Daftar isi
Blefaritis merupakan sebuah kondisi ketika kelopak mata (lebih tepatnya pada daerah tempat bulu mata tumbuh) mengalami peradangan [1,2,3,7,8,9,10].
Blefaritis dapat terjadi pada satu atau kedua kelopak mata yang ditandai dengan rasa gatal, pembengkakan dan kemerahan pada area kelopak mata yang meradang.
Umumnya, blefaritis tidak terlalu mengkhawatirkan karena tidak terlalu berbahaya, namun jika tidak ditangani dengan benar maka mampu meningkatkan risiko masalah kesehatan mata lainnya.
Tinjauan Blefaritis adalah peradangan pada kelopak mata yang ditandai dengan kemerahan, pembengkakan dan rasa gatal pada satu atau kedua sisi kelopak mata. Namun, blefaritis tidak terlalu berbahaya apalagi jika ditangani dengan benar.
Menurut laporan dokter mata di Amerika dari hasil sebuah survei tahun 2009, terdapat 37-47% penderita blefaritis yang menunjukkan bahwa kasus inflamasi/peradangan kelopak mata cukup umum [1,5].
Sebuah studi yang dilakukan selama 10 tahun (2004-2013) di Korea Selatan, kasus blefaritis secara keseluruhan adalah 1,1 per 100 orang setiap tahun dan menunjukkan adanya peningkatan pada jumlah pasien wanita [1].
Prevalensinya adalah 8,8% secara keseluruhan untuk penderita blefaritis yang usianya 40 tahun ke atas.
Sementara itu, prevalensi kasus blefaritis di Indonesia belum terlalu jelas karena epidemiologi untuk penyakit ini pun belum diketahui.
Blefaritis terdiri dari dua jenis kondisi berdasarkan lokasi peradangan dan penyebabnya, yaitu blefaritis anterior dan blefaritis posterior [2].
Pada jenis blefaritis anterior, peradangan terjadi pada bagian luar kelopak mata atau pada area tempat menempelnya bulu mata.
Pada jenis blefaritis ini, faktor utama yang menyebabkan peradangan adalah ketombe kulit kepala dan bakteri Staphylococcus.
Blefaritis jenis posterior adalah kebalikan dari anterior, di mana peradangan terjadi pada bagian dalam kelopak mata.
Rata-rata kasus blefaritis posterior disebabkan oleh meibomian atau kelenjar minyak yang bermasalah (terjadi sumbatan) di kelopak mata.
Selain gangguan kelenjar minyak, jerawat rosacea adalah salah satu faktor pemicu terbentuknya blefaritis posterior.
Jerawat rosacea ini membuat kulit meradang dan memerah. Tak hanya itu, dermatitis seboroik (ketombe kulit kepala) adalah faktor lain yang mampu menyebabkan blefaritis tanpa disadari banyak orang.
Tinjauan Menurut lokasi dan penyebabnya, blefaritis terdiri dari dua jenis kondisi, yaitu blefaritis anterior (terjadi di bagian luar kelopak mata dan umumnya disebabkan oleh bakteri) dan blefaritis posterior (terjadi di bagian dalam kelopak mata karena gangguan pada kelenjar minyak di kelopak mata).
Berdasarkan tingkat keparahan kondisi peradangan pada kelopak mata, blefaritis terbagi menjadi dua kondisi, yaitu blefaritis akut dan kronis [3,4,6].
Blefaritis akut adalah kondisi blefaritis yang umumnya dapat diobati dengan mudah.
Hanya saja, tingkat risiko kekambuhan dan juga risiko untuk berkembang menjadi blefaritis kronis cukup tinggi.
Klasifikasi blefaritis akut masih terbagi lagi menjadi dua, yaitu blefaritis ulseratif akut dan blefaritis non-ulseratif akut.
Blefaritis ulseratif akut adalah suatu kondisi ketika virus (Varicella zoster atau Herpes simplex) dan bakteri (Staphylococcal) menjadi penyebab radang di kelopak mata.
Umumnya blefaritis ulseratif akut timbul pada bagian tumbuhnya bulu mata dan infeksi bakteri biasanya ditandai dengan kerak yang lebih banyak daripada infeksi virus.
Umumnya, blefaritis jenis non-ulseratif akut terjadi karena reaksi alergi dan bukan karena mikroorganisme tertentu seperti bakteri ataupun virus.
Blefarokonjungtivitis alergi musiman maupun blefarodermatitis atopik adalah adalah kondisi reaksi alergi yang mampu menjadi penyebab blefaritis non-ulseratif akut.
Kedua kondisi tersebut mampu menimbulkan gejala berupa ruam yang intens pada kulit area mata dan gatal-gatal.
