Spesialis patologi klinis dan kedokteran laboratorium. Kepala instalasi laboratorium RS. Swasta di Karawang.
Scientific review by: Tim Riset IDNmedis
Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK Definisi transplantasi sendiri secara umum adalah mengganti organ yang sakit dengan organ yang sehat dengan sifat organ yang sama. Salah satu bentuk transplantasi yang paling sering dilakukan adalah transfusi
Ada beberapa jenis tindakan operasi yang mungkin dilakukan pada penderita penyakit jantung. Yang paling umum dan sering adalah operasi bypass jantung dan pemasangan ring yang juga dikenal dengan istilah angioplasty.
Pembedahan yang jauh lebih besar dari dua tindakan diatas adalah transplantasi jantung atau cangkok jantung, yaitu mengganti jantung pasien yang rusak dengan yang baru dari donor.
Seseorang bisa membutuhkan transplantasi jantung karena beberapa alasan. Yang paling umum adalah karena satu atau kedua ventrikel jantung yang bertugas memompa darah tidak berfungsi hingga akhirnya terjadilah kondisi gagal jantung yang parah.
Tidak berfungsinya ventrikel ini bisa terjadi pada beberapa jenis penyakit jantung bawaan, tapi lebih banyak dialami oleh mereka yang lahir dengan salah satu ventrikel jantung tidak bekerja, atau kebocoran jantung yang mengarah pada gagal jantung yang tidak bisa diperbaiki.
Pada kondisi yang disebutkan di atas, satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa atau memperpanjang masa hidup penderita adalah dengan mengganti jantungnya yang “rusak” dengan jantung baru yang sehat.
Untuk orang dengan kegagalan jantung stadium akhir, transplantasi jantung bisa memperpanjang masa hidup hingga 10 tahun setelah operasi. Hampir 85% orang bisa melalui tahun pertama setelah transplantasi dengan baik serta menunjukkan peningkatan kualitas hidup yang signifikan.
Siapa yang Bisa Mendapatkan Transplantasi Jantung?
Seperti yang disebutkan di atas, penderita penyakit jantung bawaan (PJB) adalah paling umum menjalani operasi tranplantasi jantung. Meskipun demikian, tidak semua orang dengan PJB memenuhi syarat untuk diganti jantungnya.
Mengingat jumlah jantung yang didonorkan sangat terbatas, penderita penyakit jantung yang dianggap perlu melakukan transplantasi harus melewati serangkaian tes yang panjang dan ketat untuk memastikan ia layak dan cocok untuk mendapatkan jantung yang baru serta mampu melewati prosedur pembedahan.
Siapa yang Tidak Bisa Mendapatkan Transplantasi Jantung?
Ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan seseorang gagal mendapatkan transplan jantung, diantaranya:
Risiko kematian akibat menjalani operasi lebih tinggi.
Rendahnya kemungkinan untuk pulih setelah operasi.
Ketidakmampuan untuk menjalani serangkaian pengobatan atau proses rehabilitasi setelah operasi.
Sumber Pendonor Jantung
Pendonor untuk tranplantasi jantung adalah orang-orang yang baru saja meninggal atau yang otaknya sudah mati, yang artinya; meskipun tubuhnya dijaga agar tetap “hidup” oleh mesin, tapi otaknya tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
Seringkali, para donor ini meninggal akibat kecelakaan lalu lintas, cedera kepala yang parah, atau luka tembak.
Tetapi, tentu saja ada juga badan resmi untuk donor jantung. Disini, orang-orang yang mau menjadi donor sudah memberikan persetujuan secara sadar untuk menyumbangkan jantung mereka.
Keluarga donor juga harus memberikan persetujuan untuk melepaskan jantung tersebut pada saat donor meninggal. Jantung yang didonorkan harus diperiksa lebih dulu untuk menentukan layak tidaknya untuk diberikan pada yang membutuhkan.
Tes yang harus dilalui pendonor jantung termasuk pemeriksaan penyakit menular seperti HIV, hepatitis B dan C, juga kanker. Selain itu, jantung harus berfungsi dengan baik – yang artinya tidak ada kebocoran, dan semua katup dan biliknya bekerja dengan normal.
Syarat Kelayakan Transplantasi Jantung
Syarat-syarat umum untuk kelayakan transplantasi jantung adalah:
Pasien harus berusia dibawah 69 tahun.
Pasien harus memiliki diagnosa penyakit jantung stadium akhir, seperti cardiomyopathy tahap lanjut, gagal jantung yang parah, atau hipertensi pulmonal – yaitu tekanan darah tinggi yang mempengaruhi pembuluh darah sisi kanan jantung menuju paru-paru.
Pasien harus memiliki prognosis yang menunjukkan risiko kematian dalam jangka waktu satu tahun jika transplantasi tidak dilakukan.
