Tumbuhan satu ini mungkin masih kurang familiar didengar namanya, namun ternyata saponaria officinalis memiliki beberapa khasiat yang bagus untuk kesehatan tubuh, yang masih jarang diketahui sebagian besar orang.
Saponaria officinalis merupakan tumbuhan berbunga cantik yang dikenal juga dengan nama soapwort. Sebagaimana soap yang diartikan dengan sabun, begitu pula asal usul nama tumbuhan satu ini. Saponaria officinalis sangat populer sebagai tanaman herba yang digunakan sebagai bahan pembuatan sabun.
Daftar isi
Saponaria officinalis L. termasuk dalam salah satu keluarga pink atau anyelir (Caryophyllaceae) yang merupakan tanaman herba tahunan. Saponaria officinalis disebut tumbuh secara alami dari Eropa hingga ke wilayah Asia Tengah pada bermacam-macam habitat.[1,2,3]
Saponaria officinalis tumbuh tegak setinggi 1 hingga 3 kaki, dengan batang halus bercabang kecil yang muncul dari rimpangnya. Di dalam tanah, tanaman saponaria officinalis membentuk cabang kuat dan juga rimpang yang biasanya setebal jari, dengan warna kemerahan hingga coklat. Akar saponaria ini disebut juga organ yang berhibernasi.[1,2,9]
Daun saponaria officinalis menunjukkan warna hijau mint hingga hijau zaitun dengan panjang daunnya sekitar 4 dan 11 cm (1,6 dan 4,4 inci). Bentuk daunnya runcing dan agak bulat telur. Tepi daunnya tidak memiliki gigi dengan sebagian daunnya yang agak bergelombang. Saraf daun saponaria berjulur seperti lengkungan dari pangkal daun ke ujung daun. Daunnya masing-masing tersusun melintang dan tidak berbulu.[1,2,5,9]
Bunga saponaria officinalis berwarna merah muda hingga putih, yang bermekaran mulai dari Juli hingga September, dan biasanya membentuk tandan padat di puncak batang. Sedangkan buah saponaria officinalis adalah kapsul berbiji banyak yang dibuka oleh 4 gigi. Bijinya bulat atau berbentuk menyerupai ginjal, berwarna hitam, dan sangat kasar.[1,2]
Fakta Menarik Seputar Saponaria Officinalis
Berikut merupakan informasi nilai gizi yang terkandung dalam 100 gram saponaria officinalis.[7]
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Kalori | 120 | kal |
Karbohidrat | 26.8 | g |
Serat makanan | 0 | g |
Lemak total | 0.4 | g |
Protein | 3.1 | g |
Vitamin A | 0 | IU |
Vitamin B6 | 0 | mg |
Vitamin B12 | 0 | µg |
Vitamin C | 0 | mg |
Vitamin D | 0 | µg |
Vitamin E | 0 | mg |
Vitamin K | 0 | mg |
Kalsium | 0 | mg |
Zat besi | 0 | mg |
Magnesium | 0 | mg |
Fosfor | 0 | mg |
Natrium | 0 | mg |
Seng | 0 | mg |
Tembaga | 0 | mg |
Mangan | 0 | mg |
Selenium | 0 | mg |
Likopen | 0 | µg |
Kolin | 0 | mg |
Betain | 0 | mg |
Sumber yang menyatakan kandungan nutrisi saponaria officinalis masih ditemukan sedikit terbatas, namun umumnya menyebutkan bahwa saponaria officinalis mengandung tinggi saponin dan sangat rendah garam.
Dalam pengobatan tradisional, ekstrak dari saponaria officinalis L. masih digunakan untuk mengobati permasalahan saluran pernapasan, penyakit kulit, gangguan rematik, hingga bahan perawatan tubuh dan kecantikan.[3]
Sebuah studi oleh Mazen telah mengamati efek saponaria officinalis terhadap penurunan kadar glukosa. Hasil menunjukkan dosis saponaria yang rendah, sekitar 7 hingga 10 mg/kg, menyebabkan timbulnya efek antidiabetik yang cepat.
