Penyakit & Kelainan

8 Penyakit Yang Tidak Boleh Makan Cumi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Saat ini, makanan dari olahan laut dianggap sebagai makanan penting bagi manusia karena mengandung banyak protein, asam lemak tak jenuh, dan nutrisi lain seperti mineral dan vitamin. Makanan laut yang dimaksud termasuk cumi-cumi [1].

Cumi-cumi berasal dari keluarga spesies yang sama dengan tiram, kerang, dan gurita. Cumi-cumi bisa diolah dengan cara apapun termasuk digoreng yang dikenal sebagai cumi. Selain itu, cumi bisa dipanggang, dibakar, direbus, bahkan dinikmati mentah. Olahan cumi mentah biasanya dijadikan sashimi [2].

Cumi memiliki banyak manfaat bagi kesehatan karena kandungan protein tinggi dan asam lemak omega. Seseorang akan mendapatkan manfaat baik untuk kesehatannya apabila mengkonsumsi dalam batas yang wajar. Meskipun demikian, cumi juga memiliki risiko yang kurang baik untuk kesehatan apabila memakannya terlalu berlebihan [3].

Hal ini dikarenakan setiap porsi yang terdiri dari 3 ons cumi mengandung sekitar 75% kolesterol, 10 % natrium, dan 8% lemak jenuh [4]. Berikut ini beberapa riwayat penyakit yang tidak boleh makan cumi secara berlebihan.

1. Penyakit cacing herring

Penyakit cacing herring atau yang dikenal dengan Anisakiasis merupakan penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing yang menempel di dinding kerongkongan, lambung, dan usus. Salah satu penyebab penyakit ini adalah memakan makanan laut mentah seperti cumi[5].

Cacing yang ada di dalam cumi berasal dari kotoran hewan mamalia laut seperti paus atau singa laut. Kotoran tersebut menjadi larva infektif yang kemudian di makan oleh cumi-cumi. Ketika seseorang makan cumi mentah, otomatis mereka menelan larva nematoda[5].

Larva tersebut menyerang saluran pencernaan pada tubuh manusia.  Untuk menghindari penyakit ini, seseorang tidak diperbolehkan makan cumi mentah ataupun setengah matang [5].  

2. Kolesterol

Cumi-cumi termasuk hewan yang mengandung kolesterol tinggi dan jumlah lemak jenuh yang relatif rendah. Hal itu membuat seseorang yang memiliki penyakit kolesterol tidak boleh mengkonsumsi cumi [6].

Setiap 100 gram cumi mentah mengandung 198 mg kadar kolesterol dan 0,4 lemak jenuh.  Jika kadar kolesterol dalam tubuh tinggi, maka akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Untuk itu, seseorang yang memiliki penyakit koresterol tidak diperbolehkan makan cumi mentah maupun setengah matang [2].

3. Penyakit jantung koroner

Cumi mengandung kadar kolesterol tinggi dan rendah lemak jenuh. Kolesterol tinggi akan menyebabkan penumpukan pada dinding arteri sehingga akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah. Tingginya kolesterol dalam tubuh akibat makan cumi mentah berlebihan bisa menyebabkan penyakit jantung koroner[2]

Penyakit yang dikenal dengan Aterosklerosis kni menyebabkan arteri pada koroner menjadi sempit sehingga dapat memperlambat aliran darah ke otot jantung. Kolesterol tinggi dari cumi bisa membuat darah menjadi kental dan beresiko membuat orang muntah darah [2].

4. Hipertensi

Semua makanan laut kebanyakan mengandung merkuri. Salah satunya adalah cumi. Kelebihan merkuri di dalam tubuh manusia dapat menyebabkan masalah kesehatan terutama meningkatkan tekanan darah [3]. Seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi bisa menyebabkan hipertensi[7].  

Setiap 10% kadar merkuri dalam darah, akan meningkatkan tekanan darah dari 120/80 menjadi 120,2/80 [7]. Selain karena kadar merkuri yang tinggi, cumi juga memiliki kadar kolesterol tinggi. Tingginya kadar kolesterol tersebut juga menjadi penyebab tekanan darah menjadi tinggi, sehingga seseorang beresiko terkena hipertensi [2].

5. Alergi

Cumi-cumi termasuk sejenis moluska yang memiliki hubungan kerabat dengan kerang [8]. Jika kerang beresiko untuk seseorang yang alergi seafood, maka cumi pun juga demikian. Cumi memiliki risiko reaksi alergi. Penyebabnya bisa dari zat tropomiosin yang terkandung di dalam cumi [3]. Alergi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein yang terkandung di dalam cumi [9].

