Penyakit & Kelainan

Sering Marah, Penyebab dan Cara Mengatasinya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Semua orang tentu pernah merasakan marah. Marah, Kemarahan atau amarah merupakan salah satu emosi dasar manusia. Sama halnya dengan perasaan bahagia, cemas, sedih dll. Marah terkait dengan respon dari saraf simpatik manusia terhadap situasi sekitar. [1]

Marah merupakan keadaan yang normal dan sehat. Namun marah yang tidak terkendali dan sering kali memuncak pertanda adanya masalah. [2]

Sebuah hasil penelitian memperlihatkan hubungan antara orang yang sering marah dengan keadaan mental yang tidak sehat atau depresi. [3] Satu pertiga dari pasien depresi juga mengalami kemarahan yang tiba-tiba. [3]

Gejala Sering Marah

Beberapa gejala bahwa marah yang terjadi pada Anda merupakan tidak normal, ketika: [2]

  • Kemarahan mempengaruhi hubungan dan kehidupan sosial
  • Memiliki pikiran negatif terus menerus dan teringat pada pengalaman negatif
  • Merasa bahwa harus menyebunyikan dan menahan amarah
  • Tidak sabar dalam menghadapi suatu hal dan mudah kesal
  • Sering berdebat dengan orang lain dan sering marah dalam prosesnya
  • Tidak mampu mengendalikan amarah
  • Terjadi kekerasan fisik
  • Memiliki dorongan untuk melakukan hal-hal kasar atau impulsif karena merasa marah

Penyebab Sering Marah

Sering marah terjadi karena beberapa hal:

  1. Masalah Kesehatan Mental

Keadaan sering marah atau amarah yang mudah melonjak diasosiasikan dengan 32 gangguan kesehatan mental, antara lain;

Intermittent explosive disorder merupakan ledakan emosi terputus-putus namun berulang. Hal ini juga disertai dengan perilaku impulsif, agresif, kasar atau luapan verbal. Perilaku-perilaku tersebut merupakan readksi berlebihan terhadap situasi tertentu. [4]

Intermittent explosive disorder dapat menyebabkan penderitanya tertekan. Hingga bisa berdampak negatif pada hubungan, pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. Intermittent explosive disorder mrtupakan gangguan kronis yang dapat berlanjut bertahun-tahun. Sehingga memerlukan obat-obatan psikoterapi. [4]

  • Depresi

Depresi merupakan perasaan sedih atau putus asa yang terjadi terus-menerus dan belangsung lama. Gejalanya meliputi; marah, bingung, sedih, putus asa, penurunan atau penambahan berat badan secara drastis. Serta kehilangan semangat, energi hingga kehilangan keinginan untuk hidup. [5]

Orang yang mengalami depresi mungkin menekan rasa marah mereka. Atau meluapkannya berlebih dengan cara yang agresif dan kekerasan terhadap orang terdekatnya. [5]

  • Gangguan Kepribadian Ambang

Gangguan kepribadian ambang atau borderline personality disorder (BPD) adalah satu penyakit gangguan mental. Gangguan ini umumnya muncul pada masa remaja atau saat baru beranjak dewasa. [6]

Gejala dari gangguan ini antara lain, memiliki emosi yang tidak stabil, perilaku impulsif, citra diri yang terdistorsi. Serta memiliki hubungan sosial yang tidak stabil. [6]

Menurut Institut Kesehatan Mental Nasional Amerika Serikat, sekitar 1,6 % orang dewasa mengalami gangguan ini. Pemicu dari gangguan ini adalah faktor genetika, lingkungan dan kelainan serotonin. [6]

  • Demensia

Demensia adalah penurunan fungsi kognitif. Untuk dianggap demensia, gangguan mental harus memengaruhi setidaknya dua fungsi otak. Demensia dapat mempengaruhi memori, kemampuan berpikir, emosi, bahasa dan pertimbangan. [7]

Gangguan ini disebabkan oleh berbagai penyakit atau cedera. Demensia dapa menyebabkan perubahan kepribadian. [7] Beberapa demensia bersifat progresif. Sehingga kondisi pasien memburuk seiring berjalannya waktu. [7]

Pasien demensia dapat berubah menjadi orang yang sering marah atau mengamuk karena frustasi. Hal ini dapat menyulitkan bagi perawat atau pengasuh dalam menghadapi ledakan amarah yang tiba-tiba. Ledakan amarah dapat terjadi karena kesulitan komunikasi atau kondisi fisik yang tidak nyaman. [8]

2. Gangguan Kesehatan Fisik

Selain karena gangguan kesehatan mental, sering marah dapat disebabkan oleh gangguan kesehatan fisik, seperti;

  • Kolesterol

Statin merupakan salah satu obat yang sering diberikan untuk menurunkan kolesterol. Beberapa penelitian menemukan pengaruh statin terhadap agresi seseorang.

