Daftar isi
Ablutophobia merupakan jenis fobia spesifik ketika seseorang mengalami rasa takut berlebihan dan cenderung irasional terhadap aktivitas mandi [1,2].
Ablutophobia pada dasarnya seperti fobia-fobia lain yang ditandai dengan gangguan kecemasan berlebih terhadap obyek maupun situasi tertentu dan pada kasus ini, mandi adalah kegiatan dan situasi yang membuat penderita panik, takut hingga cemas [1,2].
Fobia spesifik satu ini pun dapat meliputi seluruh kegiatan membersihkan diri [1,2].
Penyebab fobia spesifik sebenarnya belum diketahui secara pasti, namun tetap terdapat sejumlah kondisi yang mampu menjadi faktor peningkat risiko fobia dapat terjadi.
Dalam hal ablutophobia, beberapa hal berikut perlu dikenali sebagai pemicu atau faktor risikonya.
Seperti pada fobia umumnya, faktor genetik cukup menentukan apakah seseorang akan mengembangkan kondisi mental tertentu [1,2,3,4].
Bila memiliki orang tua dengan riwayat kondisi gangguan mental tertentu, seperti gangguan kecemasan, fobia tertentu (termasuk fobia yang sama seperti ablutophobia) hingga depresi, anak memiliki risiko lebih tinggi mengalami hal serupa di mana salah satunya adalah ablutophobia [1,2,3,4].
Otak dapat mengalami perubahan fungsi ketika usia terus bertambah tua [1,3].
Selain itu, gangguan dan perubahan juga dapat dipicu oleh cedera pada kepala yang kemudian memengaruhi kinerja otak [1,3].
Dalam hal ini, fungsi otak yang berubah dapat menjadi pemicu ablutophobia maupun gangguan mental lainnya [1,3].
Peristiwa traumatis yang berhubungan dengan mandi bisa menjadi penyebab utama seseorang enggan, takut, panik dan cemas secara berlebihan seperti dalam bahaya ketika dihadapkan pada aktivitas tersebut [1,2,3,4].
Pengalaman tidak menyenangkan yang memicu trauma biasanya berkaitan juga dengan pengalaman negatif orang lain yang sempat disaksikan atau bahkan efek dari tontonan maupun bacaan tertentu [1,2,3,4].
Salah satu contoh faktor tontonan yang mampu membuat ketakutan akan kegiatan mandi terjadi adalah film horor berjudul Psycho pada tahun 1960 yang disutradarai sekaligus diproduseri oleh Alfred Hitchcock [2].
Terdapat adegan yang melibatkan kamar mandi yang mampu menjadi faktor pemicu sebuah rasa ketakutan berlebih usai menonton film ini [2].
Jika sewaktu kecil terbiasa tidak nyaman untuk mandi dan seringkali memilih menghindarinya, maka hal ini kemungkinan terbawa sampai dewasa [2].
Anak-anak biasanya sulit untuk mandi karena sekadar keinginan mereka atau justru karena takut [2].
Hal ini bisa saja terjadi berkelanjutan apabila tidak segera diatasi, sehingga saat dewasa pun rasa takut tetap ada atau bahkan semakin buruk [2].
Ketika seseorang begitu takut untuk mandi, hal ini kemungkinan berkaitan dengan fobia spesifik lain seperti aquaphobia [5].
Aquaphobia adalah jenis fobia ketika seseorang memiliki ketakutan irasional terhadap air [5].
Tidak hanya takut berenang dan dekat dengan laut, kolam renang atau danau, tapi penderita aquaphobia juga bisa saja panik ketika berada di situasi yang dekat dengan bathtub atau berhubungan dengan aktivitas mandi [5].
Gejala ablutophobia tidak jauh berbeda dari fobia spesifik lain pada umumnya yang akan meliputi gejala psikologis, gejala fisik dan gejala perilaku seperti berikut [1,2].
