Aquaphobia : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Aquaphobia adalah ketakutan yang irasional dan persisten terhadap air. Penderita aquaphobia mengalami kecemasan dan takut walaupun mereka tahu bahwa air di laut, danau, atau kolam renang tidak memiliki... bahaya. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan penderitanya menolak untuk mandi. Aquaphobia mungkin disebabkan oleh trauma masa lalu. Mungkin penderitanya pernah mengalami tenggelam, atau didorong ke air, atau peristiwa lain yang merupakan pengalaman menyeramkan berhubungan dengan air. Pada keluhan yang ringan, penderita mungkin dapat mencoba beberapa tips seperti berlatih renang dengan instruktur yang berpengalaman serta latihan napas dalam dan relaksasi, namun pada kasus yang berat, mungkin memerlukan bantuan psikolog atau psikiater. Read more

Apa Itu Aquaphobia?

Aquaphobia merupakan salah satu jenis fobia spesifik di mana seseorang mengalami ketakutan dan kecemasan berlebih terhadap air [1,2,6].

Rasa takut dan cemas tersebut cenderung irasional namun bersifat persisten sehingga penderitanya akan selalu enggan berdekatan dengan air.

Jika seseorang terus-menerus menghindari sebuah bathtub berisikan air, kolam renang, laut, ataupun danau, maka kondisi ini bisa saja mengarah pada aquaphobia.

Tinjauan
Aquaphobia adalah rasa takut berlebihan terhadap air yang bersifat irasional; namun, aquaphobia dan hydrophobia adalah dua jenis kondisi yang berbeda walau sama-sama berkaitan dengan air.

Perbedaan Aquaphobia dan Hydrophobia

Aquaphobia tidak sama dengan hydrophobia jika mungkin banyak orang mengira bahwa hydrophobia juga merupakan ketakutan irasional terhadap air [2].

Perlu diketahui bahwa hydrophobia merupakan istilah lama yang dahulu digunakan untuk menyebut penyakit rabies.

Meski memiliki arti sama dengan aquaphobia, yaitu takut terhadap air, hydrophobia adalah sebuah kondisi tahap lanjut pada penderita rabies.

Penderita rabies ketika sudah memasuki kondisi tahap akhir (tahap yang paling serius), maka hydrophobia akan terjadi.

Inti perbedaan kedua kondisi ini adalah bahwa hydrophobia merupakan rasa takut terhadap air sebagai bagian dari perkembangan penyakit rabies.

Sedangkan aquaphobia tidak ada hubungannya dengan rabies.

Pada kasus aquaphobia, penderitanya rata-rata mengalami kondisi ini berawal dari usia anak-anak [1,2].

Gejala kemudian terus berkembang dan bahkan berpotensi memburuk sampai usia beranjak dewasa dan semakin tua apabila tidak memperoleh penanganan tepat segera.

Penyebab Aquaphobia

Seperti halnya kasus fobia spesifik lain, penyebab pasti aquaphobia tidak diketahui secara jelas.

Namun terdapat sejumlah faktor yang sangat mampu meningkatkan risiko seseorang dalam mengalami fobia spesifik seperti halnya aquaphobia, yaitu :

  • Faktor Genetik

Seseorang dengan orang tua yang memiliki aquaphobia atau fobia spesifik lainnya, bahkan termasuk gangguan kecemasan, berpotensi lebih besar mengalami aquaphobia [1,3,4].

Anggota keluarga terdekat yang memiliki riwayat gangguan kesehatan mental secara tak sadar seringkali menurunkannya kepada anak-anaknya.

  • Pengalaman Traumatis

Pengalaman tak menyenangkan dan cenderung mengancam jiwa dapat menjadi alasan seseorang memiliki aquaphobia [1,2,3,4,5].

Misalnya, pengalaman sewaktu masih kecil di mana anak berenang di kolam renang atau laut yang mengakibatkannya hampir tenggelam.

Kejadian mengerikan seperti ini dapat menimbulkan rasa takut yang bertahan lama.

Beberapa pengalaman negatif lainnya pun dapat menjadi alasan mengapa seseorang mudah mengembangkan ketakutan dan kecemasan berlebih terhadap air.

Walau aquaphobia dapat terjadi karena trauma yang dialami saat usia dewasa, trauma pada anak-anak akan lebih mudah membekas hingga tua.

Tinjauan
Penyebab pasti aquaphobia belum diketahui hingga kini, namun faktor genetik dan pengalaman traumatis merupakan dua faktor pemicu aquaphobia.

Gejala Aquaphobia

Aquaphobia dapat menyebabkan sejumlah gejala yang meliputi gejala fisik dan gejala psikologis.

Gejala psikologis kerap menjadi alasan perubahan perilaku penderita fobia spesifik.

Gejala Fisik Aquaphobia

Beberapa gejala fisik yang dapat terjadi ketika penderita aquaphobia dihadapkan pada air antara lain adalah [1,6] :

  • Sesak napas
  • Mual
  • Nyeri di dada
  • Tubuh berkeringat lebih banyak dari normalnya
  • Detak jantung lebih cepat dari biasanya
  • Terkadang dapat disertai muntah
  • Pusing
  • Tubuh gemetaran
  • Hampir kehilangan kesadaran atau pingsan

Penderita aquaphobia tak hanya takut terhadap jumlah air yang banyak seperti di pantai atau kolam renang.

