Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi akibat otot rahim yang berkontraksi dengan kuat. Rasa nyeri ini muncul di perut bagian bawah dan terkadang menjalar hingga ke punggung bagian bawah dan paha [1,2].
Biasanya dismenore primer timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah menstruasi pertama dan bertambah berat, hingga usia 23-27 tahun nyeri tersebut akan mereda. Frekuensinya menurun sesuai pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan.
Dismenore primer tidak disebabkan oleh masalah pada organ reproduksi. Keadaan ini umumnya disebabkan oleh peningkatan dari prostaglandin pada cairan endometrium yang dapat mengakibatkan rasa nyeri pada wanita [1].
Selain peningkatan prostaglandin, ada juga beberapa faktor yang memicu terjadinya dismenore primer. Berikut faktor penyebab terjadinya dismenore primer:
Menarche atau menstruasi pertama adalah tanda seorang anak perempuan mulai memasuki masa puber. Biasanya menarche terjadi pada usia 11-14 tahun, diiringi dengan munculnya perubahan fisik seperti payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan area kemaluan [2].
Wanita yang mengalami menarche lebih awal dari usia normal menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya dismenore primer. Hal tersebut menyebabkan alat-alat reproduksi tidak dapat berfungsi secara optimal, sehingga akan menimbulkan rasa sakit saat menstruasi.
Seseorang yang memiliki status gizi overweight kemungkinan besar akan mengalami dismenore saat menstruasi. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin banyak lemak semakin banyak pula prostaglandin yang dibentuk [1].
Peningkatan prostaglandin dalam sirkulasi darah sangat tidak baik bagi wanita yang sedang mengalami menstruasi. Hal ini dikarenakan dapat menyebabkan terjadinya dismenorea primer atau rasa nyeri.
Seseorang dengan keadaan stres, akan memproduksi hormon kortisol dan prostaglandin yang berlebihan pada tubuhnya. Hormon ini dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan sehingga mengakibatkan rasa nyeri saat menstruasi.
Selain itu saat stres hormon adrenalin juga meningkat dan menyebabkan otot tubuh menjadi tegang termasuk otot rahim. Hal tersebut juga menjadikan timbulnya rasa nyeri saat menstruasi.
Kebiasaan merokok dapat meningkatkan kemungkinan terganggunya periode menstruasi, pendarahan yang berlebihan, dan keputihan. Ini semua bisa terjadi karena racun pada rokok mempengaruhi ovarium atau indung telur.
Merokok juga dapat menyebabkan dismenore saat menstruasi dikarenakan rokok mengandung zat yang dapat mempengaruhi metabolisme estrogen. Kadar estrogen yang ada di dalam tubuh harus tercukupi karena kadar tersebut berperan mengatur proses menstruasi [1,2].
Dismenore banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang berujung pada gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti
dismenore.
Dismenore primer merupakan akibat dari kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
Hal yang paling utama yang menyebabkan dismenore primer hubungannya dengan faktor endokrin adalah hormon estrogen, progesteron, dan prostaglandin. Saat satu hari menjelang ovulasi, hormon estrogen akan turun, diikuti
kenaikan hormon progesteron.
Dismenore Primer dapat diatasi dengan sejumlah cara. Berikut beberapa cara untuk mengatasi terjadinya dismenore primer :
Memberikan rasa panas ke area perut mampu meredakan nyeri yang kita rasakan saat menstruasi. Kita bisa menggunakan botol atau kain lap yang diisi air hangat untuk ditempelkan ke bagian perut [3].
Menempatkan botol air panas atau kain hangat di perut dapat menggendurkan otot dan meredakan nyeri saat menstruasi. Rasa hangat dapat membantu otot rahim dan sekitarnya untuk rileks, sehingga dapat meredakan kram dan ketidaknyamanan saat menstruasi.
Olahraga sangat dianjurkan ketika merasa nyeri saat menstruasi karena mampu meringankan rasa sakit. Kita tidak perlu melakukan olahraga yang berat, cukup yang ringan saja seperti peregangan, berjalan-jalan ataupun yoga.
Dengan berolahraga dapat melepaskan endorfin yang ada didalam tubuh. Hal ini mampu menghilangkan rasa sakit secara alami.
Pada dismenore primer, keluhan nyeri akan membaik dengan pemberian obat anti nyeri golongan OAINS (obat anti inflamasi non-steroid). Selain itu, dapat pula diberikan terapi hormonal, misalnya dengan kontrasepsi hormonal (contoh, pil KB) [3].
Namun, jika dismenore yang terjadi cukup parah, sebaiknya segeralah periksakan diri ke dokter untuk mencari tahu kondisi kesehatan yang mungkin menjadi penyebabnya. Kemudian, untuk penanganan selanjutnya akan dilakukan berdasarkan saran dari dokter.
1. Mariagiulia Bernardi, Lucia Lazzeri, Federica Perelli, Fernando M. Reis, and Felice Petraglia. Dysmenorrhea and related disorders. Version 1 6: 1645. F1000Research; 2017
2. Karim Anton Calis, PharmD, MPH, FASHP, FCCP, Devra K Dang, PharmD, BCPS (AQ-ID), CDE, Sophia N Kalantaridou, MD, Mert Erogul, MD, Frances E Casey, MD, MPH, Michel E Rivlin, MD, Vaishali Popat, MD, MPH, Nahrain Alzubaidi, MD, A David Barnes, MD, PhD, MPH, FACOG, Steven A Conrad, MD, PhD, Pamela L Dyne, MD, Laurel D Edmundson, MD, Andre Holder, MD, Anthony Charles Sciscione, DO, Francisco Talavera, PharmD, PhD, Mark Zwanger, MD, MBA. Dysmenorrhea. Medscape; 2021.
3. Ines Guimaraes, Ana Margarida Povoa.Primary Dysmenorrhea: Assessment and Treatment. Rev Bras Ginecol Obstet; 2020.