Penyakit & Kelainan

8 Penyebab Demam Tifoid pada Anak

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Demam Tifoid atau yang lebih umum dikenal dengan istilah Penyakit Tipes/Tifus, adalah gangguan sistem pencernaan yang disebabkan oleh infeksi mikroba – pada kasus Demam Tifoid, mikroba yang bertanggung jawab adalah Bakteri Salmonella typhi. Infeksi bakteri ini menyebabkan peradangan pada organ-organ yang berurusan dengan fungsi sistem pencernaan seperti lambung, usus halus, hati dan limfa.[1][2][3][4][5]

Gejala yang dapat muncul seperti demam, pusing disertai sakit kepala, lemah, lesu serta letih, diare atau konstipasi, sakit di bagian rongga perut, kehilangan nafsu makan, massa tubuh menurun; dan lainnya.[1][2][3][4][5] Terinfeksinya suatu individu pada patogen penyebab tifus dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk apabila individu tersebut masih pada jenjang usia anak-anak. Yang mana beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Konsumsi makanan/minuman mentah

Mengonsumsi makanan dan minuman mentah maupun setengah matang dapat menjadi salah satu penyebab infeksi Bakteri Salmonella. Tidak terbatas hanya Bakteri Salmonella, makanan dan minuman yang tidak dimasak hingga matang memiliki kemungkinan yang lebih besar mengandung patogen dan mikroba yang berbahaya.[2][3] Ajarkan kepada anak-anak untuk jangan mengonsumsi makanan serta minuman yang tidak dapat dipastikan tingkat kematangannya agar memperkecil kemungkinan terjangkitnya Bakteri Salmonella ke dalam tubuh.

2. Tingkat sanitasi rendah

Makanan dan minuman yang kurang matang atau mentah terkadang juga dapat diiringi dengan tingkat sanitasi yang rendah. Hal ini juga dapat menjadi penyebab terpaparnya Bakteri Salmonella  ke dalam tubuh.[1] Tingkat sanitasi merujuk pada kualitas kebersihan dari keseluruhan “ekosistem” penyedia makanan serta minuman, seperti tingkat higienitas individu yang terlibat dalam pembuatan atau penyediaan, alat-alat makan serta keperluan memasak, kebersihan bahan baku konsumsi, lingkungan serta tempat menyantap makanan, dan lainnya.[2] Beri arahan kepada anak-anak agar tidak mengonsumsi asupan dengan tingkat sanitasi yang rendah.

3. Daya tahan tubuh yang lemah

Pada beberapa kasus, khususnya para individu yang telah melalui proses vaksinasi maupun membentuk antibodi secara alami, ditemukan bahwa paparan Bakteri Salmonella tidak selalu menyebabkan terjadinya penyakit Demam Tifoid. Hal ini dikarenakan berbagai individu tersebut telah memiliki antibodi yang kuat, sehingga infeksi yang terjadi tidak selalu menimbulkan peradangan pada organ-organ pencernaan mereka.[2][3][4]

Sangat berbeda dengan individu yang memiliki daya tahan tubuh lemah atau belum memiliki antibodi – di mana biasanya terjadi pada banyak kasus yang melibatkan anak-anak.[1][5] Agar dapat terhindar, beri asupan vitamin yang teratur supaya daya tahan tubuh anak dapat selalu terjaga, serta galakkan juga vaksinasi sejak dini.

4. Kurangnya kebersihan diri

Seorang individu juga dapat terpapar Bakteri Salmonella pada bagian-bagian yang tidak berhubungan secara langsung dengan organ-organ pencernaan, seperti pada tangan, kaki, lengan, dan bagian-bagian luar tubuh lainnya. Apabila seorang individu memiliki tingkat kebersihan diri yang rendah, Bakteri Salmonella yang terpapar pada bagian-bagian luar tubuh tersebut dapat ikut terkonsumsi seiring dengan aktivitas konsumsi makanan serta minuman yang dilakukan sewaktu-waktu.[3][4][5] Ajarkan kepada anak-anak agar selalu menjaga kebersihan diri seperti rajin mandi, cuci tangan sebelum makan, mencuci kaki serta bersih-bersih sebelum tidur, dan sebagainya, guna meminimalisir terjadinya paparan.