Blefaritis kronis merupakan kondisi radang di kelopak mata yang tidak kondisinya lebih serius dibandingkan dengan jenis blefaritis akut namun bukan kondisi menular.
Bila penyebab blefaritis akut dapat berupa infeksi virus dan bakteri atau reaksi alergi, maka penyebab utama blefaritis kronis tidaklah diketahui.
Blefaritis jenis kronis umumnya bersifat berulang dan umumnya akan sulit diobati karena tak dengan mudah merespon pengobatan yang diberikan.
Walau penampilan mata akan terpengaruh, blefaritis kronis tidak sampai menyebabkan jaringan parut pada kornea maupun kebutaan.
Tinjauan Blefaritis menurut tingkat keparahannya terdiri dari dua jenis kondisi, yaitu blefaritis akut (disebabkan baik oleh mikroorganisme maupun reaksi alergi) dan blefaritis kronis (tidak diketahui apa penyebabnya).
Radang pada kelopak mata dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti berikut [1,2,3,7,8] :
Mata kering dapat menyebabkan blefaritis, namun seringkali blefaritis sendiri sering terjadi bersamaan dengan mata kering sehingga membingungkan antara blefaritis yang menyebabkan mata kering atau sebaliknya.
Berawal dari hal tersebut, ada beberapa dokter mata dan peneliti yang meyakini bahwa kedua kondisi (mata kering maupun blefaritis) dapat digolongkan dalam gangguan mata kronis tunggal yang disebut dry eye blepharitis syndrome (DEBS) atau sindrom mata kering blefaritis [5].
Bagi pendukung teori tersebut, maka mata kering diyakini sebagai manifestasi akhir dari kondisi radang kelopak mata.
Ketika blefaritis mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat, maka hal ini pun menjadi cara ampuh dalam mencegah serta mengatasi keluhan mata kering.
Tinjauan Berbagai faktor dapat menyebabkan blefaritis, mulai dari infeksi bakteri/jamur, mata kering, alergi, disfungsi kelenjar meibom/minyak, hingga keberadaan tungau di bulu mata.
Ketika peradangan terjadi pada kelopak mata, maka beberapa keluhan seperti di bawah ini adalah gejala yang paling umum terjadi [2,3,7,8] :
Banyak tidaknya gejala yang dialami oleh penderita blefaritis tergantung dari tingkat keparahan radang.
Pada beberapa kasus, gejala blefaritis dapat timbul dan hilang, namun pada beberapa kasus lain gejalanya dapat terjadi secara konstan.
Bahkan bagi pengguna lensa kontak, jika terasa bagian kelopak mata dan mata terasa tidak nyaman maka hentikan dulu penggunaannya sampai blefaritis mereda.
Tinjauan Gejala utama blefaritis antara lain adalah mata berair, mata iritasi dan kelopak mata yang terasa gatal. Bahkan terkadang gejala dapat berupa hilangnya bulu mata dan rasa mengganjal pada mata.
Untuk mendiagnosa gejala dengan benar yang mengarah pada blefaritis, dokter memerlukan beberapa metode seperti berikut :
Pemeriksaan fisik adalah metode utama yang dilakukan dokter untuk memeriksa kondisi mata pasien [1,6].
Pemeriksaan fisik akan dilakukan fokus pada kelopak mata dan dokter akan melihat keadaan bagian luar mata pasien sekaligus mengevaluasi tingkat kekeringan mata pasien.
Selain pemeriksaan fisik, dokter pun akan mengajukan beberapa pertanyaan terkait gejala yang dirasakan serta riwayat medis pasien [1].
Jika gejala yang dialami pasien sampai pada tahap kehilangan bulu mata dan perawatan untuk blefaritis kronis tidak berhasil, maka pasien perlu menempuh biopsi kelopak mata untuk mengangkat karsinoma.
Alat yang disebut slit lamp digunakan oleh dokter dalam pemeriksaan mata dengan menembakkan sinar berbentuk titik kecil ke mata pasien [3].
Ketika sinar yang ditembakkan ini tepat sasaran, dokter dapat mengecek kelainan yang ada pada mata pasien secara lebih detil.
Biasanya, tes ini ditempuh pasien untuk memastikan kelainan lensa mata (katarak), kerusakan kornea, degenerasi makula, atau ablasi retina.
Namun bila tes fisik dan tes riwayat medis kurang membantu, dokter akan mengonfirmasi kondisi pasien melalui tes slit lamp ini.
Pada prosedurnya, dokter harus lebih dulu membuat pupil mata pasien lebih lebar melalui pemberian obat tetes mata.
Tes ini juga lebih diperuntukkan bagi penderita gejala blefaritis kronis.