Ketika gejala-gejala takut berlebihan terhadap aktivitas dan situasi mandi terlalu berlebihan, segera periksakan diri atau orang terdekat ke ahli kesehatan mental seperti psikiater atau psikolog [1,6].
Pemeriksaan untuk fobia spesifik biasanya menggunakan panduan kriteria diagnostik dari DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual 5th Edition) [1,6].
Jika pasien memenuhi kriteria gejala DSM-5, bisa dipastikan bahwa pasien mengalami fobia tertentu sehingga dapat segera dicari penanganan paling sesuai [1,6].
Berikut ini adalah kriteria fobia spesifik menurut DSM-5 [6] :
Dalam menentukan penanganan yang tepat, terapis akan meminta keterangan atau informasi lengkap dari pasien terkait riwayat medis, gejala dan pengobatan selama ini, termasuk riwayat stres [7].
Pasien perlu memberi tahu terapis mengenai gejala psikologis maupun fisik, pemicu gejala, cara menangani rasa takut setiap kali timbul, dan segala faktor yang membuat kecemasan memburuk maupun membaik [7].
Terapis juga perlu mengetahui riwayat stres dan segala pengalaman buruk yang pasien pernah alami [7].
Pasien pun sebaiknya membuat daftar apa saja obat dan suplemen yang sedang digunakan, tidak terkecuali herbal dan vitamin [7].
Informasi riwayat diri pasien membantu terapis dalam menentukan perawatan yang paling sesuai, termasuk pemberian obat apabila nantinya diperlukan [7].
Penderita fobia seringkali menyadari bahwa gejala-gejala yang ia alami cukup mengganggu dan tidak sewajarnya, namun berpikir bahwa tidak ada penanganan yang sesuai atau penanganan yang ada tak mampu membantu mereka.
Sebenarnya, fobia spesifik termasuk pada kasus ablutophobia dapat ditangani melalui sejumlah cara.
Metode psikoterapi dan penggunaan obat-obatan resep dokter hingga perubahan gaya hidup seperti berikut mampu meredakan gejala dan memulihkan pasien dari ketakutan berlebihannya.
Terapi perilaku kognitif merupakan salah satu psikoterapi yang sangat membantu dalam menangani gejala-gejala kecemasan maupun fobia [1,2,8].
Terapi ini pada dasarnya adalah terapi kombinasi antara terapi perilaku dan terapi kognitif yang bertujuan mengubah pikiran dan reaksi pasien yang semula negatif menjadi lebih positif [1,2,8].
Pasien dengan fobia tertentu, termasuk ablutophobia memiliki reaksi negatif dan pikiran-pikiran buruk terhadap aktivitas mandi.
Oleh sebab itu, terapis akan membantu pasien mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan kemudian menyelesaikannya [1,8].
Mengubah cara berpikir dan pola perilaku pasien merupakan tujuan utama dari terapi ini sehingga pasien bisa pulih dan sehat kembali [1,8].
Selain terapi perilaku kognitif, terapi eksposur atau pemaparan adalah metode penanganan untuk fobia spesifik yang juga efektif [1,2,3,4,9].
Prosedur metode ini adalah dengan memaparkan pasien kepada sumber ketakutannya secara bertahap [1,2,9].
Terapis akan lebih dulu menunjukkan kepada pasien aktivitas mandi melalui gambar ataupun video sebelum kemudian benar-benar mengajak pasien pada situasi mandi yang sesungguhnya [9].
Proses eksposur akan dilakukan secara pelan-pelan namun berulang kali sampai gejala pasien lebih terkendali dan pasien tidak lagi memiliki reaksi berlebihan [1,9].
Terapi eksposur ini juga sering dikombinasi bersama dengan terapi perilaku kognitif agar pasien dapat mengurangi rasa takut dan kecemasannya [1].
Dokter atau terapis kemungkinan tetap akan memberikan sejumlah obat meski pasien telah mengikuti terapi eksposur dan terapi perilaku kognitif [1].
