Belekan atau kotoran pada bagian sudut mata merupakan kondisi yang umum dan dapat dialami siapa saja, termasuk bayi. Belek (rheum) biasanya berwarna kuning dan kental, bisa lengket atau keras dengan cairan di dalamnya. Belek terdiri dari kombinasi antara mukus mata, sel-sel kulit dan minyak[1].
Normal bagi bayi memiliki sejumlah kecil belek pada sudut mata. Belek biasanya terbentuk dari mukus yang disekresikan selama tidur[2].
Belekan pada bayi biasanya tidak berbahaya. Akan tetapi, belekan yang disertai dengan gejala lain pada bagian mata dapat mengindikasikan masalah mata lain yang perlu diperiksakan ke dokter[2, 3].
Daftar isi
Belekan pada bayi dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, meliputi[2, 3, 4, 5]:
Penyebab belekan pada bayi umumnya ialah saluran air mata yang tersumbat. Dokter terkadang menyebut kondisi ini sebagai obstruksi duktus nasolakrimalis.
Air mata terbentuk di dalam kelenjar lakrimal yang terletak di atas mata. Cairan air mata membantu membersihkan dan melembapkan permukaan mata.
Saluran air mata atau duktus nasolakrimalis, ialah saluran kecil yang terletak pada sudut mata dekat hidung. Saat kita berkedip, kelopak mata menyapu air mata ke dalam cairan ini, yang mana kemudian mengalir ke rongga hidung.
Jika saluran air mata tersumbat, air mata tidak bisa lagi mengalir pergi dari permukaan mata. Sumbatan dapat menyebabkan mata menjadi berair dan cairan lengket dapat terbentuk pada bagian sudut mata.
Menurut American Academy of Ophthalmology, hampir 20 persen dari bayi yang baru lahir memiliki saluran air mata yang tersumbat. Kondisi ini dapat terjadi karena ujung dari saluran air mata tidak terbuka seperti seharusnya ketika bayi terlahir.
Saluran air mata yang tersumbat dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata bayi. Kondisi ini biasanya dapat membaik dengan sendirinya.
Alergi mata musiman atau sensitivitas terhadap faktor lingkungan seperti asap, debu, bulu hewan peliharaan, dan sebagainya dapat mengakibatkan inflamasi pada konjungtiva (konjungtivitis alergik). Inflmasi dapat menyebabkan mata menghasilkan cairan dan jika reaksi cukup berat, infeksi dapat terjadi.
Bintitan atau stye merupakan bintil pada tepi pelupuk mata yang terasa sakit seperti jerawat dan terjadi ketika folikel bulu mata atau kelenjar minyak pada kelopak mata terinfeksi.
Bintitan biasanya menyebabkan kemerahan, rasa tidak nyaman, dan pembengkakan pada mata yang terdampak. Bintitan juga dapat disertai nanah kuning serta keluarnya cairan saat bintitan pecah.
Terjadinya cedera atau adanya objek asing (seperti debu atau kotoran) yang memasuki mata dapat menyebabkan mata mensekresikan cairan sebagai respon perlindungan alami. Cedera mata sebaiknya segera diperiksakan ke dokter mata, terutama jika keluar cairan atau terdapat darah pada mata.
Belekan pada bayi juga dapat merupakan tanda dari konjungtivitis. Konjungtivitis ialah inflamasi konjungtiva (membran tipis yang melindungi bagian depan mata).
Gejala konjungtivis pada bayi meliputi[3, 5]:
Konjungtivis pada bayi terkadang dapat terjadi bersamaan dengan saluran air mata yang tersumbat. Namun terkadang, konjungtivis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang diturunkan dari ibu.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh infeksi dapat berakibat serius sehingga bayi sebaiknya segera diperiksakan ke dokter.
Iritasi senyawa kimia juga dapat menjadi penyebab konjungtivitis pada bayi. Kondisi ini dapat terjadi ketika tetes mata dan ointments yang digunakan untuk mencegah infeksi pada bayi justru menyebabkan iritasi. Konjungtivitis kimiawi ditandai dengan mata yang agak kemerahan dan kelopak mata yang bengkak.
Pada kasus langka, mata merah, sakit dan gatal dengan kelopak mata bengkak dan belekan bernanah dapat mengindikasikan ophthalmia neonatorum (ON). Kondisi ini merupakan infeksi bakteri yang dapat terjadi selama kelahiran jika bayi melalui saluran lahir yang terinfeksi dengan chlamydia.
Gejala biasanya muncul 5-12 hari setelah lahir. Setengah dari bayi dengan ON juga mengalami infeksi pada bagian tubuh lainnya.
