Daftar isi
Sintrong merupakah salah satu jenis tanaman yang tergolong dalam family Asteraceae dan dikenal dengan nama ilmiah yaitu Crassocephalum crepidioides [1].
Tanaman ini disinyalir sebagai tanaman asli yang asalnya dari daerah Afrika tropis, dan menyebar ke berbagai daerah lain seperti Madagaskar, Hindia, India, Asia Tenggara, bahkan Jepang [1].
Awalnya, tanaman ini dikenal sebagai gulma yang menyebar di daerah Semenanjung Malaysia sekitar tahun 2009 [1].
Sejauh ini, tanaman ini telah ditemukan tumbuh di berbagai daerah tropis maupun sub tropis [1, 2].
Oleh karena itu, tanaman ini memiliki banyak sebutan, diantaranya Sintrong (Indonesia), Fireweed (Internasional), Phak Pet Maeo (Thailand) dan Benibanaborogiku (Jepang) [1].
Berikut ini merupakan beberapa fakta terkait Sintrong yang akan menarik untuk diketahui [1, 3] :
Berikut ini adalah beberapa kandugan gizi dalam 100 gram daun Sintrong yang dikonsumsi [4] :
Kandungan Gizi | Jumlah | Persen Kebutuhan Harian |
Energi | 36 kkal | 1.67 % |
Lemak Total | 0.90 g | 1.34 % |
Vitamin B1 | 0.03 mg | 3 % |
Vitamin B2 | 0.20 mg | 20 % |
Vitamin B3 | 0.90 mg | 6 % |
Vitamin C | 3 mg | 3.33 % |
Karbohidrat Total | 6.10 g | 1.88 % |
Protein | 2.60 g | 4.33 % |
Serat Pangan | 1.7 g | 5.67 % |
Kalsium | 398 mg | 36.18 % |
Fosfor | 95 mg | 13.57 % |
Natrium | 64 mg | 4.27 % |
Tembaga | 100 mcg | 12.50 % |
Kalium | 444.40 mg | 9.46 % |
Besi | 9.30 mg | 42.27 % |
Seng | 0.40 mg | 3.08 % |
B-Karoten | 10178 mcg | – |
Selain itu, batang dan daun Sintrong juga mengandung beberapa kelompok senyawa fitokimia yang sangat bermanfaat untuk kesehatan [5].
Adapun berikut ini merupakan daftar kelompok senyawa fitokimia yang terkandung dalam batang dan daun Sintrong [5]:
Ekstrak | Kelompok Senyawa Teridentifikasi |
Air | Flavonoid |
Metanol dan Air | Fenol |
Aseton, Metanol dan Air | Oksalat |
Metanol dan Air | Tannin |
Aseton, Metanol dan Air | Saponin |
Aseton, Kloroform, Etil asetat, Metanol dan Air | Phytate |
Aseton, Kloroform, Metanol dan Air | Asam Askorbat |
Berdasarkan kandungan gizi tersebut, kandungan gizi utama dalam Sintrong yaitu kelompok senyawa fitokimia flavonoid karena telah banyak terbukti ampuh dalam memodifikasi reaksi tubuh terhadap alergen, virus bahkan karsinogen [5].
Kandungan kelompok senyawa flavonoid dan fenolik dalam batang dan daun Sintrong diketahui mampu meningkatkan penghambatan enzim α-amilase secara signifikan [2].
Mengingat, senyawa polifenol memiliki karakteristik dapat mengikat protein sehingga hidrolisis karbohidrat oleh enzim α-amilase dapat dihambat [2].
Ketika enzim hidrolisis karbohidrat oleh enzim dihambat maka produksi monosakarida sederhana yang mengakibatkan tingginya glukosa darah akan menurun [2].
Oleh karena itu, hiperglikemia bagi pasein diabetes, khususnya diabates tipe II akan dapat dikontrol [2].
Daun dan batang dari Sintrong diketahui mengandung kelompok senyawa flavonoid yang mampu memodifikasi kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap alergen (alergi), virus dan bahkan karsinogen (penyebab kanker) [5].
Selain itu, aktivitas anti virus juga ditunjukkan oleh kandungan senyawa tannin dalam daun dan batang Sintrong [5].
Kelompok senyawa flavonoid hasil ekstrak dari daun dan batang Sintrong juga memiliki manfaat untuk melindungi liver (organ hati) dari cedera dengan menstabilkan membran [5].
Selain itu, senyawa flavonoid ini juga bermanfaat sebagai detoksifikasi (proses pengeluaran racun) dan anti oksidan (zat yang melawan radikal bebas) [5].
Ekstrak air dari Sintrong menunjukkan aktivitas penangkapan DPPH (senyawa radikal yang bereaksi dengan senyawa lain) yang kuat [6].
