Penyakit & Kelainan

8 Penyebab Asam Lambung Naik

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Asam lambung naik merupakan salah satu penyakit global dengan prevalensi yang terus meningkat. Keluhan ini cukup sering dialami oleh masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu gejala yang secara umum timbul ketika asam lambung naik adalah nyeri ulu hati. Rasa nyeri ini dapat menjalar naik hingga kerongkongan dan leher. Tidak hanya itu, asam lambung naik dapat juga menyebabkan keluhan seperti mual, muntah, bahkan kesulitan dalam bernapas. [1][2]

Secara medis, asam lambung naik disebut dengan gastroesophageal reflux disease (GERD). Keadaan ini terjadi ketika sfingter esofagus bagian bawah atau lower esophageal sphincter (LES) mengalami relaksasi sehingga asam lambung naik ke kerongkongan. [3] Beberapa penyebab asam lambung naik antara lain sebagai berikut.

1. Berbaring setelah makan besar

Pengosongan perut setelah makan besar akan terjadi secara perlahan dan akan memberikan tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah. Gaya gravitas juga turut berperan dalam mengendalikan reflux asam lambung sehingga posisi berbaring setelah makan dapat menyebabkan asam lambung mengalami reflux. [4]

Oleh karena itu, sebaiknya tunggu beberapa saat dan jangan berbaring segera setelah makan. Disarankan makan lebih awal pada malam hari sehingga makanan dapat dicerna sebelum tidur. Perhatikan juga posisi ketika makan, di mana posisi tegak ketika dan setelah makan dapat membantu meminimalkan terjadinya reflux asam lambung. [4]

2. Konsumsi makanan dan minuman tertentu

Beberapa makanan dan minuman dapat menjadi pemicu reflux asam lambung. Beberapa di antara makanan dan minuman tersebut beserta mekanismenya dalam menyebabkan reflux asam lambung yaitu sebagai berikut. [5]

  • Makanan dan minuman asam serta pedas mengiritasi mukosa esofagus atau kerongkongan secara langsung.
  • Minuman berkarbonasi dan makanan padat kalori menyebabkan distensi pada lambung.
  • Kopi, alkohol, coklat, mint, dan karbohidrat mereduksi atau mengurangi tonus sfingter esofagus bagian bawah.
  • Lemak mereduksi tonus sfingter esofagus bagian bawah dan motilitas atau pergerakan lambung.

Oleh karena itu, pasien yang seringkali mengalami kondisi asam lambung naik disarankan untuk membatasi konsumsi makanan dan minuman tersebut. Diet khusus yang disarankan adalah mengonsumsi gula dan lemak sederhana serta meningkatkan asupan serat. [5]

Salah satu contoh diet khusus tersebut adalah diet mediterania, meliputi asupan tinggi sayur, buah, biji-bijian, dan lemak tak jenuh. Diet ini terbukti pada penelitian terkait faktor demografi dan gaya hidup termasuk kebiasaan makan, masyarakat yang menerapkan pola diet mediterania tradisional memiliki insiden kondisi asam lambung naik yang lebih rendah. [5]

3. Obesitas

Pada keadaan obesitas, tekanan intraabdomen cenderung meningkat akibat adanya transmisi gaya gravitasi jaringan adiposa atau jaringan lemak ke rongga perut. [6] Volume lambung yang lebih besar pada pasien obesitas juga turut berperan. Tidak hanya itu, pada kondisi obesitas, terdapat terdapat perubahan sensitivitas dan kadar kolesistokinin, leptin, dan gherelin dalam tubuh sehingga mempengaruhi perubahan motilitas sistem pencernaan melalui mekanisme neurohormonal. [7]

4. Efek obat-obatan

Beberapa obat-obatan memiliki efek mengiritasi mukosa esofagus. Beberapa contoh obat-obatan tersebut antara lain sebagai berikut. [8]

Tidak hanya mengiritasi mukosa asam lambung, beberapa obat juga memberikan efek memperburuk reflux asam lambung. Beberapa obat-obatan tersebut antara lain sebagai berikut. [8]

Oleh karena itu, bagi pasien yang memiliki keluhan asam lambung naik sebaiknya sampaikan kepada dokter terkatik kondisi dan keluhan yang dimiliki apabila sedang dalam penggunaan obat-obatan untuk terapi penyakit.

