau tanpa gejala sama sekali [1,2,3,4].
Pada kasus oligohidramnion yang terjadi karena kebocoran kantung ketuban, maka biasanya ibu hamil akan merasakan sensasi seperti mengompol [1,.
Kebocoran kantung ketuban menyebabkan air ketuban keluar melalui vagina sehingga bagian tersebut akan terasa basah [1,2,3].
Selain itu, tanda yang paling nampak secara fisik pada ibu hamil dengan oligohidramnion adalah ukuran perut yang tampak lebih kecil daripada seharusnya sekalipun sudah masuk usia hamil tua [1,2,3,4].
Pemeriksaan paling dianjurkan untuk mendeteksi oligohidramnion adalah USG secara rutin selama kehamilan [1,2,3,4].
USG tidak hanya dapat membantu mengetahui kondisi perkembangan janin selama berada di dalam kandungan [1,2,3,4].
USG seringkali menjadi pemeriksaan yang bisa menyingkirkan berbagai kemungkinan penyakit dan kelainan janin, seperti IUGR (intrauterine growth restriction) [1,2,3,4].
Untuk memeriksa apakah kadar plasenta dalam kondisi normal dan stabil, ibu hamil lebih dianjurkan menjalani pemeriksaan USG Doppler dengan kriteria diagnosis seperti berikut [1,3] :
Selain USG, penting bagi ibu hamil untuk menempuh sejumlah metode diagnosa lain, yakni diantaranya[1,2,3,4] :
Dokter akan mengecek usia kehamilan, kondisi janin, hingga riwayat penyakit sang ibu hamil serta gangguan kehamilan apa saja selain oligihidramnion yang terjadi sebelum menentukan penanganan terbaik oligihidramnion.
Secara umum, tindakan-tindakan ini yang dokter ambil untuk mengatasi oligohidramnion pasien.
Ketika ibu hamil yang datang mengecek kondisi kehamilan dan oligohidramnion telah terdeteksi, maka dokter perlu melakukan pemantauan berkala [1,2,3,4].
Pemantauan dilakukan dengan meminta pasien datang melakukan USG kandungan secara terjadwal.
Pasien oligohidramnion perlu mengonsumsi air putih lebih banyak sehingga kadar air ketuban bisa meningkat [1,2].
Namun bila cukup sulit bagi ibu hamil untuk makan dan minum sehingga berisiko dehidrasi, dokter akan meminta pasien menjalani terapi cairan di mana cairan diberikan lewat infus [1,2].
Tindakan amnioinfusion adalah pemasangan kateter intrauterine ke pasien agar dokter bisa memberi infus cairan NaCl [2,3].
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menjaga supaya cairan ketuban tetap normal dan stabil [2,3].
Dalam kondisi yang sangat serius, ibu hamil penderita oligohidramnion harus membatasi aktivitasnya [2].
Bed rest atau istirahat total adalah yang paling pasien butuhkan disertai dengan pemenuhan cairan tubuh secara maksimal agar cairan ketuban juga meningkat [2].
Seringkali pada kasus oligohidramnion tidak memungkinkan pasien menjalani persalinan normal.
Oleh sebab itu, sebagai jalan alternatif dan opsi penting, bedah caesar harus pasien tempuh [2,3,4].
Biasanya, penempuhan persalinan normal atau secara caesar dapat diketahui lebih awal apabila ibu hamil rutin memeriksakan kandungan dan oligohidramnion terdeteksi dini.
Bagaimana prognosis oligohidramnion?
Prognosis oligohidramnion bervariasi karena hal ini tergantung dari penyebab, tingkat keparahan pasien, serta seberapa cepat dan tepat penanganan terhadap gejala oligohidramnion [1].
Semakin dini oligohidramnion terdeteksi melalui pemeriksaan kehamilan rutin, maka semakin dapat diantisipasi dengan persiapan solusi yang benar [1].
Namun menurut sebuah hasil studi, janin yang dapat bertahan pada kasus oligohidramnion hingga trimester ketiga adalah sekitar 85,3% dan trimester kedua adalah 10,2% [1].
Oleh sebab itu, tingkat kematian janin pada kehamilan trimester kedua dengan kondisi oligohidramnion jauh lebih tinggi, yakni sekitar 90% dari seluruh kasus yang ada [1].
87% di antaranya diketahui bahwa hipoplasia paru menjadi sebab kematian janin tersebut [1].
Ketika oligohidramnion disertai dengan kondisi hipoplasia paru yang parah di mana hal ini terjadi sebelum atau saat usia kehamilan mencapai 16-24 minggu [1].
Risiko komplikasi oligohidramnion beragam di mana komplikasi bisa saja terjadi dan memengaruhi proses persalinan serta kondisi bayi yang lahir nanti, seperti [1,3] :
Komplikasi oligohidramnion yang lebih serius berisiko terjadi pada kehamilan trimester satu dan dua [1].
Belum ada langkah pasti untuk mencegah supaya oligohidramnion sama sekali tidak terjadi.
Sulit untuk melakukan pencegahan total, terutama karena oligohidramnion sendiri ada yang terjadi dengan sifat idiopatik.
Hanya saja, beberapa upaya berikut bisa coba dilakukan setidaknya sebagai penurun risiko oligohidramnion [1,3].
1. Courtney Keilman; Anthony L. Shanks. Oligohydramnios. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. March of Dimes. Oligohydramnios. March of Dimes; 2013.
3. Irina Burd MD PhD, Donna Freeborn PhD CNM FNP & Heather M Trevino BSN RNC. Oligohydramnios. Cedars Sinai; 2022.
4. Antonette T. Dulay , MD. Oligohydramnios. MSD Manual; 2020.
5. Emily D. Fitzsimmons & Tushar Bajaj. Embryology, Amniotic Fluid. National Center for Biotechnology Information; 2021.
6. Olga Dewald & Jennifer T. Hoffman. Gestational Sac Evaluation. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Megan Lord; Sarah Marino; & Martha Kole. Amniotic Fluid Index. National Center for Biotechnology Information; 2022.
8. LaQuita Martinez, MD, David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. Amniotic fluid. Medline Plus; 2020.