Daftar isi
Sarkoma kaposi adalah tumor kanker yang berkembang di lapisan pembuluh darah dan limfa karena adanya infeksi virus HHV-8. [1, 2, 3, 4, 5]
Sarkoma Kaposi biasanya muncul sebagai lesi pada kaki, atau wajah dan dapat pula ditemukan di area genital, mulut atau kelenjar getah bening. Kebanyakan sarkoma Kaposi terjadi pada pria dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. [3, 5]
Tinjaun Sarkoma Kaposi adalah kanker yang berkembang di lapisan pembuluh darah dan limfa karena virus HHV-8, biasanya kondisi ini terjadi pada pria.
Berikut ini adalah fakta-fakta penting dari sarkoma Kaposi: [1, 2, 3, 4]
Sarkoma Kaposi diklasifikasikan ke dalam 4 jenis yaitu: [1, 3, 4]
Sarkoma Kaposi adalah salah satu jenis kanker utama yang menyerang penderita HIV/AIDS. Jenis ini paling umum dibandingkan dengan jenis lainnya dan bisa berkembang sangat cepat jika tidak dirawat.
Pada sarkoma Kaposi terkait AIDS, sarkoma Kaposi muncul lebih sering pada laki-laki homoseksual daripada orang lain yang tertular HIV melalui penggunaan narkoba suntikan atau melalui transfusi darah.
Penderita jenis ini memiliki lesi di banyak area berbeda di tubuh, seperti kelenjar getah bening, hati, limpa, paru-paru, dan saluran pencernaan.
Merupakan jenis yang sangat jarang terjadi. Tidak seperti jenis sarkoma Kaposi lainnya, gejala sarkoma Kaposi klasik berkembang sangat lambat selama 10 sampai 15 tahun.
Sarkoma karposi klasik paling sering terjadi pada pria lanjut usia dari keturunan Mediterania selatan atau Eropa Timur. Lesi umumnya muncul pada kulit di tungkai bawah dan kaki.
Pada kasus yang jarang, juga dapat muncul di lapisan mulut dan saluran gastrointestinal (GI). Penderita biasanya tidak memerlukan perawatan segera dan perawatan mungkin disarankan jika area kulit yang terkena besar dan terlihat.
Sarkoma karposi kulit Afrika umum terjadi pada orang yang tinggal di sub-Sahara Afrika, kemungkinan karena infeksi HHV-8 yang tersebar luas di sana. Umumnya pasien berusia muda. Sarkoma karposi kulit Afrika menyebabkan lesi kulit tanpa gejala lain, dan lesi ini tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Sarkoma karposi terkait imunosupresi terjadi pada orang yang pernah menjalani transplantasi ginjal atau organ lain. Seringkali kondisi ini hanya menyerang kulit, tetapi dapat menyebar ke selaput lendir atau organ lain.
Sarkoma ini terkait dengan pengobatan imunosupresif yang diberikan untuk membantu tubuh menerima organ baru atau dapat juga terkait dengan organ donor yang mengandung HHV-8.
Tinjauan Terdapat 4 jenis kondisi sarkoma Kaposi,yaitu sarkoma Kaposi terkait AIDS, imunosupresi, kulit Afrika, dan klasik.
