Penyakit & Kelainan

Retardasi Mental : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Retardasi Mental?

Retardasi mental merupakan kondisi yang juga dikenal dengan istilah gangguan intelektual di mana perkembangan mental terhenti karena otak mengalami gangguan [1,2,4,5,6].

Hal ini utamanya ditandai dengan nilai IQ (Intelligence Quotients) pada seseorang berada di bawah rata-rata.

Setiap orang pasti memiliki IQ, yaitu kemampuan berpikir, berencana, memecahkan masalah, menalar, memahami ide, dan belajar sesuatu.

Kemampuan ini adalah yang paling sering digunakan karena akan melibatkan logika dalam proses pemecahan masalah.

Tinjauan
Retardasi mental atau gangguan intelektual adalah kondisi otak yang perkembangannya mengalami gangguan dan ditandai dengan nilai IQ rendah (di bawah rata-rata).

Fakta Tentang Retardasi Mental

  1. Prevalensi retardasi mental khususnya di negara-negara yang masih berkembang atau negara dengan pendapatan menengah ke bawah jauh lebih besar, yaitu 10-15 per 1.000 anak (sekitar 85% kasus) [1].
  2. Sementara itu, diperkirakan persentase kasus retardasi mental pada populasi Barat adalah 1-3% [1].
  3. Menurut laporan, usia 10-14 tahun adalah puncak usia terjadinya retardasi mental dan risiko terjadi pada anak/remaja pria pada usia tersebut lebih 1,5 kali lebih tinggi daripada perempuan [1].
  4. Diketahui pada tahun 2003-2012, prevalensi disabilitas di Indonesia (termasuk retardasi mental) mengalami peningkatan dari 0,69% ke angka 2,45% dari seluruh populasi di Indonesia. Hal ini sempat mengakibatkan penurunan kualitas penduduk dan sumber daya manusia [2].

Tingkat Retardasi Mental

Ada empat tahap atau tingkat gangguan intelektual utama berdasarkan tingkat penyesuaian sosial dan IQ anak, yaitu sebagai berikut [1,3,5,6].

Gangguan Intelektual / Retardasi Mental Ringan

Pada jenis gangguan intelektual atau retardasi mental ringan, kondisi ini ditandai dengan beberapa hal, antara lain adalah :

  • Membutuhkan waktu yang lebih lama dari normalnya untuk belajar bicara namun ketika kemampuan sudah mumpuni, penderita dapat berkomunikasi dengan baik.
  • Tidak dewasa dalam kehidupan sosialnya.
  • Memiliki masalah dalam membaca maupun menulis.
  • Nilai IQ ada di rentang 50-69.
  • Memiliki kesulitan dalam hal tanggung jawab dalam pernikahan atau menjadi orangtua.
  • Mengikuti pendidikan khusus.

Gangguan Intelektual / Retardasi Mental Sedang

Pada kasus retardasi mental sedang, beberapa kondisi berikut dapat terjadi pada penderitanya :

  • Kesulitan dalam berkomunikasi dengan lancar.
  • Pemahaman yang lebih lambat pada bahasa saat berkomunikasi.
  • Kemampuan penggunaan bahasa yang lambat.
  • Nilai IQ umumnya berada pada rentang 35-49.
  • Mampu terlibat dalam berbagai macam aktivitas sosial.
  • Saat berada di tempat-tempat yang familiar dan sudah terbiasa bagi penderita, ia dapat berkeliling sendirian tanpa perlu ditemani.
  • Dapat mempelajari berhitung, menulis dan membaca.

Gangguan Intelektual / Retardasi Mental Berat

Pada kasus retardasi mental yang berat, beberapa kondisi berikut menjadi tandanya :

  • Nilai IQ berada pada rentang 20-34.
  • Sistem saraf pusat mengalami perkembangan abnormal.
  • Sistem saraf pusat mengalami kerusakan parah.
  • Gangguan motorik yang nampak.

Gangguan Intelektual / Retardasi Mental yang Dalam

Pada kasus jenis retardasi mental yang dalam, beberapa kondisi berikut menjadi tandanya :

  • Membutuhkan pertolongan terus-menerus dari orang lain dalam beraktivitas.
  • Membutuhkan orang lain untuk mengawasi aktivitas yang dilakukan penderita.
  • Tidak mampu mengurus kebutuhan diri sendiri secara mandiri.
  • Tidak mampu memahami instruksi atau permintaan.
  • Tidak mampu memenuhi sesuatu hal berdasarkan permintaan atau instruksi tertentu.
  • Memiliki kemampuan komunikasi nonverbal yang sangat dasar.

Gangguan Intelektual / Retardasi Mental yang Tidak Terspesifikasi

Ada beberapa anak yang mengalami gangguan intelektual tapi jenis kondisinya tidak terspesifikasi.