Tinjauan Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan dilakukan oleh dokter untuk mengecek kondisi penderita. Namun untuk konfirmasi lebih jauh, ada kemungkinan dokter menerapkan tes slit lamp.
Ada beberapa metode penanganan untuk blefaritis yang dapat dilakukan baik secara mandiri maupun melalui obat-obatan.
1. Antibiotik
Bila blefaritis disebabkan oleh infeksi bakteri, maka dokter mata biasanya akan memberikan obat antibiotik berupa krim atau salep untuk dioles pada kelopak mata yang mengalami radang [1,3,6,9].
Penerapan obat antibiotik ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari tangan (pastikan sudah mencuci tangan dengan bersih lebih dulu) atau cotton bud.
Pastikan untuk menggunakan obat antibiotik dengan resep dokter dan pada proses penggunaannya, aplikasikan pada area yang terkena blefaritis secara rutin sesuai anjuran dokter.
2. Obat Tetes Mata
Untuk mengatasi mata kering yang merupakan salah satu gejala dari blefaritis, obat tetes mata dapat mengatasinya [4,9].
Obat tetes mata jenis steroid pun dapat membantu meredakan pembengkakan di kelopak mata serta menghilangkan gejala kemerahan pada mata.
Namun seperti halnya obat antibiotik, obat tetes ini perlu digunakan dengan dan sesuai resep dokter.
3. Kompres Hangat
Untuk menangani blefaritis secara alami dan mandiri, kompres hangat dapat dilakukan, khususnya pada kondisi blefaritis akut [8,9].
Cukup basahi kain atau handuk bersih dengan air hangat, peras dan tempelkan ke area mata yang terkena blefaritis selama kurang lebih 1 menit.
4. Membersihkan Kelopak Mata, Alis, Kulit Kepala dan Rambut
Kelopak mata bagian pinggirnya dapat dibersihkan secara rutin dengan benar untuk mengurangi radang, seperti dengan beberapa langkah berikut [9,10] :
Proses membersihkan kelopak mata sangat dianjurkan dan perlu dilakukan serutin mungkin untuk kemaksimalan penyembuhan.
Masa penyembuhan blefaritis dapat berjalan cukup lama, namun dengan perawatan diri yang diimbangi dengan penggunaan obat akan sangat membantu dalam kecepatan pemulihan.
5. Menghindari Penggunaan Lensa Kontak
Bagi pengguna lensa kontak, hentikan dulu penggunaan lensa kontak sampai blefaritis benar-benar sembuh [5].
Melanjutkan penggunaan lensa kontak saat gejala blefaritis sedang dialami hanya akan meningkatkan risiko memburuknya gejala.
Bahkan bakteri dan kuman akan lebih mudah menempel pada lensa kontak sehingga hal ini mampu memicu penyakit mata yang lebih parah.
Tinjauan Dalam menangani blefaritis, penderita dapat mengompres mata, membersihkan kelopak mata dan area sekitarnya (termasuk alis, rambut dan kulit kepala) secara rutin, dan menghindari penggunaan lensa kontak. Namun pemberian antibiotik dan obat tetes mata oleh dokter pun dapat mengatasi blefaritis jika cara mandiri kurang efektif.
Walau blefaritis pada umumnya tidaklah berbahaya, ada kemungkinan kondisi yang tadinya akut menjadi kronis.
Bila tak ditangani, maka blefaritis mampu mengakibatkan beberapa kondisi komplikasi seperti [2] :
Agar peradangan kelopak mata tidak terjadi, upaya paling penting untuk mencegahnya adalah dengan menjaga kebersihan wajah, khususnya bagian mata [1].
Bahkan untuk mencegah kembali terulangnya blefaritis, higienitas harus selalu terjaga dengan baik.
1) Mary Eberhardt & Guhan Rammohan. 2019. National Center for Biotechnology Information. Blepharitis.
2) Anonim. 2019. National Eye Institute. Blepharitis.
3) James Garrity , MD. 2019. MSD Manual. Blepharitis.
4) Lemp MA & Nichols KK. 2009. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Blepharitis in the United States 2009: a survey-based perspective on prevalence and treatment.
5) James M Rynerson & Henry D Perry. 2016. US National Library of Medicine National Institutes of Health. DEBS – a unification theory for dry eye and blepharitis.
6) Christopher M Putnam. 2016. PubMed Central - US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diagnosis and management of blepharitis: an optometrist’s perspective.
7) Anonim. 2019. National Health Service. Blepharitis.
8) Jack Wolfsdorf, MD, FAAP. 2019. Nicklaus Children's Hospital. Blepharitis.
9) Kierstan Boyd & Odalys Mendoza MD. 2019. American Academy of Ophthalmology. Blepharitis Treatment.
10) Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. 2018. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Tips Penderita Blefaritis.