Penyakit & Kelainan

Sering Menguap Padahal Cukup Tidur : Penyebab dan Cara Mengatasi

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Beberapa mungkin merasa sudah cukup tidur dan bahkan tidur selalu nyenyak, tapi anehnya masih sering menguap.

Jika normalnya cukup tidur dapat mengurangi rasa kantuk dan ingin menguap karena tubuh lebih segar, berikut ini kemungkinan penyebab sering menguap padahal sudah cukup istirahat.

1. Sleep Apnea

Sudah merasa tidur cukup tapi masih sering menguap, mungkin ada beberapa kondisi yang tidak disadari, seperti salah satunya sleep apnea [1,2].

Ingat-ingat dan perhatikan kembali apakah saat sedang tidur pernah atau cukup sering mengalami henti nafas [1,2].

Sempat terbangun tengah malam karena butuh bernafas bisa jadi menjadi alasan mengapa keesokan hari tubuh seperti kurang istirahat dan menguap terus-menerus [1,2].

Jika henti nafas terjadi berulang kali dan terjaga dengan kondisi nafas tersengal maupun batuk-batuk, hal ini dapat menjadi tanda sleep apnea walaupun kemudian bisa tidur kembali [1,2].

Namun umumnya, saat terjaga penderita sleep apnea akan merasa mulut kering, sakit kepala, dan esok hari menjadi cepat lelah dan mengantuk ketika beraktivitas [1,2].

2. Kualitas Tidur Tidak Baik

Cukup tidur tidak selalu berarti tidur selalu memiliki kualitas yang baik. Jika merasa sudah tidur cukup atau justru sering tidur tapi masih tetap saja menguap, ini merupakan tanda bahwa tubuh sedang merasa lelah [3,4].

Tidur cukup tapi tidak rutin berpotensi membuat kualitas tidur buruk [4].

Tidur cukup 7-9 jam setiap hari namun sempat atau berulang kali merasa tidur terganggu pun mampu menurunkan kualitas tidur [4].

Salah dua faktor yang mampu memperburuk kualitas tidur adalah dengan mengonsumsi alkohol setiap akan beranjak tidur dan bermain gadget (terutama smartphone) [3,5].

Efek minuman beralkohol dapat membuat tubuh lebih mudah lemas dan lelah esok harinya dan hal ini dapat diikuti dengan gejala berupa menguap terus-menerus [5].

3. Multiple Sclerosis

Cukup tidur tapi sering menguap juga dapat menjadi tanda adanya penyakit yang lebih serius, seperti multiple sclerosis misalnya [6].

Multiple sclerosis adalah kondisi ketika saraf otak mengalami gangguan, begitu pula saraf tulang belakang dan mata. Hal ini berakibat pada gerakan tubuh dan penglihatan yang terganggu [7].

Gejala umum dari multiple sclerosis meliputi rasa lemas, pusing, sering kesemutan, nyeri di beberapa area tubuh, kesulitan bicara, hingga gangguan organ seksual maupun organ pencernaan [7].

Untuk memastikan apakah rasa kelelahan, mengantuk dan sering menguap berkaitan dengan penyakit ini, segera periksakan diri ke dokter [6,7].

4. Penyakit Parkinson

Sering menguap padahal cukup tidur juga dapat menjadi tanda adanya penyakit saraf lain seperti penyakit Parkinson [8].

Penyakit Parkinson merupakan jenis penyakit progresif kronis yang menyerang otak [9].

Bagian otak yang berfungsi sebagai pengendali gerakan tubuh adalah yang paling terpengaruh pada penyakit Parkinson [9].

Gejala utama pada penyakit Parkinson meliputi tremor, kekakuan pada otot, serta melambatnya gerakan tubuh [9].

Namun selain keterbatasan pada gerakan tubuh yang berpotensi terus memburuk, frekuensi menguap juga dapat mengalami peningkatan [9].

Sering menguap biasanya berkaitan dengan adanya bagian otak yang mengalami gangguan atau kerusakan [9].

5. Lou Gehric / ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis)

Gangguan saraf lainnya yang mampu menjadi salah satu penyebab sering menguap padahal tidur cukup adalah ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) atau yang juga disebut dengan istilah Lou Gehric [10,11].

ALS sendiri merupakan penyakit progresif yang diawali dengan keluhan kelemahan otot, kedutan, dan bicara yang terganggu hingga berakibat pada kelumpuhan [11].

Penyakit ini mampu menyebabkan kerusakan sel saraf maupun otot sehingga kemudian berpengaruh negatif pada kemampuan bernafas, berbicara, mengunyah dan menelan penderitanya [11].

Selain kekakuan dan kram otot, kelemahan lengan maupun tungkai, kehilangan keseimbangan saat berjalan, dan kesulitan menelan, frekuensi menguap pun dapat mengalami peningkatan [11].

Pada beberapa penderita ALS, menguap berlebihan tidak ada kaitannya dengan tubuh lelah atau tidak dan tidur cukup atau tidak [11,12].

Menguap pada penderita ALS merupakan refleks saraf yang menandakan bahwa area rahang mulai tidak berfungsi dengan baik [12].

Dislokasi rahang dan rasa nyeri pada rahang kerap menyertai sebagai gejala [12].

6. Kebosanan

Menguap terus tapi merasa tidur sudah 8 jam sehari dapat disebabkan oleh rasa bosan [13].