Gejala utama sarkoma Kaposi yaitu lesi kulit berwarna merah atau ungu yang tampak seperti memar. Lesi ini berupa bercak kecil, tidak nyeri, dan berubah warna pada kulit atau mulut. Lama kelamaan, lesi ini bisa tumbuh menjadi gumpalan (nodul) dan bergabung satu sama lain. [4]
Gejala sarkoma kaposi terkadang dapat menyebar ke kelenjar getah bening, paru-paru, dan sistem pencernaan. Hal ini menyebabkan: [4]
Seberapa cepat gejala berkembang tergantung pada jenis sarkoma Kaposi. Sebagian besar jenis sarkoma Kaposi yang tidak diobati memburuk dengan cepat, dalam beberapa minggu atau bulan. Namun, beberapa jenis dapat berkembang sangat lambat, selama bertahun-tahun. [4]
Penyebab sarkoma Kaposi adalah infeksi virus yang disebut human herpesvirus 8 (HHV-8). Pada orang yang sehat, infeksi HHV-8 sering kali tidak menimbulkan gejala karena sistem kekebalan tubuh yang tetap terkendali. Namun, pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, HHV-8 berpotensi memicu sarkoma Kaposi. [2]
Virus ini diduga menyebar saat berhubungan seks, melalui darah atau air liur, atau dari ibu ke bayinya saat lahir. HHV-8 merupakan virus yang relatif umum, dan kebanyakan orang yang terinfeksi tidak akan mengalami sarkoma Kaposi. [4]
Virus diduga dapat mengubah instruksi genetik yang mengontrol pertumbuhan sel. Virus tersebut mempengaruhi sel-sel yang melapisi permukaan bagian dalam pembuluh darah dan pembuluh limfatik, yang disebut sel endotel. Sel endotel berkembang biak secara tidak terkendali dan membentuk gumpalan jaringan yang dikenal sebagai tumor. [4]
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sarkoma Kaposi ialah: [4, 5]
Kapan Anda Harus Mengunjungi Dokter Anda?
Anda harus mengunjungi dokter Anda jika: [4]
Jika dokter curiga bahwa Anda mungkin menderita sarkoma Kaposi, mereka akan merujuk Anda untuk tes lebih lanjut memastikan diagnosisnya.
Diagnosis sarkoma kaposi dilakukan oleh dookter Anda dengan melihat tanda dan gejala yang Anda alami serta riwayat kesehatan Anda. Gejala sarkoma kaposi dapat mirip dengan kondisi lain karena itu kemungkinan Anda perlu menjalani tes kedua. [1]
Jika Anda memiliki tanda-tanda sarkoma Kaposi, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada kulit, mulut, dan rektum, serta kelenjar getah bening. [5]
Dokter juga dapat melaksanakan tes lebih lanjut, berdasarkan lokasi lesi. Tes tersebut meliputi: [1, 2]
Tes ini melibatkan pengangkatan sel dari lesi. Dokter Anda akan memeriksa sampel ini di laboratorium untuk memastikan adanya sarkoma Kaposi.
Merupakan tes yang menggunakan sinar X-Ray. Tes ini dapat mengungkapkan kelainan yang menunjukkan sarkoma Kaposi di paru-paru.
Endoskopi adalah tindakan medis menggunakan tabung tipis dan panjang (endoskopi) yang dimasukkan melalui mulut untuk memeriksa bagian dalam saluran pencernaan bagian atas, yang meliputi kerongkongan dan perut.
Jika dokter Anda mencurigai adanya sarkoma Kaposi di dalam salah satu organ ini, maka biopsi jaringan yang terkena akan dilakukan untuk memastikan penyakitnya.
Dalam tes ini, dokter Anda akan memasukkan tabung tipis (bronkoskop) melalui hidung atau mulut ke paru-paru Anda. Tindakan medis ini bertujuan untuk memeriksa trakea dan saluran udara Anda secara lebih rinci.
Bronkoskopi tidak diperlukan untuk diagnosis sarkoma Kaposi kecuali jika Anda mengalami masalah pernapasan tau hasil rontgen dada menunjukkan kelainan.
Dalam tes ini, dokter akan memasukkan tabung tipis (kolonoskop) melalui rektum dan dimasukkan ke dalam usus besar untuk memeriksa dinding organ-organ ini. Jika dokter Anda mencurigai adanya sarkoma Kaposi di rektum atau usus besar, maka biopsi juga dapat dilakukan selama kolonoskopi.
