Para pria perlu waspada terhadap sejumlah masalah kesehatan, salah satunya adalah pembengkakan pada skrotum [1,2].
Skrotum termasuk dalam bagian organ reproduksi pria yang menggantung pada pangkal penis dengan bentuk kantong kulit [8].
Skrotum pada beberapa kasus dapat mengalami kelainan, salah satunya adalah pembengkakan yang akan disertai dengan rasa nyeri, walau terkadang ada pula yang terjadi tanpa rasa sakit [1,2,8].
Daftar isi
Skrotum dapat mengalami pembengkakan karena banyak faktor yang juga seringkali disertai rasa nyeri hebat.
Perkembangan pembesaran skrotum ini pun bisa terjadi secara lambat namun juga bisa secara cepat.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang umumnya menyebabkan atau meningkatkan risiko pembengkakan skrotum pada pria.
1. Hernia
Hernia juga dikenal dengan istilah turun berok, yakni organ dalam tubuh yang seharusnya tetap berada di dalam namun terdorong keluar melalui jaringan otot yang tak kuat menahannya [3].
Salah satu contoh kasus hernia adalah usus yang keluar menembus lubang otot dinding perut yang lemah [3].
Ketika otot tertarik dan mengalami kelemahan, maka hernia pun terjadi; terlebih bila seseorang mengalami batuk kronis, sudah masuk usia lanjut, dan mengalami cedera [3].
Namun pada beberapa kasus, risiko hernia terjadi karena bawaan lahir, terutama bila otot mengalami gangguan (pada diafragma dan pusar) p3[.
Seseorang memiliki risiko lebih tinggi mengalami hernia dengan adanya beberapa aktivitas ini yang menjadikan otot melemah [3].
Apabila pada selangkangan terdapat benjolan, benjolan itu juga semakin besar, perut tidak nyaman, hingga adanya heartburn dan benjolan mengeras disertai rasa sakit, segera ke dokter untuk memeriksakan diri.
2. Epididimitis
Epididimitis merupakan salah satu penyebab umum pembengkakan skrotum, yaitu sebuah kondisi ketika buah zakar pria membengkak karena infeksi bakteri [1,2,3,4].
Penyebab epididimitis ini bervariasi, bisa dikarenakan penyakit non-infeksi dan bisa juga karena penyakit infeksi [4].
Beberapa penyakit infeksi virus, infeksi bakteri, tuberkulosis, infeksi menular seksual, dan gondongan mampu menjadi penyebab epididimitis [4].
Begitu pula dengan sejumlah penyakit non-infeksi seperti torsio testis, pembesaran prostat, penyakit Behcet, cedera di selangkangan, refluks urine, efek amiodarone, komplikasi vasektomi, dan kateter urine yang digunakan terlalu lama [4].
3. Hidrokel
Masalah kesehatan lain yang mampu menyebabkan bengkaknya skrotum adalah hidrokel, yakni ketika cairan menumpuk pada area testis [1,2,5].
Skrotum dalam hal ini tak hanya membesar, tapi juga akan terasa sangat nyeri [2].
Beberapa faktor mampu menyebabkan hidrokel, seperti filariasis (penyakit kaki gajah), epididimitis, cedera di bagian skrotum, efek operasi hernia inguinal, hingga adanya tumor atau kanker testis [5].
Tidak hanya pria dewasa, bayi pun bisa mengalami hidrokel; pada bayi, sejumlah tanda hidrokel adalah [5] :
Sementara pada pria dewasa, tanda hidrokel pada umumnya adalah [5] :
Apabila tanda-tanda tersebut mulai dirasakan, sudah saatnya untuk ke dokter dan memeriksakan diri.
4. Orchitis
Faktor lain penyebab bengkaknya skrotum adalah orchitis, yakni testis yang mengalami peradangan karena infeksi virus dan bakteri [1,2,6].
