Sariawan pada anak ditandai dengan munculnya luka di dalam mulut. Hampir semua bagian dalam mulut bisa mengalami sariawan, mulai dari pada bibir, pipi, bawah lidah, hingga gusi. [1,2]
Sariawan biasanya berwarna putih, namun tidak sama dengan putih-putih pada mulut yang disebabkan oleh demam. Jika sedang sariawan, anak pasti akan menjadi susah makan. [1,2]
Walau dapat membuat tidak nyaman, namun sariawan bukan masalah kesehatan yang berbahaya. Sudah tahu apa saja gejala sariawan pada anak? [2]
Daftar isi
Sariawan pada anak ditandai oleh beberapa gejala yang mudah dideteksi. Berikut ini beberapa gejala utamanya:
Sariawan yang muncul di mulut pasti terlihat seperti luka. Namun warna dari sariawannya bisa berbeda-beda. Ada yang merah, putih, ataupun kuning. [2,3]
Ukuran sariawan biasanya hanya sekitar 6 mm. Luka tersebut akan menimbulkan sensasi perih dan nyut-nyutan, walau sedang tidak makan. [3,4]
Berikutnya, sariawan pada anak ditunjukkan dengan gejala sakit yang dikeluhkan. Anak akan mengeluhkan bagian mulut yang ditumbuhi sariawan terasa sakit. [2,3]
Rasa sakit yang dirasakan bisa juga disebabkan oleh bagian mulut yang membengkak. Sehingga bengkak itu bersinggungan dengan gigi dan menjadi perih rasanya. [2]
Anak yang sedang mengalami sariawan pasti akan mudah berliur. Bahkan bisa keluar liur tanpa disadarinya. [2]
Penyebabnya diperkirakan adalah sariawan membuat anak sulit menutup mulut. Jadi air liur pun menjadi lebih mudah untuk keluar. [2]
Luka sariawan yang terus terbuka dapat menyebabkan sakit kepala. Jadi anak akan sangat sulit untuk didiagnosa kondisinya. [2]
Bahkan jika sariawan yang terjadi disebabkan oleh infeksi virus, maka bisa juga timbul gejala demam. [4]
Sariawan pada anak juga bisa ditunjukkan dengan gejala anak yang rewel. Anak akan menolak makan bahkan hingga menangis karena sariawan di mulutnya. [4]
Tidak hanya sampai disitu saja. Gejala anak rewel karena sariawan juga dapat membuatnya lebih cepat marah. [2,4]
Sampai saat ini, informasi mengenai penyebab sariawan secara spesifik pada anak belum ada. Namun sudah ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko seorang anak memiliki sariawan. [1,2]
Salah satu penyebab sariawan pada anak adalah kondisi badan yang tidak fit. Saat badan tidak fit, maka infeksi virus dapat segera meluas di tubuh. [2]
Oleh sebab itu, sangat disarankan untuk tidak menganggap sepele jika anak menunjukkan gejala yang berkaitan dengan infeksi. Contohnya seperti infeksi virus herpes yang dapat menyebabkan tubuh demam juga keluarnya sariawan di mulut. [4]
Selain itu, sariawan pada anak juga dapat terjadi karena dipicu oleh cedera. Cedera yang dimaksud biasanya dapat disebabkan oleh lidah tergigit, benturan mulut dengan benda tumpul, dan masalah lainnya. [4]
Cedera mulut juga banyak terjadi karena tertimpa jatuhan telepon genggam. Biasanya luka akibat cedera ini akan muncul seperti warna putih, sehingga terlihat seperti sariawan. [3]
Saat sedang menjalani diet, seseorang biasanya akan kekurangan asupan beberapa jenis nutrisi. Kekurangan nutrisi seperti asam folat, zat besi, dan vitamin B12 dapat menyebabkan munculnya sariawan. [1]
Pada anak-anak yang tidak diet, sariawan bisa terjadi dengan alasan yang sama. Karena seperti diketahui, banyak anak-anak yang pemilih saat makan dan tidak menyukai sayur. Sehingga terjadilah kekurangan nutrisi. [3]
Ternyata stress juga bisa menyebabkan sariawan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sariawan akan lebih banyak terjadi saat seseorang sedang berada dalam fase stress. [2]
Salah satu penelitian mengenai hubungan stress dan sariawan pernah dilakukan pada mahasiswa. Hasilnya mahasiswa akan mengalami sariawan lebih banyak, khususnya ketika sedang menjalani jadwal ujian. [1]
Sariawan bisa terjadi pada siapa saja. Bahkan 1 dari 5 orang secara rutin mengalami sariawan. Hal ini menunjukkan sariawan bukan masalah kesehatan yang berbahaya dan akan menular. [1]
Wanita remaja berusia belasan hingga awal usia 20 tahun memiliki resiko sariawan lebih tinggi dua kali lipat dibanding Pria. Khususnya bagi wanita, sariawan biasa akan muncul di mulut saat mendekati awal menstruasinya. [1]
Kondisi sariawan pada anak umumnya tidak berbahaya. Sehingga tidak membutuhkan pengobatan ke dokter. Namun dalam kondisi tertentu, sebaiknya anak dibawa ke dokter. [2]
Sariawan pada anak harus dibawa ke dokter ketika tidak sembuh juga setelah 14 hari. Selain itu, jika rasa sakit sariawan yang dialami semakin menjadi maka segera periksakan ke dokter. [2,3]
Sariawan yang tidak parah pada anak tidak membutuhkan pengobatan. Tanpa pengobatan sariawan bisa hilang dengan sendirinya dalam satu minggu. [2,4]
Namun, jika dibutuhkan ada beberapa cara mengatasi sariawan sendiri di rumah. Berikut ini beberapa cara mengatasi sariawan pada anak di rumah: [2,4]
Pencegahan sariawan pada anak bisa dilakukan dengan banyak cara. Cara mencegah sariawan akan berkaitan dengan apa yang menjadi penyebab sariawan yang dialami oleh orang tersebut. [5]
Jadi ketahui dahulu apa penyebab sariawan yang dialami oleh anak Anda. Setelah mengetahui apa penyebabnya, maka Anda akan lebih mudah juga menentukan apa cara mencegah yang tepat. [5]
Jika sariawan yang dialami anak diakibatkan oleh makanan trigernya, maka hentikan kebiasaan makan makanan tersebut. Begitu juga jika sariawan terjadi akibat stress, maka diperlukan usaha untuk dapat mengelola stress agar tidak muncul lagi sariawan yang mengganggu waktu makan anak. [5]
1. Patricia Solo-Josephson, MD. Canker Sores. Kids Helath; 2017.
2. Patient Education Team. When Your Child Has Mouth Sores. Fairview; 2020.
3. Anonim. Mouth Ulcers in Children. Children's Hospitql Colorado; 2020.
4. Dr Karen Davies. Mouth Ulcers. Raising Children; 2020.