Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Adanya darah pada cairan semen tentu dapat menimbulkan kekhawatiran. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai macam, antara lain infeksi, peradangan pada saluran reproduksi, cedera atau akibat prosedur
Apa anda pernah mendengar istilah sperma berdarah? Kondisi ini memang jarang sekali kita dengar, namun sangat mungkin terjadi pada pria terutama dalam rentang usia di bawah 40 tahun [2].
Kondisi ini juga disebut dengan hematospermia atau hemospermia dimana terdapat sejumlah darah yang ada di dalam sperma atau cairan mani pria [2]. Kondisi ini cukup sering terjadi, relatif mengganggu dan juga menakutkan bagi sebagian besar pria [1].
Daftar isi
Sperma berdarah lebih sering bersifat tidak bergejala, namun pada beberapa kasus diketahui terdapat gejala yang mengiringi. Untuk mengetahui lebih lanjut, anda dapat mengenali beberapa gejala sperma berdarah berikut ini [2, 3, 4]:
Hal yang perlu diperhatikan ketika mengalami kondisi hematospermia tersebut adalah kondisi ini cenderung tidak bergejala, tidak ganas, dan bersifat sementara.
Namun anda perlu khawatir jika gejala tersebut cenderung persisten, diikuti dengan penurunan berat badan, anoreksia, dan juga tulang yang terasa sakit yang mungkin dipicu oleh kanker prostat [4].
Lalu apa saja yang dapat menjadi pemicu kondisi sperma berdarah [1, 2, 3]:
Sebagian besar pasien yang mengalami kondisi sperma berdarah akan segera menemui dokter begitu kondisi tersebut muncul. Hal ini disebabkan karena sperma berdarah menyebabkan banyak pasien mengalami gangguan kecemasan [1].
Jauh lebih aman untuk segera menghubungi tenaga medis begitu anda mengalami gejala awal dari sperma berdarah, terlebih jika darah sudah keluar bersama air mani dan cukup persisten. Meskipun relatif bukan kondisi yang serius di banyak kasus, namun beberapa diagnostik dan pengecekan riwayat kesehatan diperlukan untuk melihat penyebab kondisi tersebut [1, 5].
Untuk mendapatkan diagnosis sperma berdarah ada beberapa diagnosis yang dapat dilakukan, antara lain:
Langkah pertama saat melakukan diagnosis sperma berdarah adalah dengan melakukan pengecekan riwayat medis atau kesehatan sebelumnya.
Tujuan utamanya adalah untuk membedakan apakah darah yang terdapat pada air mani merupakan darah pasangan seksual atau darah yang berasal dari pasien sendiri [2]. Dalam tahapan ini dapat dilakukan tes kondom yang dapat digunakan untuk meminta pasien mengumpulkan air maninya dan diselidiki apakah memang berdarah atau tidak [1].
Kondisi klinis atau fisik pasien harus diperiksa untuk memastikan beberapa hal termasuk, temperatur tubuh, tekanan darah, palpasi abdomen untuk massa pelvis dan juga pemeriksaan genitalia ekterna. Pemeriksaan secara cermat dilakukan untuk menemukan lesi yang berdarah, ruam, atau bagian tubuh yang melepuh untuk mengidentifikasi perilaku seksual [1].
Tekanan darah tinggi atau demam juga merupakan salah satu penyebab sistemik atau adanya infeksi yang memicu sperma berdarah. Pemeriksaan lengkap dilakukan termasuk colok dubur pada prostat dan vesikula seminalis [2].
Untuk memperjelas diagnosis serangkaian prosedur tes laboratorium juga perlu diambil oleh pasien. Termasuk tes jumlah sel darah, profil koagulasi serum, analisis kultur semen, swab kultur uretal dan antigen khusus untuk prostat terutama pada pasien pria berusia 40 tahun ke atas [1].
Transrectal sonography (TRUS) biasanya digunakan untuk menyelidiki apakah struktur penderita yang menjadi penyebab sperma berdara. Cara ini tergolong aman, murah, cukup efektif dan juga tidak terlalu invasif, sehingga pasien tidak merasa cemas [2].
Pada beberapa kasus tertentu compoted tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) merupakan cara efektif untuk mengidentifikasi beberapa hal. Termasuk adanya kista atau kalsifikasi adneksa pria serta membedakan pendarahan lama dan baru. MRI juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kanker prostat [2].
Sitoskopi digunakan untuk menemukan lokasi pendarahan dengan tepat, dengan cara ini gangguan uretra seperti struktur, anomali polip atau batu, kista prostat atau anomali vaskular dapat terdetik dan diobati [2].
Pengobatan pada hematospermia atau sperma berdarah sangat bergantung pada penyebab yang memicu kondisi tersebut [1]. Selain itu jangka waktu atau durasi terjadinya hematospermia, usia pasien, dan juga gejala yang mengikuti juga perlu dipertimbangkan [2].
Namun berikut beberapa langkah pengobatan yang dapat ditempuh:
Pada umumnya kondisi sperma berdarah bukanlah merupakan penyakit serius, namun pada kasus yang spesifik mungkin dipicu karena beberapa hal. Oleh karena itu anda dapat melakukan beberapa langkah berikut untuk mencegah kondisi sperma berdarah, antara lain [1, 4]:
1. Hideki Fuse, Akira Komiya, Tetsuo Nozaki, and Akihiko Watanabe. Hematospermia: etiology, diagnosis, and treatment. National Center for Biotechnology Information; 2011.
2. Michael J. Mathers, PD Dr., Stefan Degener, Dr., Herbert Sperling, Prof., and Stephan Roth, Prof. Hematospermia—a Symptom With Many Possible Causes. Volume 114 (11). National Center for Biotechnology Information - Dtsch Arztebl Int.; 2017.
3. Melissa Conrad Stöppler, MD & William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR. Blood in Semen (Hematospermia). Medicine Net; 2019.
4. Maria Amasanti, Cleo Huang, and Ben Lovell. Hematospermia as a manifestation of severe hypertension in a young man. Volume 5 (4). National Center for Biotechnology Information - Clin. Case. Rep.; 2017.
5. Anonim. Blood in the Semen (hematospermia). Cleveland Clinic; 2021.