Pada orchitis virus, paramyxovirus penyebab penyakit gondongan dapat menjadi sebab utama [6].
Orchitis virus dapat terjadi tak lama setelah mengalami gondongan, terutama pada anak laki-laki usia kurang dari 10 tahun [6].
Sementara pada kasus orchitis bakteri, beberapa jenis bakteri seperti Streptococcus, Staphylococcus, dan Escherichia coli dapat menjadi sebab utama [6].
Skrotum yang membengkak disertai keluhan-keluhan ini dapat mengarah pada orchitis [6] :
Ada kemungkinan orchitis yang tak segera mendapat penanganan mampu berkembang menjadi lebih buruk dan fatal; oleh sebab itu, diperlukan bantuan medis secepatnya ketika gejala-gejala tersebut mulai dialami.
5. Kanker Testis
Kanker testis dapat menjadi sebab lain dari skrotum yang membengkak, yakni ketika kanker atau sel tumor berkembang pada buah zakar atau testis [2,7].
Berawal dari tumbuhnya benjolan di sana, benjolan ini dapat semakin besar dan penderita juga akan merasakan nyeri di salah satu testis [2,7].
Belum diketahui secara jelas mengapa kanker testis dapat terjadi, namun kanker biasanya timbul berawal dari sel-sel abnormal yang berkembang tak terkontrol pada organ tubuh tertentu.
Hanya saja, faktor-faktor ini kerap menjadi peningkat risiko kanker testis pada seseorang [7] :
Apabila skrotum yang membengkak disertai beberapa gejala di bawah ini, maka ada kemungkinan kanker testis adalah kondisi yang sedang terjadi [7].
Pembengkakan yang membesar dengan cepat diikuti dengan masalah dalam berkemih sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter karena berpotensi menjadi tanda kanker testis [7].
6. Faktor Lainnya
Selain beberapa kondisi yang telah disebutkan di atas, masih ada sejumlah kemungkinan yang menyebabkan skrotum membengkak, yakni [1,2] :
Tergantung dari penyebabnya, pembengkakan skrotum dapat disertai dengan tanda-tanda lain yang kurang wajar [1,2].
Rasa nyeri berkelanjutan yang menyertai pembengkakan adalah yang paling umum terjadi [1,2].
Selain itu, aktivitas berkemih, mengangkat benda, berhubungan intim, dan lainnya akan memicu rasa tak nyaman dan sangat sakit pada penderitanya [1,2].
Ada kemungkinan pula benjolan semakin besar seiring waktu sehingga jika terganggu secara berkepanjangan, segera periksakan diri ke dokter [1,2].
Ketika menemui dokter, beberapa metode pemeriksaan perlu ditempuh untuk mengetahui penyebab pasti pembengkakan skrotum sekaligus menentukan penanganan yang sesuai.
Dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien untuk mengidentifikasi gejala apa saja yang selama ini dialami [2].
Dokter perlu tahu apakah skrotum yang membengkak disertai dengan adanya benjolan; jika ada benjolan, dokter harus memastikan di mana letak benjolan tersebut [2].
Selain itu, dokter juga memastikan apakah pembengkakan dan benjolan tersebut terasa sakit [2].
Ada kemungkinan dokter pun bertanya mengenai aktivitas apa saja yang pasien lakukan sebelum pembengkakan terjadi [2].
Pemeriksaan fisik biasanya disertai dengan pemeriksaan riwayat medis pasien; dokter perlu tahu apa saja riwayat penyakit dan riwayat pengobatan pasie [2].
Dokter bahkan seringkali juga menanyakan ada tidaknya anggota keluarga yang mengalami penyakit serupa [2].
USG skrotum merupakan salah satu tes pemindaian yang dilakukan dengan tujuan memeriksa ukuran aliran dan pembuluh darah [2].
Selain itu, USG skrotum dapat pasien tempuh agar dokter mengetahui volume testis [2].
