Penyakit & Kelainan

Abses Gigi : Penyebab – Gejala dan Penanganan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : drg. Jefrianto Wololy
Segera periksakan gigi anda jika menemukan gejala-gejala yang menunjukkan kemungkinan abses. Jangan melakukan self-treatment tanpa saran dokter gigi anda. Penanganan yang tepat dan cepat pada abses akan

Apa Itu Abses Gigi?

Abses Gigi (img : Nishanand Dental Clinic)

Abses gigi merupakan kondisi yang selalu berawal dari infeksi bakteri yang kemudian memicu munculnya benjolan berisi nanah di area gusi ataupun akar gigi [1,3,4,7,8,9].

Abses tidak dapat disepelekan karena tidak dapat hilang dengan sendirinya di mana bila dibiarkan tanpa penanganan secepatnya, risiko penyebaran ke bagian tubuh lain akan terjadi begitu cepat.

Tinjauan
Abses gigi adalah timbulnya kantong/benjolan/gelembung yang berisi nanah pada area gusi atau akar gigi yang awalnya disebabkan oleh adanya infeksi bakteri.

Fakta Tentang Abses Gigi

Di Amerika Serikat, kondisi kesehatan gigi yang buruk tergolong sering dijumpai, hal ini pun meliputi kondisi karies gigi.

National Center for Health Statistics melakukan pengumpulan data dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi National dari tahun 2011-2012 dengan hasil yang menunjukkan bahwa terdapat 91% orang dewasa usia 20-64 tahun yang memiliki karies gigi, kerusakan gigi, hingga kehilangan gigi [1,4].

Angka untuk kasus tersebut pada orang dewasa keturunan Asia non-Hispanik, kulit hitam non-Hispanik, kulit hitam Hispanik, dan kulit putih non-Hispanik cenderung rendah.

Ada sebanyak 36% kasus kerusakan gigi yang tidak diobati pada orang Hispanik, sementara 42% ditemukan pada orang Amerika kulit hitam non-Hispanik, dan kasus karies gigi yang tak segera diobati pada orang dewasa 65 tahun ke atas sebanyak 19%.

Sementara itu di Indonesia, prevalensi penyakit pulpa dan periapikal serta karies gigi tergolong tinggi, yakni 85-99%, bahkan diantaranya adalah perokok dengan jumlah kasus 67,4% [5,6].

Dengan demikian, prevalensi tersebut otomatis menunjukkan pula tingginya angka penderita abses gigi karena abses gigi merupakan kondisi hasil perkembangan karies gigi serta penyakit pulpa dan periapikal.

Jenis Abses Gigi

Penting untuk diketahui bahwa abses gigi dibagi menjadi tiga jenis kondisi, yaitu :

jenis abses gigi (img src fine art america)

Abses Periapikal

Abses periapikal adalah abses yang timbul di ujung akar gigi di mana pada lokasi tersebut muncul benjolan atau semacam gelembung yang akan terasa sakit [1,3,7].

Benjolan pada ujung akar gigi ini akan menyebabkan rasa ngilu yang kalau ditekan pada area tersebut baru terlihat atau terasa adanya cairan yang terkandung di dalam benjolan.

Abses Gingiva

Abses gingiva adalah jenis kondisi abses yang timbul pada gusi yang seringkali disebabkan oleh infeksi bakteri [1].

Bila terdapat luka pada gusi akibat tusuk gigi, aktivitas menyikat gigi terlalu keras atau lainnya, ini merupakan peluang bagi bakteri untuk masuk dan menginfeksi.

Abses Periodontal

Abses periodontal adalah jenis infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal di mana abses muncul di bagian gusi namun tepat di sisi akar gigi [7].

Jenis abses inilah yang dapat menyebar sampai ke tulang dan jaringan sekitar.

Umumnya abses jenis ini jugalah yang mampu mengakibatkan gigi goyang karena tulang alveolar rusak.