Perawatan untuk sarkoma Kaposi bervariasi, tergantung beberapa faktor seperti jenis penyakit, jumlah dan lokasi lesi, efek lesi dan kesehatan secara umum. [2]
Bicarakanlah dengan dokter Anda untuk menentukan pengobatan yang tepat untuk Anda. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk pasien dengan sarkoma Kaposi, di antaranya: [1, 2, 3, 5]
Terapi yang paling efektif dan penting untuk pasien penderita sarkoma Kaposi adalah mengatasi penurunan kekebalan yang memungkinkan terjadinya kanker.
Untuk pasien sarkoma kaposi terkait AIDS, terapi antiretroviral yang digunakan untuk mengobati AIDS kemungkinan cukup untuk mengobati sarkoma Kaposi.
Untuk pasien sarkoma kaposi terkait transplantasi, kemungkinan dapat berhenti minum obat penekan sistem kekebalan (obat imunosupresan). Beralih ke obat imunosupresif lain juga dapat memperbaiki penyakit.
Jika hanya terdapat beberapa lesi kecil, kemungkinan dokter akan menyarankan perawatan topikal termasuk injeksi kemoterapi langsung ke lesi, cryosurgery (terapi menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan menghancurkan sel), eksisi (operasi kecil), fototerapi atau radiasi lokal.
Pasien yang tidak membaik setelah mengatasi kekurangan kekebalan dengan pengobatan lain dapat melakukan kemoterapi sebagai perawatan lanjutan. Kemoterapi biasanya diberikan melalui intravena. Obat kemoterapi yang paling umum digunakan untuk mengobati sarkoma kaposi adalah doxorubicin lipid complex.
Efek samping kemoterapi tergantung pada jenis obat tertentu dan dosis yang digunakan, tetapi biasanya berupa mual dan muntah, rambut rontok, kehilangan nafsu makan, diare, kelelahan, jumlah darah rendah, pendarahan atau memar setelah luka kecil atau cedera, mati rasa dan kesemutan. di tangan atau kaki, sakit kepala, dan penggelapan kulit dan kuku. Efek samping ini biasanya hilang setelah pengobatan selesai.
Imunoterapi, atau yang disebut juga dengan terapi biologis ini bekerja dengan cara mengaktifkan kemampuan alami sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Pengobatan ini diketahui dapat digunakan sebagai pengobatan sarkoma Kaposi karena telah terbukti efektif dalam mengobati berbagai jenis kanker.
Efek samping umum imunoterapi untuk sarkoma Kaposi adalah penurunan jumlah sel darah putih dan gejala mirip flu. Pembedahan biasanya tidak dianjurkan karena tidak efektif untuk menyembuhkan sarkoma kaposi dan lesi dapat kambuh kembali.
Meski belum ada cara yang terbukti dapat mencegah sarkoma kaposi, namun dapat mengurangi risikonya dengan beberapa cara sebagai berikut: [1, 3]
Bagaimana Prognosis Untuk Sarkoma Kaposi?
Sarkoma Kaposi dapat disembuhkan dengan pengobatan. Dalam kebanyakan kasus, sarkoma kaposi berkembang sangat lambat. Namun, tanpa pengobatan, terkadang bisa berakibat fatal. Penting bagi Anda untuk berkonsultasi bersama dengan dokter Anda untuk menentukan pilihan pengobatan yang tepat. [1]
Menurut data dari National Cancer Institute menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup penderita sarkoma karposi adalah sekitar 72 persen. [5]
Penyebab kematian pasien dengan sarkoma Kaposi seringkali selain dari sarkoma Kaposi (misalnya, penyakit terkait HIV atau AIDS). Prognosis ditentukan oleh banyak faktor, termasuk usia, kesehatan dan status kekebalan Anda serta tingkat penyakit Anda. [5]
1) Elea Carey. Kaposi Sarcoma. Healthline; 2019.
2) Anonim. Kaposi Sarcoma. Mayo Clinic; 2020.
3) Anonim. Kaposi Sarcoma. Cancer.Net; 2021.
4) Anonim. Kaposi's sarcoma. NHS UK; 2020.
5) Anonim. Kaposi Sarcoma. Johns Hopkins; 2021.