Para ahli mengatakan bahwa kolesterol rendah dapat berpengaruh pada serotonin (kadar serotonin juga akan rendah). Serotonin bekerja sebagai hormon kebahagiaan. Sehingga penurunan kadar serotonin akan menyebabkan tempramen tinggi dan mudah depresi. [8]

  • Efek samping obat-obatan

Resep obat-obatan untuk penderita gangguan kecemasan, panik, mengandung benzodiazepin. Dokter juga memberikannya pada pasien yang mengalami insomnia. [8]

Namun, benzodiazepin ini memiliki efek samping dengan membuat pasien mudah marah. Terutama bagi pasien yang sudah memiliki kepribadian agresif sejak awal. [8]

Kapan Harus ke Dokter

Walaupun marah merupakan keadaan normal. Namun saat marah berlebihan dan sering disertai dengan gejala gangguan kesehatan mental. Maka segera hubungi tenaga medis profesional. Anda dapat berkonsultasi ke psikiatris atau psikolog.

Cara Mengatasinya

Ada beberapa cara untuk mengatasi marah berlebihan

  • Teknik Relaksasi

Caranya dengan menarik nafas dalam-dalam dan membayangkan dan memikirkan hal santai. Saat mencoba untuk rileks. Ulangi kegiatan ini beberapa kali secara perlahan dan terkontrol. Serta ulangi frasa “santai” dalam pikiran Anda. [2]

Latihan yoga juga dapat menjadi pilihan karena membantu tubuh lebih rileks dan tenang. Yoga juga baik untuk kesehatan fisik.

  • Restrukturisasi Kognitif

Mengubah pola pikir Anda juga dapat mengekspresikan kemarahan. Saat seseorang marah, akan mudah berpikir dramatis. Sehingga penting untuk tetap fokus dan berpikir rasional.  [2]

  • Penyelesaian Masalah

Menyelesaikan masalah yang menjadi penyebab nyata orang sering marah adalah cara yang dapat dilakukan. Sebab dengan marah, Anda tidak dapat fokus dalam menyelesaikan masalah. [2]

  • Komunikasi

Komunikasi yang baik dan mendengarkan pendapat orang lain dapat meredakan emosi. Saat sedang beragumen, sebaiknya mencerna pelan dan berpikir matang. Sebelum akhirnya merespon atau menjawab lawan biacara. [2]

  • Kelas Manajemen Amarah

Kelas manajemen amarah dapat diikuti secara langsung atau online. Serta pasien juga dapat mempelajarinya di buku. Manajemen amarah akan mengajari cara mengidentifikasi frustasi atau rasa kesal sejak dini. Kemudian mengatasi rasa kesal tersebut. [2]

Selain itu, dengan mengikuti manajemen amarah ini, mungkin akan melibatkan orang lain. Sebab Anda harus memberitahunya tentang hal yang Anda butuhkan. Namun tetap dalam keadaan tenang dan tidak meledak-ledak. [2]

  • Merubah Gaya Hidup

Pada orang yang sering marah, dokter kemungkinan akan memberi saran untuk merubah gaya hidup. Dengan memilih gaya hidup yang lebih sehat yang terhindar dari stres. Seperti dengan rajin latihan pernapasan. [5]

  • Rajin Berkonsultasi dengan Psikolog atau Psikiatris

Apabila marah yang sering terjadi pada Anda bagian dari gejala gangguan kesehatan mental, maka jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog dan psikiatris untuk mengdapat perawatan yang tepat. [5]

Cara Mencegahnya

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah munculnya rasa marah: [5]

  • Berolahraga dengan rutin. Olahraga akan membantu memperbaiki suasana hati dan tubuh dapat melepas hormon endorfin.
  • Tidu yang cukup. Dengan tidur 7-8 jam akan meningkatkan mood dan memperbaiki perasaan Anda.
  • Mencari teman bercerita. Berbicara dan bercerita kepada anggota keluarga atau teman dapat membantu mereka lebih memahami Anda. Serta membuat perasaan lega.
  • Melakukan hal yang menyenangkan. Luangkan waktu untuk melakukan kegiatan yang disukai. Agar mood menjadi senang. Seperti menonton film, piknik, membaca buku dll.

1. Anonim. Anger. Psychologytoday; 2020.
2. Erica Cirino & Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. Why am I so angry?. Healthline; 2019.
3. Fava M & Rosenbaum JF. Anger attacks in depression. Depress Anxiety Vol. 1 Hal. 59-63; 1998.
4. Anonim. Intermittent explosive disorder. Mayoclinic; 2020.
5. Jerisha P. Gordon &Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. Is anger a symptom of depression?. Healthline; 2017.
6. Rose Kivi & Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. Borderline personality disorder. Healthline; 2017.
7. Wendy Leonard, MPH & Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. What do you want to know about Dementia?. Healthline; 2018.
8. Anonim. Is My Medical Condition Making Me Angry?. Webmd; 2020.

Share