Daftar isi
Retrognathia merupakan kondisi kelainan pada tulang rahang di mana rahang bawah memiliki struktur dan posisi terlalu mundur atau ke belakang [1,5,10].
Dampaknya, penderita retrognathia ini memiliki risiko overbite lebih tinggi karena gigi depan bawah berada lebih belakang daripada gigi-gigi depan [1].
Karena tidak proporsional, penderita retrognathia kerap mengeluhkan rasa sakit pada rahang, terutama setiap membuka mulut maupun mengunyah makanan [1,5,10].
Belum terdapat banyak studi atau penelitian mengenai retrognathia sehingga data epidemiologinya masih sangat terbatas [1].
Hanya saja, diketahui dari beberapa studi kasus kecil bahwa retrognathia masih termasuk dalam sindrom kraniofasial [1].
Tinjauan Retrognathia adalah kelainan pada pembentukan dan perkembangan rahang bawah di mana rahang bawah dapat lebih mundur dari rahang atas dengan posisi terlalu ke belakang.
Pada beberapa orang, retrognathia merupakan kondisi bawaan lahir, namun pada beberapa kasus lain retrognathia dapat berkembang seiring bertambahnya usia seseorang.
Maka dengan kata lain, retrognathia dapat terjadi pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa.
Pada orang dewasa, kemungkinan besar rahang pada kondisi awal masih sangat normal, namun kemudian berkembang secara memburuk.
Ketika retrognathia tergolong ringan, maka biasanya kondisi ini tak terdeteksi atau bahkan tak terdiagnosa sampai anak tumbuh remaja.
Beberapa kondisi yang mampu menjadi faktor penyebab retrognathia antara lain adalah :
Cedera atau patah tulang di bagian tulang wajah, terutama bila terjadi pada usia anak-anak akan sangat berpengaruh pada bentuk dan perkembangan rahang anak [2].
Usia anak-anak adalah masa di mana tulangnya masih belum terlampau kuat dan masih dalam masa tumbuh kembang [2].
Jika terjadi cedera hingga patah tulang di bagian wajah, ada kemungkinan besar bahwa hal ini kemudian memengaruhi perkembangan rahang sehingga pembentukannya tidak sempurna [2].
Sindrom ini adalah sebuah kondisi yang dialami bayi di mana rahang memiliki ukuran lebih kecil dari ukuran normal [3,4].
Bagian rahang yang mengalami keabnormalan ukuran ini biasanya adalah rahang bawah [3,4].
Hal ini biasanya ditandai dengan kondisi-kondisi lainnya, seperti kesulitan bernafas dan terdapat celah di langit-langit mulut [3,4].
Bayi kesulitan bernafas karena sindrom Pierre-Robin ini menyebabkan saluran pernafasan tersumbat [3,4].
Anak maupun orang dewasa yang pernah menjalani prosedur bedah pengangkatan tumor di bagian dalam mulut memiliki risiko lebih tinggi mengalami retrognathia karena pengaruh efek operasi pada area rahang bawah [5].
Sindrom Treacher Collins adalah sebuah kelainan genetik langka yang terjadi pada wajah dan kepala [1,6].
Gejala utama yang paling nampak dari penderita retrognathia adalah jaringan lunak pada area mata, tulang telinga dan tulang wajah [6].
Penderita sindrom ini pun rentan mengalami masalah pada rahang dan saluran pernafasan yang disertai dengan langit-langit sumbing dan kehilangan pendengaran sehingga perkembangan kemampuan bicara anak akan sangat terhambat [6].
Bayi lahir dengan sindrom ini juga berisiko tak memiliki tulang pipi disertai dengan tulang ketidaksempurnaan pembentukan rahang bawah sehingga dagu dan area rahang bawah nampak begitu kecil daripada ukuran seharusnya [6].
Sindrom Nager merupakan sebuah kondisi langka di mana lengan, tangan, dan wajah mengalami keabnormalan [1,7].
Anak-anak yang lahir dengan sindrom Nager biasanya memiliki rahang yang sangat kecil (ukuran yang lebih kecil dari normalnya) serta tulang pipi yang tidak tumbuh sempurna [7].
Mikrosomia hemifasial atau hemifacial microsomia merupakan sebuah kelainan bawaan di mana bayi lahir dengan keabnormalan pertumbuhan wajah bagian bawah [1,8].