5. Hernia hiatus

Hernia hiatus adalah kondisi di mana bagian lambung atau organ dalam perut lainnya mengalami herniasi atau penonjolan melalui hiatus diafragma. [9] Kondisi ini menyebabkan adanya gangguan anatomis dan fisiologis pada barrier antireflux normal melalui beberapa mekanisme sebagai berikut. [10]

  • Menyebabkan terjadinya penurunan panjang dan tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah
  • Merusak efek augmentasi pada krus diafragma
  • Meningkatkan area potongan melintang pada esophagogastric junction (EGJ)
  • Menurunkan peristaltik esofagus

6. Kehamilan

Naiknya asam lambung pada masa kehamilan disebabkan multifaktorial. Beberapa penyebab asam lambung naik pada kehamilan antara lain sebagai berikut. [11]

  • Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan terjadinya penurunan tekanan sfingter esofagus bagian bawah
  • Relaksasi otot polos sehingga menurunkan tonus dan motilitas lambung
  • Tekanan uterus yang berkembang terhadap isi lambung
  • Obat-obatan yang diminum selama masa kehamilan seperti antiemetik untuk mengatasi mual

7. Merokok

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan sfingter esofagus bagian bawah menjadi lemah akibat penurunan tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah. Asam lambung naik pada perokok umumnya terjadi dengan batuk atau inspirasi dalam di mana peningkatan tekanan intraabdomen yang terjadi akan mengalahkan sfingter esofagus bagian bawah yang lebih lemah. [12]

8. Faktor genetik

Asam lambung naik dapat disebabkan oleh struktur anatomi abnormal atau faktor komorbid yang dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik. Selain itu, faktor genetik dapat juga menentukan tingkat keparahan dari gejala-gejala yang terjadi ketika asam lambung naik. [13]

Apabila mengalami keluhan asam lambung naik, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mencegah kondisi yang semakin parah dan terjadi komplikasi lebih lanjut.

1. Richard Hunt, David Armstrong, Peter Katelaris, Mary Afihene, Abate Bane, Shobna Bhatia, Min-Hu Chen, Myung Gyu Choi, Angelita Cristine Melo, Kwong Ming Fock, Alex Ford, Michio Hongo, Aamir Khan , Leonid Lazebnik, Greger Lindberg, Maribel Lizarzabal, Thein Myint, Joaquim Prado Moraes-Filho, Graciela Salis, Jaw Town Lin, Raj Vaidya, Abdelmounen Abdo & Anton LeMair. worldgastroenterology.org. Global Perspective on Gastroesophageal Reflux Disease. 2015.
2. Hansa D. Bhargava, MD. webmd.com. GERD. 2020.
3. Danisa M. Clarrett, MD. ncbi.nlm.nih.gov. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). 2018.
4. W. Grant Thompson, MD. aboutgerd.org. Heartburn: Nothing to do with the Heart.
5. Carolyn Newberrycorresponding, Kristle Lynch. ncbi.nlm.nih.gov. The role of diet in the development and management of gastroesophageal reflux disease: why we feel the burn. 2019.
6. Paul Chang, MD., Frank Friedenberg, MD, MS (Epi). ncbi.nlm.nih.gov. Obesity & GERD. 2013
7. Mazen Al Mushref, Shanthi Srinivasan. atm.amegroups.com. Effect of high fat-diet and obesity on gastrointestinal motility. 2013.
8. Michael F. Picco, M.D. mayoclinic.org. GERD: Can certain medications make it worse?. 2020.
9. Ryan E. Smith, Rai Dilawar Shahjehan. ncbi.nlm.nih.gov. Hiatal Hernia. 2021.
10. Francesco Torresan, Daniele Mandolesi, Alexandros Ioannou, Simone Nicoletti, Leonardo Henry Eusebi & Franco Bazzoli. ncbi.nlm.nih.gov. A new mechanism of gastroesophageal reflux in hiatal hernia documented by high-resolution impedance manometry: a case report. 2016.
11. Juan C Vazquez. ncbi.nlm.nih.gov. Heartburn in pregnancy. 2015.
12. P J Kahrilas, R R Gupta. ncbi.nlm.nih.gov. Mechanisms of acid reflux associated with cigarette smoking. 1990.
13. Alexandra Argyrou, Evangelia Legaki, Christos Koutserimpas, Maria Gazouli, Ioannis Papaconstantinou, George Gkiokas & George Karamanolis. ncbi.nlm.nih.gov. Risk factors for gastroesophageal reflux disease and analysis of genetic contributors. 2018.

Share