Terdapat gejala, hanya saja dokter tak mampu mengidentifikasi tingkat gangguan intelektual manakah yang dialami pasiennya.

Pada kondisi retardasi mental yang tidak terspesifikasi, dokter juga tidak memperoleh informasi secara cukup untuk menentukan tingkat gangguan.

Gangguan Intelektual / Retardasi Mental Lainnya

Jenis kondisi ini biasanya ditandai dengan cacat atau gangguan fisik yang nampak.

Bahkan pada beberapa kasus, penderita diketahui mengalami kehilangan pendengaran.

Pada pasien dengan kondisi tersebut, biasanya hal ini menjadi alasan bagi dokter untuk tidak melakukan tes skrining/pemindaian pada pasien.

Tinjauan
Terdapat empat tingkatan utama pada kondisi retardasi mental, yaitu retardasi mental ringan, sedang, berat, dan dalam (profound). Namun selain itu, ada pula retardasi mental yang tidak terspesifikasi serta retardasi mental lainnya yang berhubungan dengan cacat fisik penderita.

Penyebab Retardasi Mental

Gangguan kondisi otak menjadi faktor utama terjadinya retardasi mental.

Beberapa faktor berikut pun diketahui mampu meningkatkan risiko retardasi mental, yaitu [1,2,3,4,5,6] :

  • Faktor genetik : Kondisi bawaan atau kelainan genetik seperti sindrom fragile X dan Down syndrome adalah peningkat risiko anak mengalami retardasi mental.
  • Cedera : Kecelakaan pada waktu olahraga ataupun kecelakaan lalu lintas dapat menjadi alasan mengapa retardasi mental dapat terjadi, khususnya bila cedera terjadi pada kepala dan otak.
  • Masalah selama kehamilan : Ibu hamil yang mengalami kekurangan nutrisi, menderita infeksi, mengalami preeklampsia, hingga menggunakan obat yang tidak aman bagi janin dapat meningkatkan risiko retardasi mental pada sang anak nantinya.
  • Masalah saat persalinan : Pada proses persalinan di mana ibu hamil mengalami kekurangan oksigen, hal ini dapat berdampak pada anak yang lahir ke depannya menderita retardasi mental. Kelahiran prematur bayi juga memperbesar potensi gangguan intelektual pada sang anak.
  • Keracunan : Keracunan atau paparan merkuri pada ibu hamil atau pada anak yang berusia masih sangat muda memungkinkan risiko retardasi mental terjadi.
  • Penyakit pada masa kanak-kanak yang serius : Anak yang sejak dini pernah mengalami meningitis, campak, dan batuk rejan memiliki risiko lebih tinggi dalam menderita retardasi mental.

Meski terdapat beberapa kemungkinan faktor peningkat risiko retardasi mental pada anak, dua pertiga kasus anak dengan retardasi mental tidak diketahui penyebabnya.

Tinjauan
Faktor genetik dan lingkungan menjadi faktor paling berpengaruh pada perkembangan risiko retardasi mental seorang anak. Namun pada orang dewasa, faktor cedera dan penyakit tertentu mampu menjadi penyebab gangguan pada otak yang menimbulkan retardasi mental.

Gejala Retardasi Mental

Gejala retardasi mental tergantung dari tingkat gangguan intelektual yang dialami, namun secara umum berikut ini adalah tanda yang para orangtua patut waspadai [1,3,4,5,6] :

  • Beberapa anak dengan retardasi mental memiliki karakteristik fisik yang berbeda dari anak normalnya, seperti postur tubuh yang pendek atau kelainan yang nampak pada wajah.
  • Gangguan daya ingat.
  • Gangguan dalam belajar bicara.
  • Tidak dapat berbicara dengan jelas.
  • Kemampuan duduk, merangkak, dan berjalan jauh lebih lambat dari anak-anak seusianya.
  • Kurangnya rasa penasaran.
  • Tidak mampu berpikir secara logis.
  • Tidak mampu memahami konsekuensi tindakan tertentu.
  • Kesulitan dalam mempelajari sesuatu.
  • Perilaku tidak sesuai dengan usia (untuk usia anak yang sudah lebih besar masih sangat kekanakan misalnya).
  • Tidak mampu berkomunikasi dengan lancar dan baik.
  • Tidak mampu berinteraksi dengan orang lain.
  • Tidak mampu menjaga diri sendiri dan melakukan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingannya sendiri.
  • Memiliki perilaku dengan sengaja mencari perhatian.
  • Menarik diri dari aktivitas sosial.
  • Ketergantungan terhadap orang lain, terutama orang tua atau sanak saudara.
  • Memiliki sikap yang cenderung agresif.
  • Sulit berkonsentrasi dan memerhatikan suatu hal.
  • Gangguan psikotik.
  • Tidak memiliki toleransi tinggi terhadap rasa frustasi.
  • Pencitraan diri yang rendah.
  • Memiliki sifat keras kepala.
  • Cenderung pasif saat beraktivitas dan berinteraksi dengan orang lain.
  • Kontrol impuls yang kurang.
  • Pada masa remaja mengalami depresi.
  • Memiliki kecenderungan untuk melukai diri sendiri.
  • Nilai IQ berada di bawah 70.