Area mulut, telinga dan rahang bawah adalah yang paling umum terpenngaruh dan hanya di satu sisi wajah saja. Meski demikian, pada beberapa kasus mikrosomia hemifasial dapat memengaruhi kedua sisi wajah [8].
Apa yang membedakan retrognathia dengan micronagthia?
Walau memiliki kondisi yang hampir sama, kedua kondisi antara retrognathia dan micronagthia sebenarnya berbeda.
Jika retrognathia adalah kelainan rahang bawah di mana posisi rahang lebih ke belakang sehingga rahang atas tampak lebih maju, micronagthia adalah kondisi rahang bawah yang terbentuk dengan ukuran yang terlampau kecil secara abnormal [9].
Pada kasus micrognathia, penderita mengalami sulit makan dan bernafas; hal ini juga bisa disertai dengan retrognathia [9].
Tinjauan Sejumlah faktor mampu menjadi faktor peningkat risiko retrognathia, baik pada bayi, anak, remaja, hingga orang dewasa, seperti: cedera atau patah tulang pada wajah (terutama tulang rahang), operasi tumor, mikrosomia hemifasial, sindrom Nager, sindrom Treacher Collins, dan sindrom Pierre-Robin.
Pada retrognathia, gejala yang paling nampak pada penderitanya adalah lokasi dan bentuk rahang bawah [1,10].
Rahang bawah tampak mundur sehingga tidak proporsional jika dibandingkan dengan posisi rahang atas [1,10].
Retrognathia bukan micronagthia karena rahang bawah tidak selalu berukuran lebih kecil, namun lebih kepada posisinya yang terlalu mundur [1,10].
Kondisi ini seringkali disebut dengan istilah overbite dan oleh sebab itu retrognathia dapat dianggap bukan suatu hal abnormal, melainkan tidak proporsional [10].
Ketika melihat seluruh wajah penderita retrognathia, maka dapat dikatakan bahwa wajahnya tidak proporsional bukan tidak menarik [10].
Tinjauan Gejala utama retrognathia adalah overbite, yakni tidak proporsionalnya antara rahang atas dan bawah di mana posisi rahang bawah terlalu ke belakang.
Karena terdapat sejumlah kelainan bawaan yang memiliki karakteristik serupa dengan retrognathia, diperlukan beberapa metode diagnosa untuk memastikan bahwa gejala benar-benar mengarah pada retrognathia.
Seperti pada penyakit atau jenis kelainan lainnya, penting untuk dokter lebih dulu memeriksa fisik pasien [1].
Selain pemeriksaan fisik, dokter juga biasanya memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar riwayat medis atau cedera pasien maupun keluarga pasien [1].
Meski demikian, masih diperlukan adanya serangkaian pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan hasil diagnosa kedua pemeriksaan tersebut [1].
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud salah satunya adalah sinar-X atau rontgen sefalometrik lateral [1].
Melalui tes ini, dokter dapat menganalisa secara lebih detail kondisi seluruh wajah pasien, terutama pada bagian rahang [1].
Tes lain yang dokter juga perlu lakukan agar diagnosa dapat ditegakkan adalah beberapa metode pengukuran melihat posisi rahang bawah hingga dasar tengkorak [1].
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan kondisi hipoplasia mandibular [1].
Tinjauan Pemeriksaan retrognathia umumnya meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, rontgen sefalometrik lateral dan pengukuran posisi rahang bawah untuk dapat mengeliminasi berbagai kemungkinan kondisi lain yang memiliki gejala sama dengan retrognathia.
Penanganan retrognathia umumnya didasarkan pada penyebabnya; jika sudah diketahui penyebabnya, maka pengobatan akan lebih mudah dilakukan.
Selain itu, pengobatan juga disesuaikan dengan usia pasien yang dibagi menjadi pengobatan untuk anak dan pengobatan untuk orang dewasa.
Usai melakukan pemeriksaan fisik secara total pada bayi dengan tanda-tanda retrognathia, maka biasanya dokter akan melanjutkan pemantauan terhadap kondisi bayi [5].
Dokter juga perlu melakukan rontgen dan sleep study untuk memastikan kondisi bayi [5].
Operasi adalah jalan terbaik yang dokter akan rekomendasikan untuk memperbaiki tulang rahang atau memasang plat metal sebagai penyangga dan membuat posisi rahang lebih ideal [5].