Penyebab Abses Gigi

Abses gigi terjadi rata-rata berawal dari bakteri yang memenuhi mulut dan membentuk plak yang menempel dan sulit dihilangkan pada gigi.

Bakteri yang ada pada plak-plak di gigi dapat menghasilkan asam yang akan meningkatkan risiko kerusakan gusi dan gigi apabila seseorang tidak membersihkan giginya secara benar, rutin dan bersih.

Berikut ini adalah sejumlah faktor yang mampu menjadi faktor pemicu abses gigi terbentuk sehingga perlu diwaspadai [1,3,7,9] :

  • Imun Tubuh Lemah

Salah satu faktor yang memperbesar potensi seseorang lebih mudah mengalami infeksi serta abses gigi sebagai efeknya.

Penderita diabetes, pengguna obat steroid, hingga penderita kanker yang menempuh kemoterapi adalah orang-orang yang memiliki sistem imun rendah.

  • Cedera pada Gusi atau Gigi

Terjadinya cedera pada gigi, seperti area gusi atau gigi yang terkena benturan atau jenis cedera lain yang menyebabkan luka di bagian tersebut akan menjadi kesempatan bagi bakteri untuk masuk dan menginvasi.

  • Riwayat Operasi

Pasca operasi di bagian gusi atau gigi akan terdapat luka bekas operasi yang juga akan menjadi peluang bagi masuknya bakteri bila kondisi mulut tidak terjaga dengan bersih.

Infeksi pun dapat terjadi yang kemudian dapat berkembang menjadi abses bila kondisi infeksi tak segera ditangani.

  • Konsumsi Makanan/Minuman Manis

Mengonsumsi makanan maupun minuman dengan kadar gula tinggi, termasuk juga makanan mengandung tinggi karbohidrat dapat meningkatkan risiko perkembangan bakteri di dalam mulut.

Kerusakan gigi dapat terjadi karena infeksi bakteri yang kemudian berakibat pada timbulnya abses.

  • Kebersihan Mulut Buruk

Tingkat kebersihan mulut yang buruk seperti penumpukan plak pada gigi dan area gusi karena jarang menyikat gigi maupun flossing bisa berdampak pada timbulnya karies gigi.

Dari karies gigi dapat kemudian meningkatkan risiko kerusakan gigi, infeksi hingga terjadilah abses gigi.

Tinjauan
Penyebab utama abses gigi adalah tingkat kebersihan mulut yang buruk atau bahkan dikarenakan adanya luka pada gigi maupun gusi sehingga menjadi peluang masuknya bakteri untuk menginfeksi.

Gejala Abses Gigi

Saat timbul abses pada gigi dan area gusi, maka beberapa kondisi yang dapat menjadi gejala antara lain adalah [1,2,3,7,8] :

  • Nyeri seperti sensasi ditusuk pada gusi atau gigi yang terkena.
  • Nyeri akan terasa lebih buruk saat penderita memilih berbaring.
  • Tidur menjadi terganggu karena rasa nyeri yang terus-menerus dirasakan.
  • Nyeri menyebar hingga area rahang, leher, dan telinga.
  • Wajah membengkak
  • Wajah memerah, khususnya di daerah tempat infeksi dan abses terjadi.
  • Sensitivitas terhadap makanan dan minuman yang terlalu dingin atau panas akan bertambah.
  • Gusi membengkak ditandai dengan kemerahan dan tampak mengilap.
  • Mulut terasa pahit.
  • Bau mulut (nafas beraroma tak sedap).
  • Sulit menelan, sulit membuka mulut hingga sulit bernafas dapat terjadi ketika kondisi sudah parah.
  • Demam, jika penyebaran infeksi terjadi.

Pemeriksaan Abses Gigi

Ketika rasa nyeri mulai menghampiri dan membuat mulut atau rahang terasa sakit khususnya saat membuka mulut dan mengunyah makanan, segera periksakan diri ke dokter gigi.

