Daftar isi
Sindrom savant diperkirakan mempengaruhi satu dari satu juta orang[1]. Sindrom savant merupakan suatu kondisi langka di mana seseorang dengan disabilitas mental signifikan menunjukkan kemampuan tertentu yang jauh melebihi rata-rata[2].
Sebutan savant digunakan untuk orang-orang yang meskipun memiliki disabilitas fisik atau mental berat, memiliki bakat yang sangat menonjol dan terkadang spektakuler[3].
Sindrom savant pertama kali dideskripsikan secara spesifik oleh Dr.J, Langdon Down pada 1887. Dr. Down menggunakan istilah “idiot savant” yang mendeskripsikan orang dengan kemampuan ingatan luar biasa namun memiliki kekurangan besar dalam penalaran[3].
Istilah tersebut sekarang jarang digunakan karena dinilai tidak pantas dan kurang tepat, kemudian mulai digunakan istilah sindrom savant[3].
Idiot digunakan untuk menggambarkan orang dengan IQ di bawah 25. Sementara hampir semua kasus sindrom savant terjadi pada orang dengan IQ lebih dari 40[1].
Orang dengan sindrom savant memiliki kondisi spektrum autism, sehingga kadang disebut sebagai autistic savant. Autisme dideskripsikan sebagai serangkaian gejala meliputi kesulitan dalam komunikasi sosial, kebiasaan berulang atau rutin yang tidak wajar, ketertarikan yang dangkal dengan tidak wajar, dan sensitivitas tidak biasa pada rangsangan sensorik[4].
Autisme termasuk kondisi yang cukup jarang yang disebabkan oleh disabilitas perkembangan kompleks yang umumnya muncul selama tiga tahun pertama kehidupan. [3]
Autisme adalah suatu kelainan neurologis yang mempengaruhi fungsi perkembangan otak, mengakibatkan pada kekurangan yang terkadang signifikan pada kemampuan komunikatif, sosial, dan kognitif[3].
Autisme terjadi pada sekitar 1 dari 500 orang, dan 4 kali lebih umum pada laki-laki dibandingkan wanita[3].
Diperkirakan hinga 10% dari penderita autisme memiliki beberapa bentuk kemampuan savant[1].
Sekitar 50% dari orang dengan sindrom savant memiliki kelainan autism dan 50% lainnya memiliki disabilitas perkembangan, retardasi mental atau cedera atau penyakit sistem saraf pusat lainnya[1].
Sehingga tidak semua orang autis memiliki sindrom savant dan tidak semua sindrom savant mengalami autis[1].
Prevalensi pria dengan sindrom savant lebih banyak dari wanita, dengan rasio 6:1 [1, 3, 4].
Para ahli masih belum mengetahui penyebab pasti dari sindrom savant. Beberapa ahli berpendapat perkembangan sindrom savant berhubungan dengan abnormalitas dan perubahan gen tertentu[5, 6].
Penelitian lain menghubungkan kemampuan savant dengan perubahan yang berhubungan dengan kromosom nomor 15, seperti pada kasus sindrom Prader Willi[5].
Teori lain menghubungkan sindrom savant dengan kelainan perkembangan saraf dan cedera otak[1, 5, 6].
Diduga terjadinya suatu cedera pada otak kiri mengakibatkan dampak tertentu pada otak kanan. Sindrom savant dicirikan dengan berbagai kemampuan khusus yang berhubungan dengan bagian otak sebelah kanan (hemisphere kanan) dan disabilitas yang dialami umumnya berhubungan dengan bagian otak kiri[7].
Beberapa studi menunjukkan adanya abnormalitas atau disfungsi tertentu pada otak kiri dengan kompensasi pada otak kanan, suatu bentuk dari fasilitasi fungsional paradoksikal[1, 7].
Sindrom savant dapat berupa bawaan lahir (kongenital) atau pun diperoleh dalam perkembangan (acquired)[1, 8].
Sindrom savant acquired adalah kondisi yang tidak umum dan kebanyakan dialami laki-laki. Pada kasus ini, cedera pada hemisphere kiri mempengaruhi hemisphere kanan otak. Cedera dapat disebabkan oleh faktor eksternal atau penyakit tertentu[8].
Menurut professor dan ahli saraf Berit Broggard dari Center for Neurodynamics at University of Missouri-St. Louis, sindrom savant acquired merupakan hasil dari otak yang mereabsorpsi neurotransmitter yang mengalami kerusakan sebagian selama cedera. [8]
Hal tersebut menimbulkan penghubungan kembali saraf otak yang memungkinkan munculnya bakat khusus (Savant skill)[8].
Kecenderungan genetik sebagai salah satu penyebab, maka kelainan mental yang diwariskan merupakan faktor risiko utama[5].
Berikut beberapa faktor risiko sindrom savant lainnya[5]:
Orang dengan sindrom savant dicirikan dengan bakat luar biasa mereka dalam satu atau lebih bidang, namun juga memiliki beberapa kondisi perkembangan seperti autism[4].
Bakat luar biasa dari sindrom savant disebut sebagai savant skill. Biasanya ditemukan dalam satu atau lebih dari 5 kategori yaitu: seni, memori, aritmetika, kemampual musikal, dan kemampuan spasial[1].
Orang dengan sindrom savant memililiki rentang bakat (savant skill) tertentu. Biasanya hanya terdapat satu bakat khusus pada seorang dengan sindrom savant[1].