Karena retrognathia dengan gejala ringan biasanya tidak terlalu nampak pada saat bayi, maka tanpa disadari kondisi dapat berkembang dan baru nampak pada usia anak lebih besar, remaja atau bahkan usia dewasa [5].
Penanganan retrognathia yang utama pada penderita usia anak hingga dewasa adalah ortopedi dentofasial yang akan membantu memperbaiki pertumbuhan dan barisan gigi [1,5,10].
Pelindung kepala khusus juga kemungkinan menjadi penanganan retrognathia yang terbaik agar rahang atas dan bawah dapat berkembang beriringan [5].
Jika diperlukan, maka dokter pun akan merekomendasikan operasi maxillomandibular advancement; namun sebelum menjalani prosedur ini, pasien biasanya perlu menjalani perbaikan gigi lebih dulu [5].
Untuk kasus retrognathia yang disebabkan oleh beberapa jenis kelainan bawaan, penanganan dapat disesuaikan dengan kondisi yang pasien alami, seperti :
Bagaimana prognosis retrognathia?
Prognosis retrognathia tergolong baik, karena gejala yang ditunjukkan pun tergolong ringan [1].
Namun apabila retrognathia memiliki kaitan dengan sleep apnea obstruktif, maka hal ini bisa menjadi lebih berbahaya [1].
Begitu pun ketika retrognathia berhubungan dengan kondisi disfungsi sendi temporomandibular atau sindrom-sindrom yang memiliki tingkat keparahan tinggi akan membuat prognosis retrognathia memburuk [1].
Tinjauan Penanganan retrognathia didasarkan pada penyebabnya, namun pada umumnya pengobatan adalah berupa prosedur bedah untuk memperbaiki posisi rahang pasien.
Retronagthia dapat memengaruhi sisi psikologis atau mental penderita, terutama jika kondisi ini dialami pada usia remaja [1].
Deformitas dentofasial seperto retrognathia akan menjadi hal yang membuat penderita memiliki rasa percaya diri yang rendah karena stigma psikososial di lingkungannya [1].
Bila retrognathia berhubungan dengan sleep apnea obstruktif, risiko komplikasi yang paling berbahaya adalah saluran nafas yang terhambat [1].
Penanganan saluran pernafasan ini cukup sulit pada beberapa kasus sehingga mampu meningkatkan risiko yang lebih mengancam jiwa [1].
Belum diketahui cara mencegah retrognathia karena rata-rata kasus ini terjadi pada bayi baru lahir sebagai kelainan bawaan.
Namun untuk meminimalisir risiko komplikasi, penanganan dini terhadap berbagai gejala sesuai penyebab retrognathia akan sangat membantu.
Tinjauan Langkah pencegahan untuk kasus retrognathia belum diketahui, namun meminimalisir risiko komplikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin.
1. Andrew C. Jenzer & Mark Schlam. Retrognathia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Arnulf Baumann, Maria J. Troulis & Leonard B. Kaban. CHAPTER 25 - Facial Trauma II: Dentoalveolar Injuries and Mandibular Fractures. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery; 2004.
3. Anonim. Pierre Robin Sequence. Johns Hopkins Medicine; 2021.
4. Stephanie M Cohen, S Travis Greathouse, Cyrus C Rabbani, Joseph O’Neil, Matthew A Kardatzke, Tasha E Hall, William E Bennett, Jr, Ameet S Daftary, Bruce H Matt, & Sunil S Tholpady. Robin sequence: what the multidisciplinary approach can do. Journal of Multidisciplinary Healthcare; 2017.
5. Jennifer Archibald, DDS & Ana Gotter. Symptoms and Treatments of Retrognathia. Healthline; 2021.
6. National Organization for Rare Disorders (NORD). Treacher Collins Syndrome. National Organization for Rare Disorders (NORD); 2021.
7. National Organization for Rare Disorders (NORD). Nager Syndrome. National Organization for Rare Disorders (NORD); 2021.
8. Genetic and Rare Diseases Information Center. Hemifacial microsomia. Genetic and Rare Diseases Information Center; 2014.
9. Society for Maternal-Fetal Medicine, Beryl R. Benacerraf, MD, Bryann Bromley, MD, & Angie C. Jelin, MD. Micrognathia. American Journal of Obstetrics & Gynecology; 2019.
10. By Brandon Peters, MD & Elizabeth Molina Ortiz, MD, MPH. Impact of Recessed Jaw and Overbite (Retrognathia). Verywell Health; 2020.