Bahkan saat menjumpai pembengkakan pada gusi, hindari mengabaikannya dan segeralah ke dokter gigi untuk menjalani pemeriksaan karena berpotensi abses gigi telah terjadi.

Saat memeriksakan gejala ke dokter gigi, pemeriksaan yang dilakukan biasanya berupa beberapa metode di bawah ini [1,8] :

  • Menekan Gigi : Ketika abses terjadi, gigi yang disentuh dan sedikit ditekan pada akarnya akan terasa begitu sensitif.
  • MRI atau CT Scan : Pemeriksaan pemindaian seperti CT scan dibutuhkan ketika infeksi diketahui sudah menyebar pada area tubuh lain, khususnya pada leher.
  • Sinar-X : Pada gigi yang terasa nyeri perlu diperiksa dengan metode sinar-X untuk proses identifikasi timbulnya abses, namun seringkali dokter gigi dapat mendeteksi penyebaran infeksi yang mengakibatkan abses pada organ lain dengan sinar-X ini.
  • Tes Darah Lengkap : Pengecekan jumlah sel darah putih dan merah membantu dokter dalam mengidentifikasi infeksi bakteri.

Sebelum ditangani oleh dokter gigi langsung, seringkali rasa nyeri pada gigi tidak tertahankan.

Jika demikian, maka obat pereda rasa nyeri bisa digunakan sementara sebelum mendapatkan penanganan medis yang tepat.

Untuk kasus abses gigi, obat pereda nyeri yang paling dianjurkan adalah ibuprofen.

Namun bagi beberapa orang yang memiliki kendala sehingga tak dapat menggunakan ibuprofen, paracetamol adalah alternatif yang lebih baik.

Bila rasa nyeri tak kunjung hilang dengan penggunaan satu jenis obat pereda nyeri, ibuprofen sekaligus paracetamol dapat digunakan bersamaan (namun hindari pemakaian berlebihan apalagi overdosis).

Penggunaan aspirin memang direkomendasikan, namun tidak untuk anak yang belum mencapai usia 16 tahun.

Penanganan Abses Gigi

Penanganan utama bagi penderita abses gigi adalah menghilangkan nanah sekaligus infeksi yang menyebabkan abses terjadi.

Beberapa penanganan inilah yang umumnya direkomendasikan oleh dokter gigi :

  • Pengeluaran Nanah / Insisi Drainase

Prosedur medis ini dilakukan melalui pembuatan sayatan kecil oleh dokter langsung di bagian gelembung atau benjolan abses untuk bisa membuka dan membuat nanah lebih mudah diangkat [1,7,8].

Setelah nanah dikeluarkan dan kering biasanya pembengkakan di area tersebut juga akan mereda.

Umumnya, tindakan medis ini diperuntukkan bagi penderita abses gigi jenis periapikal [1].

  • Pencabutan Gigi

Bila tidak memungkinkan untuk melakukan pengeluaran nanah, maka langkah medis lain yang perlu ditempuh oleh pasien adalah pencabutan gigi [1,3,7,8].

Gigi yang sudah terkena abses dan sudah telanjur parah maka harus segera dicabut untuk menghilangkan nanah serta  infeksinya.

  • Perawatan Akar Gigi / Root Canal Treatment

Benjolan berisi nanah biasanya dapat diangkat menggunakan perawatan akar kanal gigi dengan cara dokter melubangi gigi yang bermasalah [1,2,3,7,8,9].

Usai menghilangkan juga jaringan yang rusak, biasanya dokter akan menambal lebih dulu gigi yang berlubang supaya infeksi tidak terjadi.

Abses gigi terjadi berawal dari infeksi bakteri sehingga pemberian jenis obat ini (setelah salah satu prosedur medis di atas diterapkan) bertujuan agar penyebaran infeksi tidak terjadi [1,3,7,8].