Dibandingkan dengan tikus kontrol yang memiliki diabetes, saponaria 7 mg/kg menunjukkan efek penurunan kadar glukosa yang cepat sebanyak 62,34% hingga sekitar 63,70% serta penurunan HbA1C (rata-rata jumlah hemoglobin A1c yang berikatan dengan gula darah) yang bermakna.[4]
Penggunaan saponaria tanpa efek samping telah menunjukkan efek yang cukup berpengaruh pada perbaikan kondisi diabetes mellitus, penurunan risiko neuropati diabetik (gangguan saraf akibat penyakit diabetes) dan peningkatan kemampuan kontraksi otot kandung kemih secara keseluruhan.[4]
Penggunaan herbal saponaria officinalis yang paling populer adalah sebagai ekspektoran (memudahkan pengeluaran dahak atau lendir yang sulit dikeluarkan). Monograf Komisi E Jerman, panduan terapeutik untuk jamu, menyetujui bahwa saponaria officinalis termasuk dalam terapi pengobatan untuk batuk / bronkitis yang bisa digunakan.[2,9,12]
Tindakannya yang sangat mengiritasi di dalam usus dianggap merangsang refleks batuk dan meningkatkan produksi lendir yang lebih cair di dalam saluran pernapasan.[2]
Rebusan seluruh tanaman saponaria officinalis dapat dioleskan secara eksternal untuk mengobati kulit yang gatal dan kering, eksim, ruam, alergi, gigitan serangga, terbakar sinar matahari, dan untuk kulit sensitif.[2,6,12]
Ramuan herbal ini mudah digunakan yaitu cukup dengan merebus sepanci daun, bunga, batang, dan akar saponaria officinalis (opsional) dengan air yang cukup untuk merendamnya, selama 20 menit. Tiriskan selama 30 menit dan saring.[6]
Kandungan senyawa saponin dari akar saponaria officinalis menunjukkan potensi antijamur yang sangat efektif, baik digunakan sendiri atau bersinergi dengan antimikotik lain (kelompok obat untuk mengatasi infeksi jamur).[11]
Kemampuan ekstrak saponaria officinalis yang kaya saponin mampu mempengaruhi faktor kerusakan inang akibat C. albicans secara merugikan seperti pembentukan tabung kuman, pertumbuhan hifa (benang jamur), adhesi dan pembentukan / pemberantasan biofilm.[11]
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan saponin yang didapatkan dari tanaman berpotensi sebagai terapi baru yang mendukung obat klasik selama infeksi jamur atau sebagai bahan disinfektan antijamur, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut, khususnya penyelidikan klinis.[11]
Daun saponaria officinalis sering digunakan sebagai shampoo untuk rambut kering dan berminyak. Ini juga akan merevitalisasi rambut yang dikeriting, diwarnai, diputihkan, dan rusak karena panas.[5,6]
Cara pembuatannya cukup mudah hanya dengan menambahkannya ke dalam air yang mendidih selama kurang lebih 20 menit, kemudian saring dan gunakan airnya.[5,6]
Saponaria officinalis juga dapat dibuat menjadi sabun deterjen dengan cara merebus seluruh tanaman (terutama akarnya) dalam air, lebih baik lagi menggunakan air hangat. Sabun kemudian dapat menjadi pembersih yang lembut dan efektif digunakan terutama pada kain halus tanpa merusak serat kain.[2,9]
Sebuah studi dari Kairo, Egypt, mengamati pengaruh suplemen saponaria officinalis terhadap fungsi hati yang diuji pada mencit jantan berumur delapan minggu yang disuntik karbon tetraklorida (CCl4) dosis tunggal 0,5 ml/kg BB selama 30 hari, sebagai pemicu kerusakan hati. Studi dilakukan pada 3 kelompok mencit yang diberi pakan herbal, kelompok kontrol negatif dan kelompok kontrol positif.[13]
Studi ini menemukan bahwa suplementasi saponaria officinalis dapat mengurangi efek kerusakan hati oleh CCl4 secara bermakna (p <0,05). Kadar albumin menurun pada kelompok diet kontrol positif akibat kerusakan hati yang dipicu oleh CCI4, kemudian kadarnya ditemukan meningkat setelah pengobatan dengan saponaria officinalis, kulit delima dan cengkih secara berurutan.[13]
Sehingga dapat dinyatakan bahwa suplemen saponaria officinalis mampu bertindak sebagai suplemen makanan yang memberikan peningkatan fungsi hati dan mencegah kerusakan pada hati.[13]
Saponaria officinalis diketahui mengandung saponin. Meskipun beracun, zat ini sangat sulit diserap oleh tubuh sehingga cenderung keluar tanpa menimbulkan bahaya. Mereka juga dapat dipecah dengan memasaknya secara matang menyeluruh.[2]
Dianjurkan untuk tidak mengonsumsi makanan yang mengandung saponin dalam jumlah besar atau secara terus menerus. Saponin mungkin jauh lebih beracun bagi beberapa makhluk, seperti ikan. Dan suku pemburu secara tradisional menempatkan saponin dalam jumlah besar di sungai, danau, dll untuk membius atau membunuh ikan.[2,8]
Racunnya mengiritasi saluran pencernaan. Bergantung pada jumlah yang dimakan, hewan mungkin menunjukkan tanda-tanda berikut: mual, muntah, nadi cepat, pusing, dan diare. Sesak napas juga telah dilaporkan.[1]
Saponaria officinalis adalah pencahar dan agak beracun jika dikonsumsi dalam dosis besar, dan hanya boleh digunakan sesuai resep oleh praktisi yang berkualifikasi. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan iritasi lambung.[10]
Sehingga bagi orang dengan perut yang sangat sensitif dan lambung yang mudah bermasalah harus menahan diri untuk tidak menggunakan herba satu ini.[8]
Umumnya saponaria officinalis diolah menjadi minuman tonik atau teh herbal untuk mengatasi batuk berlendir. Teh dapat dibuat dari potongan akar saponaria kering yang dipotong kecil, kemudian didiamkan hampir setengah hari.[8]
Penyajian Teh Saponaria
Teh juga dapat membantu mengatasi masalah kulit. Untuk tujuan ini, area kulit yang bermasalah dapat dibilas dengan teh atau dibungkus dengan amplop yang dibasahi teh. Namun perlu diketahui, teh saponaria tidak cocok untuk luka terbuka.[8]
Saponaria officinalis bukan merupakan tumbuhan yang tahan lama jika ingin menggunakannya sebagai herbal. Saponaria mungkin lebih banyak dibudidayakan untuk pembuatan sabun.