Gejala-gejala fisik tersebut dapat timbul bahkan ketika penderita dihadapkan pada bathtub yang berisi air.

Gejala Psikologis dan Perilaku Aquaphobia

Selain gejala fisik, terdapat pula gejala psikologis dan perilaku pada penderita aquaphobia, terutama saat berhadapan dengan air [1,2,3,4,5,6].

  • Timbul rasa takut, panik dan cemas yang intens bahkan ketika hanya membicarakan dan memikirkan air.
  • Timbul rasa takut yang berlebihan dan irasional ketika dihadapkan pada gambar air maupun situasi tempat penuh air secara langsung.
  • Menganggap bahwa sumber air yang dilihat penuh dengan bahaya dan ancaman, padahal tidak selalu demikian.
  • Menghindari air di manapun dan kapanpun, termasuk menghindari gambar serta topik pembicaraan mengenai air yang membuat penderita harus membayangkan.
Tinjauan
Gejala aquaphobia terdiri dari dua jenis kondisi, yaitu gejala fisik dan psikologis.
Penderita aquaphobia akan merasakan panik, ketakutan dan kecemasan berlebih ketika dihadapkan dengan sumber rasa takutnya.
Selain itu, penderita pun dapat mengalami esak napas, mual, nyeri di dada, tubuh berkeringat berlebih lebih, detak jantung lebih cepat, muntah, pusing, tubuh gemetaran, hingga pingsan.

Pemeriksaan Aquaphobia

Seperti jenis fobia spesifik lain, pemeriksaan yang diterapkan dokter dalam mendiagnosa aquaphobia adalah pemeriksaan fisik dan evaluasi psikologis [3,5].

Dokter ahli kesehatan jiwa dan mental biasanya menggunakan kriteria diagnostik DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition) untuk proses penegakan diagnosa [7].

Tidak ada cara khusus dalam mendiagnosa aquaphobia, sebab panduan kriteria diagnostik DSM-5 adalah kriteria diagnosa untuk pasien fobia spesifik.

Berikut ini adalah kriteria yang dimaksud, bila pasien mengalami beberapa diantaranya, maka dipastikan pasien mengalami fobia spesifik (khususnya terhadap air) [7].

  • Mengalami rasa takut yang hebat dan persisten terhadap air, baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Mengalami rasa panik dan cemas yang menyertai rasa takut tersebut.
  • Menghindari situasi maupun tempat-tempat yang berhubungan dengan air secara terus-menerus.
  • Menganggap air sebagai hal yang membahayakan dan mengancam jiwa sekalipun tidak dalam kondisi bahaya.
  • Setidaknya mengalami gejala-gejala aquaphobia selama 6 bulan atau lebih.
  • Mengalami hambatan dalam kehidupan sehari-hari karena rasa takut berlebihan terhadap air, termasuk gangguan dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi.
  • Tidak mengalami kondisi gangguan mental lain dengan gejala yang serupa dengan aquaphobia, seperti gangguan panik, gangguan stres pasca trauma, maupun gangguan obsesif kompulsif.
Tinjauan
Pemeriksaan psikologis dan fisik menjadi yang utama. Umumnya, kriteria diagnostik DSM-5 digunakan sebagai panduan dan penegak diagnosa spesifik fobia seperti aquaphobia.

Penanganan Aquaphobia

Penanganan aquaphobia pada dasarnya seperti penanganan jenis fobia spesifik lainnya, yakni melalui psikoterapi, pemberian obat-obatan dan juga perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dan seimbang.

1. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif adalah salah satu bentuk psikoterapi yang banyak digunakan dalam mengatasi gangguan kecemasan [1,5,6].

Karena fobia spesifik seperti aquaphobia memiliki keterkaitan erat dengan gangguan cemas serta gangguan panik, terapi ini diperlukan oleh pasien aquaphobia.

Melalui prosedur ini, terapis profesional tidak hanya mendampingi dan membantu pasien memahami penyebab pasti dirinya mengalami ketakutan irasional terhadap air.

Setelah berhasil memahami, pasien diajak dan dibimbing untuk belajar menantang diri sendiri mengenai paham dan pikiran negatif terhadap air [1].

Sedikit demi sedikit pasien akan dapat mengatasi rasa takut berlebihannya terhadap air karena telah memiliki pemahaman dan pola pikir yang lebih positif.

2. Terapi Eksposur

Menempuh terapi eksposur juga merupakan salah satu jalan psikoterapi yang akan membantu pemulihan pasien [1,3,4,5,6].

Pada prosedur ini, terapis profesional akan mengekspos pasien kepada sumber rasa takutnya, di mana dalam hal ini adalah air.

Tidak secara langsung, terapis akan lebih dulu mengawali prosedur dengan menunjukkan gambar atau video tentang air.