Resep obat yang dokter berikan bertujuan utama mengurangi kecemasan dan kepanikan pasien, namun penggunaannya tidak dianjurkan jangka panjang [1].
Beta-blockers dan sedatif adalah dua jenis obat yang umumnya diresepkan dan hanya untuk penggunaan jangka pendek selama pasien menempuh psikoterapi [1,3,4].
Perubahan kebiasaan dan pola hidup menjadi lebih sehat dan seimbang akan membantu pasien dalam mengurangi serta mengendalikan gejala ablutophobia lebih mudah [1].
Beberapa gaya hidup yang dimaksud adalah teknik relaksasi melalui latihan Yoga dan pernafasan dalam-dalam [1,2,10].
Selain itu, latihan fokus dapat juga dilakukan melalui meditasi secara rutin [1,2,10].
Pasien juga dianjurkan untuk melakukan olahraga seminggu setidaknya 3 kali untuk mengatasi gangguan kecemasan dan mengurangi asupan kafein [11].
Kafein memiliki efek cukup berbahaya bagi penderita gangguan mental karena mampu meningkatkan kecemasan [12].
Ablutophobia merupakan jenis fobia spesifik yang akan paling berdampak bagi kehidupan sehari-hari karena tanpa membersihkan diri, tentunya rutinitas pasti terhambat [1,2].
Bila ablutophobia tidak memperoleh penanganan, sejumlah risiko komplikasi yang pasien berpeluang mengalaminya antara lain [1] :
Belum ada cara pencegahan pasti untuk fobia seperti ablutophobia.
Namun selama gejala terdeteksi dini dan penderita melakukan pemeriksaan, penanganan akan lebih cepat diperoleh.
Dengan memperoleh penanganan secepatnya, risiko komplikasi dapat diminimalisir dan pasien mampu mengendalikan gejala-gejalanya lebih baik.
1. Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP & Diana Wells. Ablutophobia. Healthline; 2017.
2. Lisa Fritscher & Daniel B. Block, MD. Ablutophobia Causes and Treatments. Verywell Mind; 2019.
3. René Garcia. Neurobiology of fear and specific phobias. Learning Memory; 2017.
4. William W Eaton, O Joseph Bienvenu, & Beyon Miloyan. Specific phobias. HHS Public Access; 2020.
5. Erika Slater. Overcoming Ablutophobia – the Fear of Washing and Bathing. Free At Last Hypnosis; 2021.
6. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th ed. American Psychiatric Association. Washington, DC; 2013.
7. Lisa Fritscher & Daniel B. Block, MD. DSM-5 Diagnostic Criteria for a Specific Phobia. Verywell Mind; 2021.
8. Suma P. Chand; Daniel P. Kuckel; & Martin R. Huecker. National Center for Biotechnology Information. National Center for Biotechnology Information; 2021.
9. Cristina Botella, Berenice Serrano, Rosa M Baños, & Azucena Garcia-Palacios. Virtual reality exposure-based therapy for the treatment of post-traumatic stress disorder: a review of its efficacy, the adequacy of the treatment protocol, and its acceptability. Neuropsychiatric Disease and Treatment; 2015.
10. Josefien J. F. Breedvelt, Yagmur Amanvermez, Mathias Harrer, Eirini Karyotaki, Simon Gilbody, Claudi L. H. Bockting, Pim Cuijpers, & David D. Ebert. The Effects of Meditation, Yoga, and Mindfulness on Depression, Anxiety, and Stress in Tertiary Education Students: A Meta-Analysis. Frontiers in Psychiatry; 2019.
11. Gareth Richards & Andrew Smith. Caffeine consumption and self-assessed stress, anxiety, and depression in secondary school children. Journal of Psychopharmacology; 2015.
12. Elizabeth Aylett, Nicola Small, & Peter Bower. Exercise in the treatment of clinical anxiety in general practice – a systematic review and meta-analysis. BMC Health Services Research; 2018.