Sederhana namun juga cukup membuat tidak nyaman [13].

Rasa bosan bisa saja melanda ketika harus mengerjakan banyak hal dalam satu waktu dan hal tersebut terasa monoton [13].

Sebagai reaksi tubuh agar tetap bisa mengerjakan kegiatannya dengan baik dan dalam kondisi terjaga, maka seseorang akan lebih mudah menguap [13].

7. Perilaku Menular

Sering menguap juga bisa disebabkan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita [13].

Tidak mengantuk, tidak lelah, dan cukup tidur namun menguap terus-menerus bisa jadi karena orang-orang di dekat kita sering menguap [13].

Perilaku menguap sudah tidak asing lagi dapat menular ke siapa saja, terutama lebih mudah menular ke orang-orang dengan tingkat empati tinggi [13].

Cara Mengatasi Sering Menguap Padahal Cukup Tidur

Untuk mengatasi menguap yang terlalu sering terlepas dari kuantitas dan kualitas tidur yang baik, perlu dicari tahu lebih dulu apa faktor yang menyebabkannya [2,3,4,5,7,9,11,12].

  • Pada kondisi sleep apnea, penanganan utama meliputi perubahan gaya hidup dan operasi. Operasi akan direkomendasikan oleh dokter sesuai dengan penyebab sleep apnea dan pasien dapat menempuhnya hanya ketika perubahan gaya hidup tidak terlalu efektif.
  • Pada kondisi multiple sclerosis, penanganan utama meliputi pemberian obat-obatan pereda peradangan dan pelemas otot. Namun jika diperlukan, dokter pun akan merekomendasikan plasmapheresis (penggantian plasma darah) serta prosedur fisioterapi (terapi okupasi dan terapi fisik untuk memperkuat kondisi fisik pasien.
  • Pada kondisi penyakit Parkinson, obat-obatan, prosedur bedah, dan terapi fisik adalah penanganan utama yang dokter akan sesuaikan dengan kebutuhan kondisi pasien dan tingkat keparahan gejala.
  • Pada kondisi ALS, penanganan utama meliputi pemberian obat-obatan untuk mengatasi kekakuan otot, kerusakan saraf dan kesulitan menelan. Selain itu, beberapa terapi (fisik, pernafasan, bicara, dan asupan nutrisi) perlu ditempuh pasien untuk mengembalikan kenormalan fungsi pernafasan maupun otot.
  • Mengatur jadwal tidur dan menerapkannya dengan rutin (7-9 jam) setiap hari agar kualitas tidur terjaga dengan baik.
  • Menghindari kegiatan-kegiatan yang cenderung sering membuat rasa bosan timbul.
  • Mengatasi ketidaknyamanan yang mampu menurunkan kualitas tidur, baik itu kondisi pencahayaan kamar, tingkat kerapian dan kebersihan kamar, tidak bermain ponsel, tidak mengonsumsi alkohol atau hal lainnya.

Apabila kuantitas tidur cukup tapi masih sering menguap dan disertai adanya keluhan lain, jangan ragu untuk segera menemui dokter dan melakukan konsultasi serta pemeriksaan.

1. Tolgahan Catli, Mustafa Acar, Deniz Hanci, Osman Kursat Arikan, & Cemal Cingi. Importance of yawning in the evaluation of excessive daytime sleepiness: a prospective clinical study. European Archives of Otorhinolaryngology; 2015.
2. Jennifer M. Slowik & Jacob F. Collen. Obstructive Sleep Apnea. National Center for Biotechnology Information; 2020.
3. Jiunn-Horng Kang & Shih-Ching Chen. Effects of an irregular bedtime schedule on sleep quality, daytime sleepiness, and fatigue among university students in Taiwan. BMC Public Health; 2009.
4. Simon Amez, Sunčica Vujić, Pieter Soffers, & Stijn Baert. Yawning while scrolling? Examining gender differences in the association between smartphone use and sleep quality. Journal of Sleep Research; 2020.
5. Ian M. Colrain, Christian L. Nicholas, & Fiona C. Baker. Alcohol and the Sleeping Brain. HHS Public Access; 2018.
6. Hülya Uluğut Erkoyun, Yeşim Beckmann, Nazlı Gamze Bülbül, Tülay Kurt İncesu, Nevin Gürgör Kanat & Cumhur Ertekin. Spontaneous yawning in patients with multiple sclerosis: A polygraphic study. Multiple Sclerosis and Related Disorders; 2017.
7. Dawood Tafti; Moavia Ehsan; & Kathryn L. Xixis. Multiple Sclerosis. National Center for Biotechnology Information; 2021.
8. R Sandyk. Yawning and stretching induced by transcranial application of AC pulsed electromagnetic fields in Parkinson's disease. The International Journal of Neuroscience; 1999.
9. Saman Zafar & Sridhara S. Yaddanapudi. Parkinson Disease. National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. D R Williams. The yawning reflex: an upper motor neuron sign in amyotrophic lateral sclerosis. Neurology; 2000.
11. Ryan G. Brotman; Maria C. Moreno-Escobar; Joe Joseph; & Gauri Pawar. Amyotrophic Lateral Sclerosis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
12. Jade Poole & Dr Tamlyn Maree. What are the symptoms of ALS?. MyMed; 2021.
13. Sharat Gupta and Shallu Mittal. Yawning and its physiological significance. International Journal of Applied Basic Medical Research; 2013.

Share