Namun jangan khawatir, jika ingin menggunakan khasiat tumbuhan herba satu ini, akarnya bisa dikeringkan dan disimpan untuk digunakan nanti. Cara ini setidaknya menjaga saponaria agar awet untuk digunakan selama jangka panjang.[9]
Saponaria officinalis adalah salah satu dari keluarga pink atau anyelir yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan dan kecantikan dibanding spesies lainnya. Akarnya mengandung banyak saponin yang cukup bermanfaat namun juga dapat merugikan jika dikonsumsi berlebihan. Saponaria dapat diolah sebagai teh dan diminum untuk melegakan pernapasan dan memudahkan pengenceran lendir pada pasien bronkitis. Secara populer, saponaria digunakan sebagai sabun yang wangi dan efektif membersihkan noda di pakaian.
1. Anonym. Bouncing Bet. Illinois Grazing Manual Fact Sheet, United States Department of Agriculture (USDA); 2006.
2. Anonym. Saponaria officinalis - L. Plants For A Future; 2020.
3. Smułek W, Zdarta A, Pacholak A, Zgoła-Grześkowiak A, Marczak Ł, Jarzębski M, Kaczorek E. Saponaria officinalis L. extract: Surface active properties and impact on environmental bacterial strains. 150: 209-215. Colloids and surfaces. B, Biointerfaces; 2017.
4. Mazen Faiz Al-Haj. Study of the Potential Role of Saponaria officinalis L. in Diabetic Cystopathy and Neuropathy in Experimental Animal. Thesis, Beirut Arab University; 2016.
5. Anonym. Soapwort. American Botanical Council; 2018.
6. Zirkia Swart. SOAPWORT. Mountain Herb Estate; 2020.
7. Anonym. Yucca plant. Eat This Much; 2020.
8. Galina Batoevna Endonova, Tatiana Petrovna Antsupova, Sesegma Dashievna Zhamsaranova and Dandar Vladimirovich Lygdenov. Study of Flavonoid and Antioxidant Activity of Saponaria officinalis L. that Occurs in Buryatia. 12(3): 2017-2021. BIOSCIENCES BIOTECHNOLOGY RESEARCH ASIA; 2015.
9. Anonym. Soapwort – characteristics, cultivation and use. Live Native; 2019.
10. Christine Haughton. Saponaria officinalis (L). Purple Sage Botanicals; 2014.
11. Beata Sadowska, Aleksandra Budzyńska, Marzena Więckowska-Szakiel, Małgorzata Paszkiewicz, Anna Stochmal, Barbara Moniuszko-Szajwaj, Mariusz Kowalczyk and Barbara Różlska. New pharmacological properties of Medicago sativa and Saponaria officinalis saponin-rich fractions addressed to Candida albicans. 63(8): 1076–1086. Journal of Medical Microbiology; 2014.
12. SatishChandra & D.S.Rawat. Medicinal plants of the family Caryophyllaceae: a review of ethno-medicinal uses and pharmacological properties. 4(3): 123-131. Integrative Medicine Research; 2015.
13. Manal K Abdel-Rahman and Ashraf A. Abd El-Megeid. Hepatoprotective Effect of Soapworts (Saponaria officinalis), Pomegranate Peel (Punica granatum L) and Cloves (Syzygium aromaticum linn) on Mice with CCl4 Hepatic Intoxication. 1(1): 41-46. World Journal of Chemistry; 2006.