Namun, pasien tak dianjurkan sembarangan mengonsumsi antibiotik sendiri tanpa resep dokter.

Konsumsi antibiotik harus dengan resep dan anjuran dokter supaya efektif dalam mengatasi infeksi.

Pada prosedur mengeluarkan nanah, dokter akan lebih dulu memberikan anestesi atau obat bius (lokal atau umum) untuk membuat area mulut kebas sehingga tak akan merasakan sakit dari prosedur yang akan dijalankan tenaga medis.

Tinjauan
Abses gigi dapat ditangani dengan mengeluarkan nanah baik dengan cara perawatan akar gigi, insisi drainase, atau bahkan pencabutan gigi. Namun biasanya, dokter tetap memberikan resep antibiotik walau telah mengeluarkan nanah.

Komplikasi Abses Gigi

Abses gigi tak dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga selalu memerlukan penanganan yang tepat.

Beberapa kondisi komplikasi yang dapat terjadi karena penanganan yang terlambat atau bahkan abses yang tidak dapat mengering (bahkan usai ditangani secara medis) antara lain [3] :

  • Penyebaran infeksi ke rahang, leher dan wajah.
  • Palpitasi atau kondisi ketika tingkat kecepatan detak jantung di atas normal.
  • Eritema atau kulit yang memerah sebagai reaksi hipersensitivitas di mana hal ini umumnya dipicu oleh infeksi.
  • Sepsis atau kondisi peradangan akibat infeksi yang bisa terjadi pada seluruh tubuh sehingga saat terjadi reaksi oleh tubuh terhadap infeksi, hal ini dapat mengancam jiwa penderita.

Pencegahan Abses Gigi

Abses gigi adalah jenis penyakit yang dapat dicegah dengan menjaga kesehatan dan kebersihan gigi, gusi, serta mulut secara menyeluruh. Inilah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari abses gigi [7]:

  • Gunakan pasta gigi ber-fluoride setiap kali menyikat gigi.
  • Sikatlah gigi sehari 2 kali dengan benar dan seluruh bagian gigi terbersihkan.
  • Sikatlah gigi selama kurang lebih 2 menit untuk dapat mencapai seluruh bagian gigi.
  • Rutin melakukan flossing sehari sekali.
  • Hindari kebiasaan merokok.
  • Kurangi konsumsi makanan maupun minuman bergula tinggi (segera sikat gigi setelah mengonsumsi makanan dan minuman manis).
  • Cek kesehatan gigi secara teratur ke dokter gigi.
Tinjauan
Pencegahan abses gigi dapat dilakukan dengan sederhana, yaitu menjaga kebersihan gigi dengan melakukan perawatan yang tepat seperti flossing dan sikat gigi teratur agar gigi senantiasa sehat.

1) Justin L. Sanders & Richard C. Houck. 2019. National Center for Biotechnology Information. Dental Abscess.
2) Anonim. American Association of Endodontists. Abscessed Teeth.
3) Shweta & S Krishna Prakash. 2013. Dental Research Journal. Dental abscess: A microbiological review.
4) Anthony W Chow, MD, FRCPC, FACP, Marlene L Durand, MD & Meg Sullivan, MD. UpToDate. Epidemiology, pathogenesis, and clinical manifestations of odontogenic infections.
5) Wasis Sumartono, Hasbullah Thabrany, & Ratna Meidyawati. 2016. Figshare. Sumartono, W., Thabrany, H., & Meidyawati, R. (2016). Heavy smoking and severe dental caries in Indonesian men.
6) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2010.
7) Anonim. National Health Service. 2019. Dental abscess.
8) José F. Siqueira Jr., & Isabela N. Rôças. 2013. American Society for Microbiology - Clinical Microbiology Reviews.
9) A Kumarswamy. 2016. Contemporary Clinical Dentistry. Multimodal management of dental pain with focus on alternative medicine: A novel herbal dental gel.

Share