Artinya, banyak senyawa radikal DPPH yang berpasangan dengan penangkap radikal bebas (anti oksidan).
Dengan demikian, kandungan Sintrong dapat menunjukkan aktivitas anti oksidan yang potensial.
Ekstrak daun dan batang Sintrong menunjukkan adanya kandungan kelompok senyawa tannin yang memiliki aktivitas anti tumor yang potensial [5].
Anti tumor dalam ekstrak Sintrong diketahui tidak bekerja sendiri, melainkan berkerja sama dengan nitrat penghambatan pertumbuhan sel tumor dapat terjadi [7].
Kandungan anti tumor Sintrong menjadi penyebab regresi murine tumor dan efek ini dimediasi oleh makrofag yang dimediasi melalui produksi nitrat [7].
Meskipun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek kandungan anti tumor dalam Sintrong kepada pertumbuhan sel kanker [7].
Anemia (kekurangan sel darah merah) merupakan penyakit yang erat kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus [8].
Kandungan dalam Sintrong diketahui memiliki aktivitas anti anemia khususnya pada penderita diabetes mellitus [8].
Kolesterol merupakan penyakit yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang sangat berbahaya jika sampai mengganggu aliran darah ke jantung.
Untuk itu, kolesterol tidak dapat dipandang remeh, mengingat kolesterol juga erat kaitannya dengan risiko terjadinya jantung koroner.
Kelompok senyawa saponin yang terkandung dalam ekstrak daun dan batang Sintrong merupakan salah satu senyawa bermanfaat bagi penderita kolesterol [5].
Mengingat, senyawa saponin dapat berguna dalam hiperkolesterolemia (kondisi kadar kolesterol dalam darah sangat tinggi) [5].
Kanker usus besar (kanker kolon) dapat dicegah dengan mengurangi atau menurunkan stres oksidatif dalam saluran usus [5].
Penurunan stres oksidatif ini diketahui dapat terjadi akibat adanya ikatan yang terbentuk antara senyawa phytate dengan beberapa mineral (kalsium, magnesium, besi dan zink) yang terkandung dalam daun dan batang Sintrong [5].
Oleh karena itu, Sintrong dapat menjadi agen pencegah terjadinya kanker kolon yang potensial [5].
Artritis merupakan penyakit radang sendi yang dapat dicegah dengan adanya aktivitas antioksidan dari kandungan senyawa asam askorbik dalam daun dan batang Sintrong [5].
Daun dan batang Sintrong diketahui mengandung senyawa steroid saponin [5].
Senyawa steroid saponin ini dapat digunakan sebagai kontrasepsi (pencegah kehamilan) dan juga prekursor dari hormon seks [5].
Kandungan kelompok senyawa fenol dalam daun dan batang Sintrong umumnya sangat bermnafaat digunakan sebagai desinfektan yang ampuh [5].
Mengingat, kelompok senyawa fenol tersebut menunjukkan aktivitas anti mikroba yang efektif melawan bakteri [5].
Bakteri Klebsiella Pneumoniae diketahui paling rentan terhadap kandungan ekstrak air panas dari Sintrong [9].
Sedangkan bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri yang paling menunjukkan resistensi terhadap kandungan ekstrak air panas Sintrong [9].
Efek anti inflamasi (peradangan) yang efektif ditunjukkan oleh kandungan senyawa saponin dalam daun dan batang Sintrong [5].
Selain itu, senyawa saponin ini juga dapat digunakan untuk menurunkan berat badan [5].
Berikut ini beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi Sintrong maupun kandungan didalamnya [3, 10] :
Sejauh ini, belum ditemukan lagi efek samping Sintrong selama mengonsumsinya masih dalam dosis yang dianjurkan.
Sebelum menyimpan Sintrong, sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air hingga bersih dari kotoran dan bakteri [11].
Setelah dicuci jangan lupa untuk dikeringkan. Berikut ini merupakan tiga alternatif tips penyimpanan Sintrong tanpa menggunakan plastik yang dapat dicoba [11]:
Tanaman Sintrong, umumnya yang dapat dikonsumsi adalah bagian batang dan daunnya [3].
Namun, ada juga yang mengonsumsi bagian umbinya, sebagaimana dilakukan di daerah Thailand [3].
Berikut ini merupakan beberapa alternatif untuk mengonsumsi Sintrong sebagaimana telah dilakukan di berbagai negara [3, 12] :
Di Afrika, daun dan batang Sintrong yang berlendir dan berdaging umumnya dimakan sebagai sayuran atau bisa disebut sebagai lalapan kalau di Indonesia.
Di Nigeria, daun Sintrong dikonsumsi dengan diolah menjadi sup ataupun semur.
Pertama daun Sintrong yang telah dibersihkan direbus dengan air secukupnya.