Secara bertahap, sesi ini perlu ditempuh oleh pasien, dan setelah benar-benar efektif mengurangi gejala pasien barulah pemaparan terhadap air secara langsung dilakukan.

Terapis akan merekam berbagai reaksi pasien dari awal prosedur ini dilaksanakan, termasuk juga perasaan, pikiran dan sensasi yang dirasakan pasien.

Hal ini sangat penting dalam mengendalikan kecemasan dan kepanikan yang timbul ketika dihadapkan pada air.

Namun jika tidak pada porsinya, terapi eksposur justru dapat berbahaya bagi pasien [1].

Eksposur berlebihan atau terlalu cepat mampu membuat pasien mengalami gejala yang lebih buruk.

3. Obat-obatan

Dokter kemungkinan mengombinasikan psikoterapi dengan obat-obatan untuk menangani gejala aquaphobia pasien.

Obat yang diresepkan berupa antidepresan maupun benzodiazepine, tergantung dari gejala yang dialami oleh pasien [1,3,4,5,6].

Namun, konsultasikan detail dengan dokter mengenai seberapa lama obat tersebut boleh dikonsumsi.

Ada beberapa jenis obat yang tidak sebaiknya digunakan dalam jangka panjang.

4. Perawatan Mandiri

Perawatan mandiri berupa perubahan pola hidup menjadi lebih sehat dan seimbang sangat dianjurkan bagi penderita fobia spesifik seperti aquaphobia.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendukung pemulihan diri antara lain adalah [1,2,8,9,10] :

  • Mulai rutin melakukan olahraga setidaknya seminggu 3 kali; pilih olahraga yang menjadi kesukaan (olahraga ringan maupun berat) disesuaikan dengan kemampuan fisik.
  • Melakukan latihan Yoga untuk menyeimbangkan kondisi emosional, fisik dan mental.
  • Melakukan meditasi dan latihan pernapasan untuk merilekskan diri sehingga otot-otot yang tegang menjadi lebih baik dan pikiran pun jauh lebih tenang serta jernih.
  • Mengurangi asupan kafein bagi penderita aquaphobia yang sebelumnya memiliki kegemaran mengonsumsi kafein berlebihan. Kafein dapat meningkatkan kecemasan sehingga mengurangi asupannya saat berada dalam masa pemulihan akan sangat membantu.

5. Berlatih Renang

Jika tahap pemulihan berjalan dengan sangat baik, maka pasien pun boleh menjalani latihan berenang dengan instruktur renang profesional [11].

Tidak hanya membantu memaksimalkan proses pemulihan  dari rasa takut terhadap air, langkah ini pun akan meningkatkan kenyamanan pasien aquaphobia selama berenang.

Tinjauan
Psikoterapi (terapi perilaku kognitif dan terapi eksposur), pemberian obat-obatan, perawatan mandiri, dan latihan renang merupakan cara-cara penanganan aquaphobia.

Komplikasi Aquaphobia

Menghindari air terus-menerus dalam jangka panjang bukan hal yang baik dan justru merugikan diri penderita.

Air merupakan kebutuhan penting dan vital dalam kehidupan sehari-hari yang tak dipisahkan dari manusia.

Bila rasa takut yang timbul semakin buruk, penderita bukan lagi menghindari air laut, air bak atau air kolam saja, melainkan juga cipratan maupun semprotan air [13].

Rasa panik, takut dan cemas penderita dapat berkembang semakin parah karena sedikit paparan air saja walau dalam bentuk partikel-partikel kecil sekalipun dapat menjadi hal mengancam bagi penderita.

Ketika ketakutan berkembang semakin serius, beberapa penderita aquaphobia pun akan menghindari sumber air seperti air mancur yang bahkan sudah didekorasi dengan indah.

Permainan, karnival, dan hal-hal lain yang melibatkan air dan sebenarnya menyenangkan dapat dianggap sebagai hal berbahaya oleh penderita.

Bila kondisi penderita tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat, sejumlah risiko komplikasi yang dapat terjadi antara lain [2,12] :

  • Menghindari aktivitas mandi.
  • Memiliki tingkat kebersihan dan sisi higienis diri yang rendah karena takut air.
  • Memiliki tingkat kerentanan terhadap penyakit yang lebih tinggi karena jarang membersihkan diri.
  • Depresi dan isolasi diri karena menghindari situasi dan tempat-tempat yang berhubungan dengan air.
Tinjauan
Risiko komplikasi yang dapat terjadi pada penderita aquaphobia antara lain adalah tidak mandi, depresi, isolasi diri, dan rentan terserang penyakit karena tingkat kebersihan diri yang rendah.

Pencegahan Aquaphobia

Tidak terdapat cara khusus dan pasti dalam mencegah aquaphobia, sebab penyebabnya tidak diketahui jelas.

Namun agar tidak berujung pada komplikasi dan memburuknya gejala, pasien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan gejala sejak dini.

Pemeriksaan dini membantu pasien memperoleh penanganan dini pula sehingga risiko komplikasi dapat diminimalisir dengan baik.

Tinjauan
Untuk meminimalisir risiko komplikasi, gejala awal aquaphobia sebaiknya segera ditangani dengan perawatan yang tepat.
fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment