Tinjauan Medis : dr. Jessica S. Raditia, MDCH, RPSGT
Bronkiolitis biasanya berlangsung 2-3 minggu dan jarang sekali membutuhkan perawatan rawat inap di rumah sakit. Orang tua tidak bisa mempersingkat durasi penyakit ini , namun ada beberapa cara yang dapat
Daftar isi
Bronkiolitis merupakan kondisi infeksi virus yang menyerang saluran pernafasan, lebih tepatnya pada bronkiolus [1,2,3,4,5,6].
Bronkiolitis sendiri adalah jenis penyakit pernafasan yang umumnya diderita oleh anak-anak yang masih sangat kecil, yakni anak usia balita.
Bukan berarti bronkiolitis tak dapat terjadi pada orang dewasa, sebab bronkiolitis tidak memandang usia, hanya saja berisiko tinggi terjadi secara lebih serius pada usia balita.
Tinjauan Bronkiolitis adalah infeksi pernafasan di mana viruslah penyebabnya. Walau rentan terjadi pada anak-anak balita, orang dewasa kemungkinan kecil bisa mengalaminya.
Penyebab utama bronkiolitis adalah RSV atau respiratory syncytial virus, hanya saja terkadang bronkiolitis dapat disebabkan oleh flu biasa [1,2,4,5,6].
Karena disebabkan oleh virus, maka penyakit pernafasan ini adalah jenis penyakit menular.
Walau disebabkan oleh virus, tentu ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko seorang anak terkena virus atau mengembangkan bronkiolitis.
Faktor-faktor yang dimaksud antara lain adalah :
Penularan RSV atau virus penyebab bronkiolitis dapat terjadi saat seseorang yang sudah terinfeksi bersin atau batuk [4].
Cairan dari mulut atau hidung saat batuk dan bersin dapat terhirup oleh orang-orang yang ada di sekitar sehingga sangat mudah untuk virus tersebar ke tubuh orang lain.
Usai batuk atau bersin, ada kemungkinan cairan tersebut menempel pada benda tertentu yang orang lain bisa sentuh.
Infeksi sangat mudah terjadi ketika benda yang sudah terpapar virus disentuh oleh seseorang dan orang itu menyentuh hidung, mata ataupun mulutnya sendiri maka virus dapat mudah masuk dan menginfeksi.
Ketika seseorang sudah berhasil terinfeksi, virus langsung menuju sistem pernafasan melalui trakea dan sampai ke bronkiolus atau saluran udara paling kecil di paru-paru.
Infeksi inilah yang menjadi penyebab utama pembengkakan atau peradangan pada bronkiolus.
Infeksi ini juga dapat meningkatkan produksi lendir atau mukus sehingga saluran udara terhambat.
Saat saluran udara mengalami sumbatan, hal inilah yang menyebabkan sesak nafas.
Bayi atau balita memiliki risiko lebih tinggi mengalami bronkiolitis karena saluran udara pada paru-paru masih kecil dan belum berkembang dengan sempurna.
Tinjauan RSV atau respiratory syncytial virus adalah penyebab bronkiolitis yang penyebaran atau penularannya dapat melalui cairan batuk ataupun bersin dari orang yang sudah terkena infeksi.
Pada bayi, bronkiolitis lebih nampak seperti batuk yang parah namun biasanya dapat mereda dan sembuh dengan sendirinya dalam waktu kurang lebih 1 minggu [6].
Namun, risiko gejala berkembang menjadi lebih parah pun tetap tinggi, maka para orangtua wajib memerhatikan gejala-gejala mulai dari yang ringan hingga serius [1,3,4].
Gejala yang terlalu berat dan serius tersebut adalah petunjuk bagi para orangtua untuk segera membawa sang anak ke dokter.
Tinjauan Gejala utama bronkiolitis meliputi kondisi batuk, sesak nafas, dan demam. Gejala yang lebih parah dapat terjadi yang menandakan anak perlu segera dibawa ke dokter.
Ketika gejala nampak serius, para orangtua perlu segera memeriksakan anaknya ke dokter.
Langkah-langkah pemeriksaan inilah yang umumnya dokter terapkan [1,2,4] :
Dokter akan melihat gejala-gejala apa saja yang dialami pasien, seperti batuk, hidung berair, atau mengi.
Dokter kemungkinan besar juga akan mengecek suhu tubuh pasien serta menggunakan stetoskop untuk memeriksa pernafasan pasien.
Selain itu, tanda fisik lain yang akan kelihatan mengarah pada bronkiolitis adalah kulit dan mulut pasien yang kering akibat dehidrasi karena sering muntah.
Umumnya tes atau pemeriksaan lanjutan tidaklah diperlukan, namun jika dokter mencurigai adanya kondisi medis lain yang dapat menjadi penyebab gejala, maka tes lanjutan adalah penting.
Beberapa gejala bronkiolitis hampir sama dengan gejala pada penyakit asma atau fibrosis kistik.
Salah satu tes lanjutan yang dokter terapkan adalah tes mukus atau lendir dari hidung supaya dokter dapat mengetahui jenis virus yang menginfeksi pasien.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah pasien dengan mengukurnya.
