Kurang tidur adalah kondisi yang banyak dialami, khususnya oleh remaja hingga orang dewasa [1,2].
Menurut data statistik Sleep Foundation terbaru di tahun 2023, terdapat sekitar 10-33% orang dewasa yang mengalami insomnia kronis [1].
Sementara itu, menurut data yang sama terdapat sekitar 30-48% orang dewasa yang lebih tua (lansia) menderita insomnia [1].
Menurut data prevalensi global pada tahun 2019, terdapat sekitar 20% orang-orang yang mengalami gangguan tidur [2].
Jadi, sebenarnya kurang tidur adalah masalah yang umum dihadapi oleh banyak orang di seluruh dunia dan bahkan sudah dianggap biasa oleh sebagian orang.
Apakah kurang tidur bisa menyebabkan kematian?
Bisa, terutama jika kurang tidur disebabkan tidak tidur sama sekali selama berhari-hari [3,4].
Kurang tidur yang tidak terlalu sering dan masih dalam tahap wajar tidak terlalu berbahaya [3,4].
Namun jika kurang tidur disebabkan oleh kondisi terjaga penuh selama 3 hari atau lebih, otak kemungkinan besar akan berhenti berfungsi [3,4,5].
Otak yang tidak lagi berfungsi ini dapat disebabkan oleh oksigen yang berkurang di dalam tubuh karena tidak memperoleh cukup istirahat [4].
Saat otak tidak berfungsi normal, hal ini kemudian mengakibatkan kegagalan fungsi organ-organ tubuh lainnya [4].
Walau kurang tidur yang ekstrem bisa mengakibatkan kematian, kasus ini tergolong sangat jarang [4].
Seperti apa kondisi yang dianggap sebagai kurang tidur?
Kurang tidur adalah sebuah kondisi ketika seseorang hanya tidur kurang dari 7 jam dalam sehari.
Hal ini bisa terjadi sekali dua kali, tapi juga bagi sebagian orang bisa terjadi terus-menerus.
Kurang tidur bisa terjadi secara rutin dan menjadi sebuah kebiasaan baru yang tidak sehat, tergantung dari faktor penyebabnya [3,4].
Tidur berkualitas dan yang dianggap cukup untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh bagi orang dewasa adalah sekitar 7-9 jam [6].
Lebih atau bahkan kurang dari itu berpotensi menjadi tanda bahwa tubuh dan mental sedang tidak baik-baik saja [3,4].
Beberapa orang bahkan mengalami kurang tidur dalam bentuk tidak tidur 1 hari atau bahkan beberapa hari [4].
Padahal, tubuh perlu istirahat cukup setiap harinya agar bisa berfungsi dengan baik dalam waktu lama [4].
Kurang tidur sehari dua hari bukan masalah besar dan tidak akan terlalu berpengaruh bahaya bagi tubuh [4].
Namun, kenali respon tubuh jika tidak tidur selama 1 hari atau bahkan lebih dari 1 hari seperti berikut.
Dalam keadaan terjaga dalam waktu 24 jam atau sehari penuh tanpa tidur sejenak pun bisa memengaruhi kondisi fisik [4].
Pada tahun 2010 sebuah penelitian menunjukkan bahwa terbangun 20-25 jam menurunkan performa tubuh dan menurunkan fokus/konsentrasi seseorang; hal ini setara dengan efek kadar alkohol dalam darah sebanyak 0,10% [4].
Jika seharian tidak tidur saja bisa membahayakan tubuh, terlebih bila 1,5 hari atau 36 jam [4].
Tidak tidur selama itu bisa berpengaruh buruk bagi fungsi tubuh, terutama memicu pelepasan kortisol (hormon stres) yang lebih banyak oleh tubuh [7].
Ketidakseimbangan dan ketidaknormalan kadar hormon membuat seseorang lebih gampang stres dalam berbagai situasi [7].
Perubahan suasana hati yang cukup cepat dan drastis, perubahan nafsu makan, hingga perubahan suhu tubuh bisa terjadi pada tahap ini [4,7].
Ada beberapa orang yang benar-benar tahan untuk tidak tidur selama 2 hari atau 48 jam penuh [4].
Entah dikarenakan tidak bisa tidur karena stres atau memang sengaja tidak menidurkan diri karena kesibukan, efek tidak tidur 2 hari akan lebih buruk [4].
Penurunan daya konsentrasi sudah jelas lebih buruk daripada tidak tidur 1-1,5 hari [4].