Pemeriksaan Retardasi Mental

Untuk mendiagnosa apakah dari gejala yang dialami merupakan hal yang menunjukkan bahwa pasien mengalami retardasi mental, maka biasanya beberapa metode diagnosa berikut diterapkan dokter.

  • Wawancara Pasien dan Orang Tua Pasien

Dokter perlu mengetahui kondisi fisik pasien sekaligus riwayat gejala dan riwayat medis yang dimiliki pasien sekaligus keluarga pasien [1,3,4,5,6].

Hal ini untuk mengetahui apakah terdapat faktor genetik yang berpengaruh pada kondisi pasien.

  • Observasi Langsung

Selain mengajukan pertanyaan seputar gejala dan riwayat medis pasien serta keluarga pasien, dokter juga akan mengobservasi pasien langsung [1,6].

Metode observasi meliputi tes kemampuan penyesuaian diri untuk melihat bagaimana pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta tes intelektual.

Dari hasil observasi biasanya akan dapat diketahui apakah pasien mengalami retardasi mental, yaitu ketika nilai IQ terbukti berada di bawah rata-rata dan ketika kemampuan penyesuaian dirinya tergolong rendah atau buruk.

Bila diperlukan untuk penegakan diagnosa lebih lanjut, sejumlah metode diagnosa penunjang akan diterapkan oleh dokter.

  • Tes Laboratorium dan Tes Pemindaian

Kedua jenis tes tersebut dokter rekomendasikan sebagai tes penunjang untuk mendeteksi adanya kelainan genetik ataupun metabolik di dalam tubuh pasien.

Melalui tes laboratorium dan pemindaian, dokter juga akan dapat mengetahui adanya gangguan pada otak pasien.

Tes laboratorium biasanya meliputi tes urine dan darah, sedangkan tes pemindaian meliputi pemeriksaan MRI dan CT scan [1,4,6].

Tes lainnya yang kemungkinan diperlukan adalah pemeriksaan aktivitas listrik otak yang juga disebut dengan istilah electroencephalography (EEG) [1,6].

Dokter perlu merekam aktivitas listrik pada otak pasien untuk kemudian hasil gambarnya dianalisa lebih lanjut.

Jadi sebelumnya, kulit kepala pasien akan ditempel dengan elektroda atau cakram logam kecil yang berguna sebagai detektor aktivitas listrik di otak.

Kriteria Pasien Retardasi Mental

Untuk menentukan seorang dewasa mengalami retardasi mental atau tidak, kenali beberapa kriteria yang umumnya menjadi pertimbangan dokter saat pemeriksaan [3].

  • Tidak mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan selalu bergantung pada orang lain, khususnya seperti buang air kecil/besar, berpakaian, makan, dan aktivitas sederhana lainnya yang perlu dibantu atau setidaknya ditemani orang lain.
  • Nilai IQ setara 59 atau bahkan lebih rendah dari itu.
  • Gangguan mental atau fisik yang menghambat atau membatasi aktivitas harian disertai dengan nilai IQ berada pada angka 60-70.
  • Kesulitan dalam berinteraksi sosial, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan mengikuti instruksi dan menyelesaikan suatu hal dalam waktu tertentu, memiliki hambatan dalam beraktivitas sehari-hari, dan episode dekompensasi yang berulang kali terjadi.
Tinjauan
Metode diagnosa yang digunakan untuk memeriksa pasien dengan gejala retardasi mental antara lain adalah pemeriksaan riwayat medis pasien sekaligus orang tua pasien, observasi, tes laboratorium, tes pemindaian, dan electroencephalography jika diperlukan.

Penanganan Retardasi Mental

Penanganan terbaik bagi penderita retardasi mental adalah melalui terapi yang membantu supaya perkembangan kondisi tidak semakin buruk.

Pasien juga perlu menjalani terapi khusus supaya mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta beradaptasi lebih mudah [4,7].

  • Individualized Family Service Plan (IFSP)
  • Individualized Education Program (IEP)

Kedua terapi tersebut adalah metode yang diterapkan dokter kepada pasien sebagai pengendali gejala.

Tidak hanya ditujukan bagi pasien dengan kesulitan bicara, metode terapi tersebut juga bertujuan membimbing keluarga pasien untuk memahami lebih baik kondisi pasien.