Proses pengukuran dilakukan oleh dokter dengan menggunakan alat elektronik berukuran kecil yang dijepitkan lebih dulu pada jari tangan atau kaki pasien.
Pemeriksaan urine atau darah dirasa perlu oleh dokter ketika dokter ingin mengonfirmasi adanya penyakit tertentu pada tubuh pasien.
Melalui salah satu atau kedua tes ini, dokter juga dapat mengetahui tingkat kenormalan fungsi organ sekaligus keberadaan obat atau zat tertentu kemungkinan penyebab kondisi yang dialami pasien.
Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X pada dada pasien berpotensi menjadi tes yang juga harus ditempuh pasien.
Dokter dapat mengetahui kadar oksigen di dalam tubuh pasien apakah terlalu rendah atau tidak melalui tes ini.
Jika dokter mencurigai adanya kondisi pneumonia, maka biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan ini untuk memastikan.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, oksimetri nadi, tes urine, tes darah dan/atau rontgen dada adalah metode diagnosa yang dilakukan dokter untuk mengonfirmasi gejala mengarah pada bronkiolitis atau penyakit pernafasan lainnya.
Metode pengobatan bronkiolitis disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala yang pasien alami, yakni ringan hingga sedang dan berat.
Pada kasus gejala yang ringan sampai sedang, biasanya dokter akan memberikan obat-obatan seperti antipiretik atau cairan garam (saline) [2,4].
Cairan garam ini bisa diberikan dengan cara diteteskan ke dalam hidung pasien yang berfungsi sebagai pelega pernafasan.
Pada pasien dengan gejala yang cukup serius karena gangguan pernafasan akut atau dehidrasi atau juga mengarah pada tanda-tanda hipoksia, pasien harus berada di bawah pemantauan dokter.
Rawat inap di rumah sakit kemungkinan menjadi bentuk perawatan serius yang perlu ditempuh. Di bawah pantauan tim medis, anak akan terjaga tetap terhidrasi dengan baik.
Pada pasien dengan gejala gangguan pernafasan yang jauh lebih buruk, ada kemungkinan kondisi gagal nafas sampai terjadi dan perawatan intensif adalah yang paling utama bagi anak-anak ini [2].
Untuk pasien bronkiolitis dengan gejala yang tergolong ringan, perawatan medis tidaklah terlalu diperlukan.
Beberapa langkah ini dapat dilakukan oleh orangtua agar membuat si kecil lebih nyaman dan jauh lebih baik [1,2,3,4,6,7].
Beberapa kasus anak dengan bronkiolitis berangsur parah sehingga mau tak mau orangtua harus merelakan anaknya mendapatkan perawatan medis hingga rawat inap.
Anak-anak dengan masalah kesulitan bernafas, sulit makan atau minum, dehidrasi, memiliki kondisi medis tertentu, atau lahir prematur lebih memerlukan perawatan medis.
Berdasarkan tingkat keparahan kondisi gejala anak, tim medis akan memberikan beberapa penanganan seperti :
Tinjauan Pengobatan bronkiolitis disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala pasien. Perawatan pun dibagi menjadi dua cara, yaitu cara mandiri atau perawatan di rumah dan cara medis yang berpotensi rawat inap.
Bronkiolitis umumnya tidaklah sampai parah karena gejala biasanya hanya dialami oleh penderita selama 1-3 minggu atau lebih dari itu.
Namun bila gejala semakin serius dan pasien pun tidak memperoleh penanganan yang tepat secepatnya, risiko komplikasi-komplikasi ini cukup tinggi [2,4] :
Gejala yang terus memburuk dan bahkan berisiko mengalami komplikasi terjadi pada anak-anak tertentu.
Anak-anak yang terlahir dengan gangguan paru-paru atau jantung bawaan memiliki risiko mengalami komplikasi bronkiolitis jauh lebih tinggi daripada anak-anak yang terlahir normal.
Tinjauan Komplikasi gagal nafas, kekurangan nutrisi hingga sianosis adalah ancaman terburuk bagi penderita bronkiolitis yang tidak segera ditangani.
Bronkiolitis adalah penyakit infeksi pernafasan oleh virus yang dapat dicegah dan hal-hal inilah yang dapat diterapkan sebagai langkah pencegahannya [1,2,3,5,6] :
Tinjauan Mencuci tangan dengan benar serta menjauhi orang-orang yang sedang sakit adalah langkah pencegahan terbaik agar anak maupun diri sendiri tak mudah terinfeksi RSV.
1) Anoop K. Palta, MD. 2020. KidsHealth from Nemours. Bronchiolitis.
2) Nathaniel A. Justice; Jacqueline K. Le. 2019. National Center for Biotechnology Information. Bronchiolitis.
3) Anonim. 2019. British Lung Foundation. Bronchiolitis.
4) Anonim. 2018. National Health Service. Bronchiolitis.
5) Anonim. 2015. Cleveland Clinic. Bronchiolitis.
6) Claire McCarthy, MD. 2017. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School. Bronchiolitis: What parents of infants need to know.
7) Anonim. 2018. The Royal Children's Hospital Melbourne. Bronchiolitis.