Dalam pengukuran volume testis, dokter akan menggunakan orkidometer, yakni sebuah alat pengukur agar hasil volume testis bisa diketahui secara detail [2].
Dari pemeriksaan ini, adanya kelainan pada skrotum juga dapat terdeteksi [2].
Ketika pembengkakan skrotum disertai rasa nyeri, untuk mengetahui sebabnya pasien kemungkinan diminta juga untuk menjalani USG Doppler [1].
Prosedur pemeriksaan ini dilakukan dengan lebih dulu memberi gel dingin di kulit pasien yang bagian tubuhnya akan diperiksa [1].
Dokter kemudian menggunakan alat pindai genggam bernama transduser yang ditempelkan ke kulit pasien yang sudah dioles dengan gel tadi [1].
Gelombang suara akan mendeteksi adanya kelainan pada peredaran darah pasien [1].
Pengobatan pembengkakan skrotum akan disesuaikan dengan penyebabnya, seperti berikut ini [2,3,4,5,6,7] :
Pembengkakan skrotum juga terkadang dapat diatasi secara mandiri dengan beberapa upaya yang dokter anjurkan seperti di bawah ini [2] :
Bagaimana prognosis pembengkakan skrotum?
Seberapa baik prognosis pembengkakan skrotum tergantung dari faktor yang menyebabkannya [1].
Pada kasus epididimitis, walau nyeri bisa terjadi beberapa hari selama pengobatan, ada kemungkinan bagi pasien untuk pulih kembali [1].
Sementara pada kasus yang berkaitan dengan diabetes, ada kalanya abses bisa terjadi, lalu berkembang menjadi sepsis yang berpotensi fatal [1].
Deteksi dan penanganan dini pembengkakan skrotum meningkatkan kemungkinan prognosis baik [1].
Gejala yang terlalu lama dibiarkan dan kemudian semakin memburuk dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi.
Keterlambatan pemeriksaan dapat berakibat pada risiko timbulnya gangren di mana infeksi kemudian tersebar ke pembuluh darah yang menjadi penyebab septikemia [1].
Gangren sendiri adalah jaringan tubuh yang mati karena bagian tubuh tertentu tidak memperoleh aliran darah yang memadai [9].
Sementara itu, septikemia adalah kondisi saat darah terganggu dengan masuknya bakteri dalam jumlah sangat banyak; hal ini memicu keracunan darah dan infeksi darah [10].
Selain itu, risiko komplikasi pembengkakan skrotum adalah kerusakan kedua testis yang berujung pada ketidaksuburan pada pria sehingga mustahil untuk memiliki anak [1].
Belum diketahui cara mencegah agar skrotum tidak membengkak.
Namun saat gejala skrotum bengkak mulai dialami, segera periksakan diri ke dokter.
Setidaknya deteksi dan penanganan dini mampu meminimalisir risiko komplikasi karena penderita mendapat penanganan tepat sesegera mungkin.
1. James Velasquez; Michael P. Boniface; & Michael Mohseni. Acute Scrotum Pain. National Center for Biotechnology Information; 2021.
2. J. Keith Fisher, MD & April Kahn. What You Need to Know About Scrotal Swelling. Healthline; 2019.
3. Anonim. Hernias: Overview. National Center for Biotechnology Information; 2016.
4. Timothy J. Rupp & Stephen W. Leslie. Epididymitis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
5. Muhammad Huzaifa & Moises A. Moreno. Hydrocele. National Center for Biotechnology Information; 2021.
6. Chaudhary Ehtsham Azmat; & Pradeep Vaitla. Orchitis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
7. Shiva Jashwanth Gaddam & Gregory T. Chesnut. Testicle Cancer. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. Rosa A. Garcia & Hussain Sajjad. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Scrotum. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Amelia Buttolph & Amit Sapra. Gangrene. National Center for Biotechnology Information; 2021.
10. T W Austin & Ronald Holliday. Septicemia. Canadian family physician; 1976.