Kemudian ditambahkan dengan lada, bawang, tomat, melon, dan ikan atau daging.
Di Sierra Leone, daun Sintrong umumnya diolah menjadi saus pasta dengan cara ditumbuk.
Di Thailand, umbi dari tanaman Sintrong dijadikan makanan yang dimakan dengan saus sambal.
Di Australia, daun Sintrong umumnya dikonsumsi sebagai salad, baik setelah dimasak maupun dalam masih keadaan mentah.
Apakah konsumsi Sintrong dapat merusak ginjal ?
Sejauh ini ekstrak aquos Sintrong pada dosis yang disarankan tidak menimbulkan efek negatif pada ginjal, hati dan testis [10].
Meskipun demikian, ditemukan kemungkinan adanya efek nefrotoksik yang dapat berkibat negatif pada ginjal [10].
Untuk itu, penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengisolasi komponen tertentu dari Sintrong yang kemungkinan dapat bersifat toksik pada ginjal [10].
Kenapa konsumsi Sintrong secara berlebihan dapat berbahaya bagi tubuh?
Sintrong merupakan tanaman yang dapat mengakumulasi kadmium pada lingkungan tercemar [3].
Artinya, Sintrong dapat menyerap kadmium dari lingkungan tercemar sehingga kadmium terkumpul dalam kandungan Sintrong.
Ketika, Sintrong yang mengandung kadmium berlebih ini dikonsumsi secara berlebihan juga, maka kadmium tersebut akan berlebih dalam tubuh yang mengonsumsinya.
Tingginya kandungan kadmium, yang notabennya adalah logam berat inilah yang berbahaya bagi tubuh.
1. Anonim. Crassocephalum crepidioides (redflower ragleaf). Datasheet CABI; 2020.
2. Entaz Bahar, Kazi-Marjahan Akter, Geum-Hwa Lee, Hwa-Young Lee, Harun-Or Rashid, Min-Kyung Choi, Kashi Raj Bhattarai, Mir Mohammad Monir Hossain, Joushan Ara, Kishor Mazumder, Obayed Raihan, Han-Jung Chae, & Hyonok Yoon. β-Cell protection and antidiabetic activities of Crassocephalum crepidioides (Asteraceae) Benth. S. Moore extract against alloxan-induced oxidative stress via regulation of apoptosis and reactive oxygen species (ROS). BMC Complementary Medicine and Therapies; 2017.
3. Anonim. Borbotak, Crassocephalum crepidioides Linn. Red Flower Ragleaf, Ye tong hao. Struartxchange; 2020.
4. Anonim. Daun Sintrong, Segar. Nilai Gizi; 2020.
5. Jacob Olalekan Arawande, Eniayo Ayodeji Komolafe & Bamidele Imokhuede. Nutritional and phytochemical compositions of fireweed (Crassocephalum crepidioides). Journal of Agriculture Technology; 2013.
6. Aniya, Y., Koyama, T., Miyagi, C., Miyahira, M., Inomata, C., Kinoshita, S., & Ichiba, T. Free Radical Scavenging and Hepatoprotective Actions of the Medicinal Herb, Crassocephalum crepidioides from the Okinawa Islands. Biological & Pharmaceutical Bulletin; 2005.
7. Koh Tomimori, Shinji Nakama, Ryuichiro Kimura, Kazumi Tamaki, Chie Ishikawa, & Naoki Mori. Antitumor activity and macrophage nitric oxide producing action of medicinal herb, Crassocephalum crepidioides. BMC Complementary Medicine and Therapies; 2012.
8. Opeyemi O. Ayodele, Funmilayo D. Onajobi, & Omolaja R. Osoniyi. Modulation of Blood Coagulation and Hematological Parameters by Crassocephalum crepidioides Leaf Methanol Extract and Fractions in STZ-Induced Diabetes in the Rat. Scientific Wolrd Journal; 2020.
9. M.A. Omotayo, O. Avungbeto, O. O. Sokefun and O. O. Eleyowo. Antibacterial Activity Of Crassocephalum Crepidioides (Fireweed) And Chromolaena Odorata (Siam Weed) Hot Aqueous Leaf Extract. Internaational Journal of Pharmacy and Biological Sciences; 2015.
10. Musa A A, Adekomi D A, Tijani A A, and Muhammed O A. Some of the Effect of Crassocephalum crepidioides on the Frontal cortex, Kidney, Liver and Testis of Adult Male Sprague Dawley Rats: Microanatomical Study. European Journal of Experimental Biology; 2011.
11. Anonim. Crassocephalum crepidioides - (Benth.) S.Moore. Plant For A Future; 2020.
12. Katherine Oakes Englishman. How To Store Your Veggies & Keep Leafy Greens Fresh {Without Plastic!}. The Good Trade; 2020.