Hal tersebut akan ditambah dengan penurunan daya ingat sehingga seseorang lebih gampang lupa dari sebelum-sebelumnya [4].
Tidak tidur 2 hari berturut-turut juga melemahkan sistem imun/daya tahan tubuh [8,9].
Kondisi tersebut sama dengan mengundang penyakit untuk bersarang dalam tubuh lebih mudah [8,9].
Beberapa orang bahkan bisa tidak tidur selama 3 hari, namun apapun alasannya hal ini benar-benar tidak sehat [4].
Saat seseorang tidak tidur total 3 hari, efeknya akan mudah kehilangan fokus baik terhadap yang sedang dilakukan, pikiran sendiri, hingga pembicaraan dengan orang lain [4].
Bahkan untuk melakukan pembicaraan dan aktivitas sederhana sehari-hari pun akan lebih mudah terdistraksi [4].
Biasanya, kurang tidur berlebihan di mana sebagai akibat dari tidak tidur 3 hari akan menyebabkan seseorang kelelahan ekstrem [4].
Detak jantung juga akan lebih cepat daripada normalnya, disertai dengan gejala kecemasan, depresi, paranoid, hingga kemampuan pengaturan suasana hati/emosi yang sangat kurang [10,11,12].
Tidak tidur dalam waktu lebih dari 3 hari penuh, dalam artian sama sekali tidur sebentar pun tidak, hal ini bisa mengancam jiwa [4].
Risiko kehilangan kemampuan membedakan realita dan halusinasi pun sangat tinggi pada tahap ini [11].
Mengerjakan aktivitas sesederhana apapun sendiri juga tidak lagi sepenuhnya aman karena ketidakmampuan untuk fokus dan menjadi lebih gampang lupa [4].
Fatalnya, otak bisa berhenti berfungsi dan kemudian organ-organ tubuh lain mengalami gagal fungsi; bukan tidak mungkin kematian terjadi walau kondisi seperti ini jarang terjadi [4,13].
Apa saja bahaya kurang tidur, terutama selama berhari-hari?
Secara bertahap, kurang tidur dari kondisi ringan hingga ekstrem bisa menyebabkan tanda-tanda seperti [3,4] :
Kurang tidur jika terlalu ekstrem sangat bisa mengakibatkan kematian, namun kasus seperti ini termasuk langka.
1. Eric Suni & Dr. Kimberly Truong. Sleep Statistics. Sleep Foundation; 2023.
2. Vijay Kumar Chattu, Md. Dilshad Manzar, Soosanna Kumary, Deepa Burman, David Warren Spence, & Seithikurippu R. Pandi-Perumal. The Global Problem of Insufficient Sleep and Its Serious Public Health Implications. Healthcare (Basel); 2019.
3. Brandon Peters, MD & Sanja Jelic, MD. Can You Die From Lack of Sleep?. Verywell Health; 2021.
4. Raj Dasgupta, MD & Crystal Raypole. Not Sleeping Probably Won’t Kill You, But Things Will Get Ugly. Healthline; 2020.
5. Malcolm von Schantz, Jason C. Ong, & Kristen L. Knutson. Associations between sleep disturbances, diabetes and mortality in the UK Biobank cohort: A prospective population-based study. Journal of Sleep Research; 2021.
6. Eric Suni & Dr. Abhinav Singh. How Much Sleep Do We Really Need?. Sleep Foundation; 2022.
7. Camila Hirotsu, Sergio Tufik, & Monica Levy Andersen. Interactions between sleep, stress, and metabolism: From physiological to pathological conditions. Sleep Science; 2015.
8. Eric J. Olson, M.D. Lack of sleep: Can it make you sick?. Mayo Clinic; 2018.
9. Eric Suni & Dr. Kimberly Truong. How Sleep Affects Immunity. Sleep Foundation; 2022.
10. Eric Suni & Dr. Alex Dimitriu. Anxiety and Sleep. Sleep Foundation; 2023.
11. Mohammed A. Al-Abri. Sleep Deprivation and Depression. Sultan Qaboos University Medical Journal; 2015.
12. Montare Behavioral Health. Surprising Link Between Sleep Deprivation Psychosis And Mental Illness. Montare Behavioral Health; 2023.
13. Eric Suni & Dr. Nilong Vyas. How Lack of Sleep Impacts Cognitive Performance and Focus. Sleep Foundation; 2023.