Orang tua pasien juga dapat terlibat dalam pemulihan serta perkembangan kondisi pasien melalui upaya sebagai berikut :

  • Mendukung pasien mencoba melakukan hal-hal baru namun tetap membimbingnya untuk melakukan segala hal sendiri atau secara mandiri.
  • Mengawasi kemajuan pasien selama proses belajar di sekolah dan di rumah.
  • Membiarkan pasien terlibat dalam suatu komunitas atau aktivitas kelompok agar lebih banyak berinteraksi dengan orang lain serta belajar bekerja sama.

Tersedianya terapi ini juga akan menjadi pertolongan bagi pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari menjadi lebih mudah.

Tinjauan
Terapi semacam Individualized Family Service Plan (IFSP) dan Individualized Education Program (IEP) adalah penanganan pasien retardasi mental yang juga melibatkan peran keluarga agar kondisi pasien mengalami kemajuan.

Komplikasi Retardasi Mental

Pada retardasi mental yang sudah terlampau parah, seperti halnya tingkat retardasi mental yang dalam (profound intellectual disability), risiko komplikasi berikut semakin besar untuk terjadi [1,8,10] :

  • Gangguan pendengaran.
  • Gangguan penglihatan.
  • Autisme
  • Gangguan suasana hati.
  • Gangguan kemampuan motorik.
  • Kejang-kejang
  • Terhambatnya kelangsungan hidup sehari-hari.

Pencegahan Retardasi Mental

Retardasi mental adalah suatu kondisi yang awalnya terjadi pada janin yang mengalami gangguan perkembangan otak.

Oleh karena itu, pencegahan dapat dimulai dari edukasi publik mengenai segala hal yang perlu dilakukan selama perencanaan kehamilan, selama kehamilan, dan bahkan setelah hamil [9].

Melakukan konseling genetik, perawatan prenatal yang benar, diagnosa antenatal, serta pemindaian/tes skrining neonatal adalah bentuk upaya menjaga perkembangan mental anak agar tetap normal.

Selain itu, penting untuk melakukan pencegahan retardasi mental, terutama para ibu hamil dengan berbagai langkah-langkah lain seperti :

  • Menempuh vaksinasi
  • Menghindari penggunaan alkohol
  • Menghindari aktivitas merokok
  • Mengonsumsi vitamin yang sesuai dan aman bagi kondisi kehamilan
  • Melakukan pemeriksaan kehamilan dan kesehatan menyeluruh secara rutin

Karena retardasi mental dapat terjadi karena cedera di bagian kepala, maka melindungi diri dengan mengenakan perlengkapan lengkap saat berkendara atau berolahraga sangat penting.

Perlu diketahui pula bahwa faktor genetik yang memengaruhi tingkat kecerdasan dan perkembangan otak anak hanya 30-40% karena faktor lingkungan serta pemenuhan nutrisi selama anak masih di dalam kandungan berperan lebih besar [2].

Tinjauan
Pemahaman atau edukasi awal mengenai potensi retardasi mental pada anak melalui konseling genetik serta bagaimana menjaga kehamilan yang tepat sangat penting dalam menurunkan risiko gangguan intelektual ini.

1. Keun Lee & Marco Cascella; Raman Marwaha. Intellectual Disability. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Imas Cahyaning Pratiwi, Oktia Woro Kasmini Handayani, & Bambang Budi Raharjo. Kemampuan Kognitif Anak Retardasi Mental Berdasarkan Status Gizi. Public Health Perspective Journal Universitas Negeri Semarang; 2017.
3. Reschly DJ, Myers TG, & Hartel CR. Mental Retardation: Determining Eligibility for Social Security Benefits Chapter 1 Introduction. Washington (DC): National Academies Press (US); 2002.
4. Natasha Marrus, M.D., & Ph.D. and Lacey Hall, M.S. Intellectual Disability and Language Disorder. HHS Public Access; 2017.
5. National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, Institute of Medicine, Board on Children, Youth, and Families, Board on the Health of Select Populations, & Committee to Evaluate the Supplemental Security Income Disability Program for Children with Mental Disorders. Mental Disorders and Disabilities Among Low-Income Children, Clinical Characteristics of Intellectual Disabilities. Washington (DC): National Academies Press (US); 2015.
6. Stephen Brian Sulkes , MD. Intellectual Disability. MSD Manual; 2020.
7. Cheng Thao, M.S. & Min Wu, Ph.D. A Hand-held Application for Individual Family Service Plan (IFSP). AMIA Annual Symposium Proceedings Archive; 2006.
8. M Molteni & G Moretti. Minor Psychiatric Disorders as Possible Complication of Mental Retardation. Psychopathology; 1999.
9. C S Bartsocas. Prevention of Mental Retardation. Paediatrician; 1982.
10. J K Roberts. Neuropsychiatric Complications of Mental Retardation. The Psychiatric Clinics of North America; 1986.

Share