Tersumbatnya saluran air mata terkadang dapat mengarah pada infeksi yang disebut sebagai dakriosistitis (dacryocystitis). Gejala dakriosistitis meliputi[3]:
Bayi dengan belekan berat atau mata berair berlebihan sebaiknya diperiksakan ke dokter anak atau dokter mata khusus anak untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang sesuai[3].
Bayi juga sebaiknya diperiksakan ke dokter jika saluran air mata tetap tersumbat setelah 6-8 bulan[3].
Bayi dengan tanda-tanda infeksi sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Tanda-tanda infeksi pada mata dapat meliputi[3, 4]:
Pengobatan belekan pada bayi bergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Dianjurkan untuk memprioritaskan menjaga bagian yang sakit bersih dan menyeka belek yang keluar[2].
Belekan ringan dapat diobati dengan penanganan di rumah saja. Sedangkan untuk belekan berat yang disebabkan kondisi tertentu sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat[2, 3].
Belekan pada mata yang disebabkan oleh saluran air mata tersumbat biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam 4 hingga 6 bulan[3].
Orang tua atau pengasuh dapat merawat bayi dengan belekan di rumah. Jika mata menjadi keras dan bayi kesulitan untuk membukanya, kita perlu membersihkan belek pada mata[3, 4].
Berikut langkah membersihkan belek pada bayi[3, 4]:
Faktor-faktor lingkungan seperti angin, cuaca dingin, dan sinar matahari yang terlalu kuat dapat membuat gejala bertambah buruk. Oleh karena itu, sebaiknya kita melindungi mata bayi dari elemen-elemen tersebut. Hindari membawa bayi melakukan kegiatan di luar rumah dalam waktu lama ketika kondisi lingkungan tidak mendukung[3].
Dokter dapat menganjurkan untuk memberikan pijatan pelan pada saluran air mata yang tersumbat untuk membantunya membuka. Berikut langkah memijat saluran air mata[3]:
Jika sisi hidung bayi menjadi merah atau bengkak, segera hentikan pijatan dan hubungi dokter[3].
Penanganan medis untuk belekan pada bayi dapat berbeda bergantung penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Dokter biasanya menganjurkan untuk memantau kondisi terlebih dahulu karena umumnya dapat membaik tanpa perawatan. Untuk mengurangi gejala, dapat mengaplikasikan kompres hangat[3, 5].
Saluran air mata yang tersumbat pada bayi biasanya membuka dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Akan tetapi, jika sumbatan tidak membaik menjelang usia 1 tahun, dokter dapat menganjurkan penanganan medis yang disebut nasolacrimal duct probing[5].
Prosedur ini meliputi memasukkan probe kecil ke dalam saluran air mata bayi. Dengan menggunakan probe yang secara bertahap makin besar ukurannya, dokter akan bisa membuka saluran air mata. Selanjutnya, dokter akan menggunakan larutan saline untuk membersihkan debris yang tersisa[3].
Pada beberapa kasus, dokter perlu memasukkan tabung kecil atau stent ke dalam saluran air mata untuk membuatnya tetap terbuka[3].
Sebelum melakukan prosedur probing, dokter akan memberikan tetes mata anestetik atau memberikan anestesi umum sehingga bayi tidak merasa sakit selama prosedur dijalankan[3].
Untuk bayi yang mengalami sumbatan berat, dokter dapat menganjurkan prosedur bedah yang lebih kompleks untuk membersihkan dan membuka saluran air mata. Prosedur ini disebut dacryocystorhinostomy[3].
Jika belekan disebabkan oleh adanya infeksi, dokter dapat meresepkan antibiotik topikal, oral, atau intravena. Gejala konjungtivitis kimiawi biasanya hanya berlangsung selama 1-3 hari setelah lahir, sehingga tidak diperlukan penanganan. Untuk kasus ON, dokter biasanya memberikan antibiotik oral[3, 5].
Belekan pada bayi umumnya bukan kondisi yang dapat dicegah. Jika bayi tidak memiliki kondisi tertentu, memperhatikan dan menjaga kebersihan bayi serta menghindarkannya dari cedera dan objek asing yang dapat memasuki mata atau memicu alergi dapat mengurangi risiko terjadinya belekan[3].
1. Ana Gotter, reviewed by Alana Biggers, M.D., MPH. When Should I Be Concerned About Eye Discharge? Healthline; 2017.
2. Anna Barden. Eye discharge in newborns, babies and toddlers: Causes and treatment. All about Vision; 2020.
3. Beth Sissons. How to Treat Eye Discharge in Newborns. Medical News Today; 2019.
4. Anonim. Sticky Eyes in Babies and Toddlers. HSE Live; 2018.
5. Nicole Blades, reviewed by Amita Shroff, MD. Why Does My Newborn Have Eye Discharge? WebMD; 2020.