Pasien tidak sedang terinfeksi apapun, tidak didagnosa memiliki kanker, kerusakan organ selain jantung, atau penyakit pembuluh darah yang mengganggu sirkulasi ke otak atau kaki – yang bisa menurunkan angka keselamatan jangka panjang.
Pasien harus stabil secara psikologis, harus memahami risiko dan persyaratan yang berhubungan dengan proses tranplantasi jantung, dan harus secara aktif berkomitmen untuk mau menjalankan rehabilitasi pasca operasi.
Pasien tidak boleh obesitas.
Pasien harus berhenti merokok atau mengonsumsi alkohol setidaknya tiga bulan sebelum tes kelayakan transplantasi.
Pasien harus memiliki dukungan finansial dan sosial yang memadai untuk menjalani pengobatan dan perawatan pasca transplantasi.
Kebanyakan kandidat penerima transplan jantung adalah pasien yang sudah beberapa tahun mengalami gagal jantung kronis.
Namun, hanya yang kemudian kondisinya menjadi akut yang bisa dipilih untuk mendapatkan transplantasi. Karena hanya tindakan tersebut yang bisa memperpanjang masa hidup pasien.
Tes Pemeriksaan Kelayakan Transplantasi Jantung
Tidak semua orang bisa menjadi kandidat penerima transplan jantung. Syarat-syarat umumnya seperti yang sudah disebutkan di atas, dan untuk menentukan apakan pasien memenuhi persyaratan tersebut, ia harus melalui beberapa tes berikut:
Evaluasi sosial dan psikologis, termasuk tes stress, kondisi finansial, dan dukungan dari keluarga atau orang terdekat. Faktor-faktor ini bisa sangat mempengaruhi proses pemulihan setelah operasi nantinya.
Tes darah. Pasien harus melakukan tes ini untuk mendapatkan donor yang cocok dan bisa memperbesar kemungkinan tubuh menerima jantung yang baru.
Tes diagnostik. Pemeriksaannya termasuk X-ray, ultrasound, CT scan, tes fungsi pulmonal, dan pemeriksaan gigi. Untuk pasien wanita akan dilakukan tes pap smear, evaluasi oleh dokter kelamin, dan mammogram.
Persiapan lainnya termasuk vaksinasi untuk menekan kemungkinan terkena infeksi yang bisa mempengaruhi jantung yang dicangkok.
Tim dokter yang akan bertanggung jawab atas operasi transplantasi harus mempertimbangkan semua hasil dari interview, sejarah kesehatan, dan hasil pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik pasien untuk menentukan apakah ia memenuhi syarat untuk menerima cangkok jantung.
Jika pasien dinyatakan layak dan diterima sebagai kandidat transplan jantung, maka namanya akan masuk ke dalam daftar penerima.
Begitu ada jantung yang siap untuk dicangkokkan, kandidat akan dipilih berdasarkan tingkat keparahan kondisinya, kecocokan ukuran tubuh, dan golongan darah.
Jika sudah terpilih, maka pasien penerima transplan jantung harus segera ke rumah sakit untuk menjalani operasi karena jantung harus dicangkokkan tidak lebih dari 4 jam setelah dikeluarkan dari tubuh donor.
Prosedur Transplantasi Jantung
Ketika pasien sudah dinyatakan cocok dan siap untuk menjalani operasi, maka prosedur akan segera berlangsung dalam beberapa tahap
Persiapan Pra Operasi
Tim medis akan menjelaskan bagaimana prosedur akan dilaksanakan dan pasien boleh mengajukan pertanyaan
Pasien akan diminta untuk menandatangani surat persetujuan yang menyatakan bahwa ia mengizinkan operasi tranplantasi jantung dilakukan. Surat dan formulir ini harus dibaca dengan teliti dan harus ditanyakan jika ada poin yang dianggap tidak jelas.
Pasien tidak boleh makan atau minum apapun (puasa) begitu mendapat kabar ada jantung yang siap untuk dicangkokkan.
Pasien mungkin akan diberi obat penenang.
Berdasarkan kondisi kesehatan, persiapan bisa berbeda pada tiap pasien.
Saat Operasi Berlangsung
Pembedahan sebesar transplantasi jantung harus dilakukan secara open heart – yang artinya tulang dada akan dibuka agar jantung bisa dioperasi. Langkah-langkah umumnya seperti berikut:
Pasien akan diminta untuk melepas semua perhiasan atau benda apapun yang bisa mengganggu jalannya pembedahan.
Pasien akan diminta untuk memakai baju untk operasi
Perawat akan memasang infus di tangan atau lengan untuk memasukkan obat dan cairan. Kateter juga akan dipasang di pembuluh darah di leher dan pergelangan tangan untuk memonitor keadaan jantung dan tekanan darah serta mengambil sampel darah.