5. Transmisi dari karier

Hingga saat ini, belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa Bakteri Salmonella dapat ditransmisikan melalui hewan ke manusia (atau dalam istilah medis disebut dengan penyakit zoonosis, Ing.: zoonotic diseases).[5] Berbagai penelitian mengenai Demam Tifus selalu menunjukkan bahwa kemungkinan transmisi datang dari sesama manusia.

Karena itu, sangat besar kemungkinan terjadinya penularan dari para  penderita/pembawa. Kemungkinkan akan menjadi semakin besar apabila penularan kepada anak-anak terjadi melalui penderita atau pembawa yang merupakan orang dewasa.[3][4] Jaga anak-anak agar tidak terlalu dekat dengan orang-orang yang sedang dalam masa penyembuhan Demam Tifoid guna menghindari adanya transmisi.

6. Terjadinya kontaminasi pada asupan yang dikonsumsi

Apabila asupan yang dikonsumsi sudah terjaga higienitasnya serta diyakini kematangannya, belum tentu menjamin tidak adanya paparan dari Bakteri Salmonella sendiri. Ada faktor lain yang dapat menjadi penyebab terpaparnya Bakteri Salmonella yaitu kontaminasi. Kontaminan, khususnya feses atau tinja manusia, yang ada pada asupan dapat menjadi salah satu media bagi bakteri untuk masuk ke dalam tubuh.[2][3][4]

Akan sangat sulit membedakan asupan yang terkontaminasi ataupun tidak. Maka dari itu, terkadang menjaga kebersihan tidaklah cukup. Cara termudah untuk mencegah anak-anak agar tidak mengonsumsi asupan yang terkontaminasi adalah dengan memberikan makanan ataupun minuman kemasan.

7. Perjalanan ke wilayah endemik

Meski Bakteri Salmonella selaku penyebab dari adanya Demam Tifoid telah ditemukan di berbagai belahan dunia, namun dispersi terbesarnya berada pada wilayah-wilayah dengan iklim panas atau tropis seperti pada Negara-Negara Afrika Sub-Saharan (Kongo, Afrika Tengah, Rwanda, Burundi, dll) dan Asia Tenggara (Vietnam, Thailand, serta Indonesia).[1][2][3][4][5]

Pada wilayah tersebut, yang mana sebagian besar negara-negara di sana merupakan negara berkembang dan dunia ketiga, tingkat sanitasi dan kemajuan medis belum terlalu maju – menyebabkan semakin besarnya kemungkinan transmisi dapat terjadi. Pastikan anak-anak telah di vaksinasi apabila berencana mengunjungi wilayah tersebut.

8. Kelalaian dalam vaksinasi

Dewasa ini, dampak skenario terburuk dari Demam Tifoid sudah dapat dihindari dengan adanya berbagai kemajuan ilmu serta teknologi medis.[1][2][3][4][5] Salah satu upaya yang dilakukan di banyak negara adalah dengan giatnya menggalakkan program vaksinasi. Sebagai salah satu upaya preventif, vaksinasi terbilang ampuh dan berhasil dalam menangkal merebaknya Penyakit Demam Tifoid. Upayakan anak-anak, khususnya yang belum membentuk antibodi secara alami, agar mendapat dosis vaksinasi sehingga dapat terhindar dari penyakit tersebut.

By: Sir Lord Artaz Gang

1) Harris, J. B., and Brooks, W. A. sciencedirect. Typhoid and paratyphoid (enteric) fever. 2020
2) Laura Saporito, Claudia Colomba, and Lucina Titone. sciencedirect. Typhoid Fever. 2017
3) Levine, M. M. sciencedirect. Typhoid fever vaccines. 2018
4) Pang, T., Levine, M. M., Ivanoff, B., Wain, J., & Finlay, B. B. sciencedirect. Typhoid fever—important issues still remain in Trends in microbiology. 1998
5) Robert A. Kingsley, Gordon Dougan, Barrett, A. D., and Stanberry, L. R. sciencedirect. Vaccines for biodefense and emerging and neglected diseases. 2009

Share