Untuk gejalanya sendiri, alergi makanan dari cumi biasanya menimbulkan reaksi seperti gatal-gatal, sesak napas, batuk, hingga sakit perut. Selain itu, alergi terhadap cumi bisa menimbulkan gejala yang parah, salah satunya syok anafilaksi [9].

Reaksi tersebut ditimbulkan setelah seseorang menelan moluska seperti cumi. Setelah di diagnosis memiliki alergi, maka seseorang disarankan untuk menghidari semua makanan dari olahan cumi [8].

6. Lesi kulit urtikaria

Selain menimbulkan resiko saat dimakan, kontak dengan cumi-cumi pun juga demikian. Lesi kulit urtikaria merupakan sebuah kelainan pada kulit yang terjadi setelah kontak langsung dalam pengolahan cumi. Bisa dikatakan bahwa ini adalah reaksi dari alergi cumi. Kelainan tersebut diduga berasal dari zat tropomiosin yang terkandung di dalam cumi[10].

Gejala awal kelainan ini adalah kulit menjadi gatal dan memerah. Kelainan ini dibilang bisa sembuh dengan cepat namun bisa kambuh kembali. Untuk menghindarinya, sebaiknya seseorang tidak diperbolehkan makan atau menyentuh cumi-cumi [10].

7. Penyakit pembuluh darah perifer

Seseorang yang memakan cumi berlebihan bisa beresiko terkena penyakit pembuluh darah perifer. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol yang terdapat di dalam cumi. Penyakit tersebut terjadi karena adanya penumpukan timbunan lemak di dinding arteri kaki[11].

Hal itu mengakibatkan arteri menyempit sehingga membatasi alirah darah menuju ke kaki. Lemak yang tertimbun tersebut berasal dari kolesterol dan zat lainnya [11].

8. Diabetes

Selain disebabkan oleh tingginya gula darah, diabetes juga disebabkan oleh tingginya kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein) [12]. Tingkat kolesterol dalam darah meningkat juga disebabkan oleh faktor makanan termasuk olahan makanan laut seperti cumi[2].

Orang yang memiliki penyakit diabetes terutama diabetes tipe 2 tidak diperbolehkan makan cumi dalam bentuk olahan apapun. Hal ini dikarenakan cumi termasuk makanan laut yang mengandung kolesterol tinggi [2].

Cumi termasuk makanan laut yang populer di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan kandungan nutrisinya yang baik bagi kesehatan seperti protein tinggi dan asam lemak omega 3. Meskipun demikian, cumi juga bisa menimbulkan beberapa penyakit apabila dimakan secara berlebihan [3].

Untuk itu, seseorang memerlukan aturan dalam mengkonsumsi cumi. Untuk orang dewasa, cumi-cumi bisa dikonsumsi paling banyak 2-3 kali perminggu dengan porsi 4 ons. Sedangkan untuk anak-anak usia 2-11 tahun, ukuran 1 porsinya cukup 1 ons. Hal ini dikarenakan resiko negatif dari cumi biasanya dialami oleh anak-anak terutama saat keracunan merkuri[3].  

[1] Ryota Hosomi, Munehiro Yoshida, and Kenji Fukunaga. Ncbi.nlm.nih.gov. Seafood Consumption and Components For health. 2012
[2] Pallavi Suyog Uttekar, MD. Medicinenet.com. Is Squid Rich in Cholesterol?. 2021
[3] Dan Brennan, MD. Webmd.com. Squid: Is It Good for You?. 2020
[4] Christine Gray. Healthyeating.sfgate.com. Is Lobster a Healthy Food?. 2018
[5] Anonim. Cdc.gov. Parasit-Anisakiasis.2020
[6] Yasuo Nagata, Youhei Noguchi, Shizuka Tamaru, et all. Ncb.mlm.nih.gov. Hypolipidemic Potential of Squid Homogenate Irrespective pf a Relatively High Content of Cholesterol. 2014
[7] Ed Edelson. Medicinenet.com. Mercury in Fish Linked to High Blood Pressure.
[8] Anonim. Research.bmh.manchester.ac.uk. Squid (Todarodes Pacificus). 2006
[9] Nicole Galan, RN. Medicalnewstoday.com. What to Know About Shellfish Allergies. 2019
[10] Daniel Wilfinger, Annette Kuehn, Szandra Takacs, et all. Ncbi.nlm.nih.gov. Occupational Allergiec Contact Urticaria to Tropomyosin from Squid. 2020
[11] Anonim. Nhs.uk. Peripheral Arterial Disease (PAD). 2019
[12] Anonim. Cdc.gov. Diabetes and Your Heart. 2021

Share