Selang yang lembut dan lentur akan dimasukkan ke kantung kemih untuk mengeluarkan urin.
Selang lain akan dimasukkan melalui mulut atau hidung menuju perut untuk mengeluarkan cairan dari perut.
Jika ada rambut di dada, maka akan dicukur.
Operasi transplantasi jantung akan dilakukan begitu pasien tertidur dibawah pengaruh bius total. Selang pernafasan akan dimasukkan melalui mulut menuju paru-paru, kemudian dipasang ke mesin ventilator yang akan membantu pernafasan selama pembedahan.
Dokter anestesi akan mengawasi detak jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah sepanjang operasi berlangsung.
Kulit di bagian dada akan dibersihkan dengan cairan antiseptik.
Dokter bedah kemudian akan membuat sayatan di tengah dada mulai dari antara tulang selangka hingga ke atas pusar.
Tulang dada atau sternum akan dipotong vertikal, kemudian tulang iga dibuka ke samping agar jantung bisa dibedah.
Selang akan dipasang di dada agar darah bisa dipompa oleh mesin heart-lung selama pembedahan berlangsung – saat jantung dihentikan dan dikeluarkan dari tubuh.
Begitu darah sudah seluruhnya dipompa lewat mesin, dokter akan mengeluarkan jantung pasien yang sakit.
Kemudian jantung donor yang sehat akan dimasukkan dan dijahit pembuluh-pembuluh darahnya agar tersambung dengan tubuh pasien. Prosedur ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk memastikan tidak ada kebocoran.
Setelah jantung seluruhnya tersambung, sirkulasi darah melalui mesin akan dialihkan kembali ke jantung yang baru dan selang-selang yang dipasang di dada akan dilepas .
Jantung baru yang sudah terpasang akan diberi kejutan listrik agar mulai berdetak.
Begitu jantung mulai berdetak, tim bedah akan mengawasi cara kerjanya dan memastikan tidak ada jahitan yang bocor.
Setelah semua dinyatakan baik, dokter akan menutup tulang dada dan menyambungkannya dengan kawat kecil.
Kulit dada yang terbuka akan dijahit agar tertutup kembali,
Selang akan dimasukkan ke dada untuk mengeluarkan darah dan cairan lain dari sekitar jantung. Selang ini akan disambungkan dengan alat penyedot untuk mengeluarkan cairan sepanjang masa pemulihan.
Perban dan pembalut luka yang steril akan diletakkan diatas jahitan di dada.
Pembedahan selesai.
Operasi transplantasi jantung adalah salah satu pembedahan yang paling rumit dan bisa berlangsung dari 4 hingga 10 jam.
Perawatan Pasca Operasi
Di Rumah Sakit
Setelah operasi selesai, pasien akan dibawah ke ruang pemulihan di bagian ICU dan diawasi secara intensif selama beberapa hari.
Perawat akan menyambungkan pasien dengan beberapa mesin untuk memonitor tekanan darah, ECG (electrocardiogram), nafas, dan kadar oksigen.
Tim dokter juga akan melihat perkembangan kerja jantung yang baru dan apakah tubuh pasien menolak organ baru ini.
Efek samping dari obat-obatan immunosuppressive juga akan diawasi, termasuk obat untuk diabetes,infeksi, penyakit ginjal, kanker atau tekanan darah tinggi.
Jika muncul masalah akibat pengobatan, maka dokter akan segera mengganti jenis atau dosis obat tersebut.
Perawatan di rumah sakit pasca operasi transplantasi jantung biasanya berlangsung selama 7 hingga 14 hari, atau bisa lebih tergantung pada kondisi pasien.
Di Rumah
Jika pasien sudah diijinkan untuk pulang, perawatan masih harus terus dilakukan di rumah.
Area bekas operasi harus dijaga agar tetap bersih dan kering. Dokter dan perawat akan memberikan instruksi tentang cara mandi yang benar.
Obat yang diberikan dokter tidak boleh terlewat diminum.
Selalu datang untuk check-up pada waktu yang sudah dijadwalkan agar dokter bisa mengawasi bagaimana tubuh pasien beradaptasi dengan jantung yang baru.
Jalani tes-tes dan pemeriksaan lanjutan yang dijadwalkan.
Sebelum melakukan aktivitas fisik, konsultasi dengan dokter harus dilakukan lebih dulu.
Risiko yang Mungkin Terjadi Setelah Operasi
Seperti pada operasi open-heart lainnya, transplantasi jantung juga memiliki risiko pendarahan, infeksi, serangan jantung, penggumpalan darah, hingga kematian. Selain itu, risiko berikut juga bisa terjadi:
Tubuh menolak jantung yang baru. Sistem imun akan mendeteksi organ baru ini sebagai benda asing dan berusaha menghancurkannya. Jika didiamkan, jantung baru akan rusak dan tidak berfungsi.