Berikut beberapa kategori savant skills yang dilaporkan[1, 3]:
Sampai saat ini para ahli belum menemukan konsensus mengenai bagaimana savant skill berkembang pada individu dengan autism. Suatu studi menunjukkan bahwa sindrom savant tidak menunjukkan perbedaan pada inteligensi standar dibandingkan dengan individu autis lainnya[4].
Berdasarkan bakat khusus yang dimiliki, sindrom savant dibedakan menjadi:
Contoh prodigious savant yaitu artis Stephen Wiltshire yang mampu menggambar lanskap kota dengan sangat mendetail berdasarkan ingatan. Wiltshire juga memiliki autism[4].
Sindrom savant berhubungan dengan kelainan dan penyakit mental lain, menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi dan sosialisasi yang dapat menghalangi penderitanya untuk normal. [5]
Sindrom savant juga dapat mengganggu pertumbuhan anak, menyebabkan depresi, kesepian, merasa rendah diri, dan berbagai masalah lain[5].
Oleh karena pertumbuhan yang tidak normal anak-anak dengan sindrom savant dapat mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan komunitas. Dalam berbagai studi, ditunjukkan bahwa orang-orang dengan sindrom savant memiliki pemikiran untuk bunuh diri[5].
Diagnosis sindrom savant dilakukan ketika kemampuan anak pada suatu bidang secara tidak wajar jauh lebih tinggi dari yang normalnya dihasilkan dari tingkat IQ-nya atau tingkat fungsi lain pada umumnya[6].
Sindrom savant diidentifikasi melalui pendekatan klinis dan psikologi berdasarkan ciri-ciri yang terpengaruh, baik pada kemungkinan keterlambatan perkembangan dan kemampuan khusus[5].
Sindrom savant bukan suatu kelainan atau penyakit, namun lebih berupa kondisi di mana suatu kemampuan khusus dan ingatan kuat timbul akibat disfungsi otak atau disabilitas lain yang mendasari.[6, 7]
Oleh karena itu perawatan atau pengobatan sindrom savant sama dengan perawatan terhadap kelainan sistem saraf pusat yang mendasari, seperti autism[6, 7].
Pada kasus pasien dengan cedera sistem saraf pusat, perawatan dan usaha rehabilitasi diarahkan untuk mengatasi gejala-gejala lain dari cedera tersebut[7].
Berikut beberapa cara penanganan sindrom savant[5]:
Pasien yang didiagnosis mengalami kelainan mental dapat diresepkan obat tranquilizer utama dan anti parkinson. Pada suatu interval yang tidak teratur, perilaku terganggu muncul, namun insiden tersebut menjadi lebih jarang.
Pasien dapat dianjurkan untuk menghadiri sesi pada pusat sosial rumah sakit secara rutin. Pada pusat sosial, pasien dapat mengikuti program kegiatan sosial, rekreasi, dan hobi.
Selama periode waktu tertentu, pasien dapat menghadiri kelas yang dikhususkan untuk pasien yang cacat mental di rumah sakit.
Pada umumnya, terapi psikologis memfokuskan pada kemampuan motorik kasar, keterampilan motorik halus, kemampuan motorik perseptual, aktivitas sehari-hari, kemampuan personal-sosial dan komunikasi. Selain itu dipertimbangkan pula aspek lain seperti sekuensi perkembangan saraf, eksprolasi vokasi, dan habilitasi.
Kemampuan khusus dan luar biasa dari sindrom savant dapat digunakan sebagai cara untuk engaging meyakinkan pasien untuk meningkatkan kemampuan komunikasi, interaksi sosial, dan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehingga dapat mengarah pada kemandirian pasien[7].
Sekarang ini mulai terdapat kelas dan sekolah yang khusus untuk anak autism dengan kemampuan khusus.
Tujuan dari kelas tersebut adalah untuk melatih bakat murid dan meminimalkan disabilitas yang dialami. Biasanya kelas menggunakan terapi seni murni meliputi seni rupa, musik, tari, drama, dan bercerita[1].
Anak-anak dengan sindrom savant memiliki kemampuan khusus yang dapat dilatih. Peran orang tua untuk mendukung anak dengan sindrom savant agar mampu menyalurkan bakat khususnya menjadi faktor penting dalam penanganan. [7]
Orang tua dan lingkungan yang dapat mengerti, memberi dorongan dan dukungan dapat membantu perkembangan bakat sindrom savant[7].
Sampai saat ini belum diketahui cara pencegahan sindrom Savant[5, 6, 7].
1. Hyltenstam, Kenneth. Advanced Proficiency and Exceptional Ability in Second Languages. Walter de Gruyter GmbH & Co KG; 2016.
2. Darold A. Treffert. The Savant Syndrome: An Extraordinary Condition. A Synopsis: Past, Present, Future. Philosophical Transactions B, The Royal Society Publishing; 2009.
3. Dave Hiles. Savant Syndrome. Wisconsin Medical Society; 2002.
4. James E A Hughes, Jamie Ward, Elin Gruffydd, Simon Baron-Cohen, Paula Smith, Carrie Allison & Julia Simner. Savant Syndrome Has A Distinct Psychological Profile in Autism. Molecular Autism; 2018.
5. Anonim. Savant Syndrome—Definition, Causes, and Treatment. Diseasedic; 2020.
6. Anonim. Savant Syndrome. Encyclopedia of Children’s Health; 2020.
7. Anonim. Savant Syndrome FAQs. Agnesian HealthCare; 2020.
8. Anonim. The Acquired Savant. Brain Injury Law Center; 2020.
9. Saloviita T, Ruusila L, Ruusila U. Incidence of Savant Syndrome in Finland. Perceptual and Motor Skills; 2000.