Kegagalan penyambungan pembuluh darah. Kondisi ini bisa menyebabkan kematian beberapa bulan setelah operasi karena jantung tidak bekerja.
Masalah pembuluh darah pada pasien. Setelah pencangkokkan, dinding arteri bisa menebal yang kemudian menghambat aliran darah menuju jantung hingga menyebabkan serangan jantung.
Efek samping pengobatan. Karena pasien penerima cangkok jantung harus minum obat seumur hidupnya, maka ada kemungkinan kerja ginjalnya akan terganggu. Kanker juga bisa tumbuh akibat obat immunosuppressant yang dikonsumsi jangka panjang.
Kekebalan tubuh menurun dan mudah terkena infeksi.
Penolakan Tubuh atas Jantung yang Baru
Sebagai risiko terbesar yang mungkin dialami pasien penerima cangkok jantung, gejala-gejala penolakan tubuh atas jantung yang baru harus diketahui.
Mengapa tubuh bisa menolak jantung donor padahal semua tes kecocokan sudah dijalankan?
Tubuh manusia dilengkapi sistem imun atau kekebalan yang bertugas melindungi tubuh dari infeksi. Sel-sel sistem imun selalu bergerak ke seluruh tubuh untuk memeriksa apakah ada benda asing yang berbeda dari sel tubuh itu sendiri.
Penolakan atas jantung yang baru bisa terjadi jika sel-sel imun tubuh tadi menganggap jantung yang baru tadi sebagai sesuatu yang berbeda dari keseluruhan sel tubuh atau “asing” sehingga berusaha untuk dihancurkan.
Jika tidak ditangani, sistem imun akan merusak sel-sel jantung yang baru hingga akhirnya tidak dapat berfungsi lagi. Tanda-tanda penolakan adalah:
Gejala mirip flu seperti menggigil, linu-linu, sakit kepala, pusing, mual, dan/atau muntah
Sesak nafas
Nyeri dada
Kelelahan atau merasa tidak berenergi
Meningkatnya tekanan darah
Jika obat immunosuppressive terlalu banyak dikonsumsi, sistem kekebalan tubuh akan melemah, dan pasien bisa dengan mudah terkena infeksi. Ini sebabnya, obat anti infeksi juga harus diminum pasien penerima cangkok jantung.
Tanda-tanda infeksi yang mungkin dialami pasien setelah operasi adalah:
Demam diatas 38⁰C
Keringat dingin dan menggigil
Kulit kemerahan
Rasa nyeri, bengkak, atau kemerahan di bagian tubuh mana saja
Nyeri atau terasa panas saat buang air kecil, ingin pipis terus menerus
Urin berdarah, keruh, atau berbau busuk
Jika gejala-gejala diatas terjadi, maka pasien harus segera menghubungi dokter.
Tingkat Keberhasilan Transplantasi Jantung
Operasi transplantasi jantung pertama di dunia dilakukan pada tahun 1967, dan sejak itu hingga sekarang operasi ini sudah mengalami banyak kemajuan dan sudah menjadi salah satu jenis pembedahan yang tidak diragukan lagi.
Data terakhir menunjukkan tingkat keberhasilan cangkok jantung mencapai 90%. Masa hidup pasien setelah operasi bisa berbeda tergantung pada banyak faktor, termasuk usia, kondisi kesehatan secara umum, dan respon tubuh terhadap jantung yang baru.
Sekitar 75% pasien transplantasi jantung hidup hingga 5 tahun setelah operasi. Hampir 85% bisa kembali bekerja dan melakukan aktivitas lain seperti berenang, bersepeda, berlari, dan olahraga lain.
Transplantasi jantung seharusnya ditanggung oleh BPJS maupun asuransi lainnya. Namun ada baiknya untuk memastikan terlebih dahulu kepada pihak asuransi atau rumah sakitnya, apakah ditanggung penuh atau tidak.
Karena transplantasi jantung membutuhkan biaya yang besar bila menggunakan biaya sendiri.
Bassem N. Mora, MD, MBA., Brown, Carolyn RN, MN, CCRN, CNS. University of Rochester Medical Center. Heart Transplantation Procedure.
Anonim. American Heart Association. Heart Transplant.
Suzanne R. Steinbaum, MD. 2018. WebMD. Heart Failure and Heart Transplants.
Ann Cardiothorac Surg. 2018. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Heart transplantation.
Anonim. Tampa General Hospital. Heart Transplant Criteria for Selection & Referral.
Mayo Clinic Staff. MayoClinic. Heart transplant.