Pecinta pedas sejati mungkin tidak asing lagi dengan cabai jenis habanero. Diantara beberapa jenis habanero, salah satunya yaitu cabai red savina atau juga disebut dengan red savina habanero.
Selain digunakan untuk mempertajam cita rasa makanan, cabai juga telah lama dikonsumsi sebagai tanaman herbal karena mengandung banyak senyawa yang bagus untuk kesehatan tubuh. Begitu pula dengan cabai red savina.
Daftar isi
Cabai red savina merupakan kultivar dari cabai habanero yang telah dibudidayakan secara selektif untuk menghasilkan buah yang lebih berat, lebih besar, dan lebih pedas daripada turunannya. cabai red savina termasuk dalam spesies Capsicum chinense Jacquin yang berumpun dari keluarga Solanaceae.
Cabai red savina memiliki kulit yang keriput, polong meruncing dengan ukuran yang bervariasi mencapai 2 hingga 3 ½ kaki. Batang panjang cabai red savina yang elegan banyak dihiasi dengan bunga-bunga berbentuk tabung yang menyerupai lonceng. Sedangkan tubuh buahnya berwarna merah dengan ukuran sekitar 1.5 hingga 2.5 inchi.[1,10]
Cabai red savina berasal dari California, Amerika Serikat. Umumnya tumbuh di semak-semak dan dapat dipanen setiap tahunnya, sekitar bulan Agustus hingga bulan Oktober. Cabai red savina tumbuh di area terbuka yang terkena paparan sinar matahari secara langsung dengan persediaan air yang cukup.[1,2,10]
Fakta Menarik Seputar Cabai Red Savina
Berikut informasi nilai gizi yang terkandung dalam 100 gram sajian cabai red savina.[3]
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Total kalori | 40 | cal |
Karbohidrat | 7 | g |
Gula | 4 | g |
Serat makanan | 2 | g |
Protein | 2 | g |
Lemak | 0 | g |
Garam | 0 | g |
Vitamin C | 143 | mg |
Vitamin B6 | 0.5 | mg |
Vitamin K | 14 | µg |
Niacin (B3) | 1.2 | mg |
Tembaga | 0.13 | mg |
Zat besi | 1 | mg |
Lutein dan Zeaxanthin | 709 | µg |
Tabel diatas memaparkan nilai gizi yang terkandung dalam cabai red savina diantaranya tinggi vitamin C, vitamin B6 dan vitamin K. Selain itu, cabai ini mengandung beberapa mineral dan senyawa fitokimia yang baik untuk tubuh. Cabai red savina tidak mengandung lemak.[3]
Selama dekade terakhir, banyak studi melaporkan bahwa dengan mengonsumsi makanan dan rempah-rempah tertentu seperti cabai dapat memiliki efek positif pada kesehatan. Salah satunya, cabai red savina yang menyediakan beberapa manfaat kesehatan potensial berdasarkan kandungan fitokimianya.[7]
Sebagai monosakarida, glukosa (gula darah) dapat dengan mudah diserap dari saluran gas usus ke dalam aliran darah oleh enzim alfa amilase dan alfa glukosidase. Penghambatan enzim ini dapat mengurangi puncak kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita diabetes setelah makan.[7]
Potensi hipoglikemik dari cabai red savina dievaluasi dengan tes penghambatan enzim alfa amilase dan alfa glukosidase.
Perbandingan data antara kedua spesies Capsicum mengungkapkan bahwa cabai red savina pada tahap dewasa (matang) menunjukkan aktivitas alfa amilase yang menarik.[7]
Buah cabai red savina yang belum matang mampu menghambat enzim ⍺alfa amilase secara selektif dengan nilai IC50 9,88 lg/ml. Pada tahap tersebut, konsumsi makanan dari cabai red savina yang berwarna merah dianggap bermanfaat dalam pengobatan diabetes tipe 2.[7]
Sebuah studi selanjutnya menunjukkan bahwa diet capsaicin memiliki dampak metabolisme yang menguntungkan pada tikus yang menderita diabetes secara genetik. Disebutkan dapat mengurangi kadar glukosa, insulin, trigliserida dalam plasma, dan meningkatkan adiponektin.[8]
Terlepas dari banyaknya faktor pemicu yang dapat mengarah kepada penyakit Alzheimer, sebagian besar peneliti saat ini mengikuti sebuah desain terapi yang merangsang aktivitas syaraf kolinergik sebagai upaya meningkatkan daya ingat dan kemampuan berpikir.[7]
Dari penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa setidaknya beberapa penurunan kognitif / daya ingat yang dialami oleh pasien Alzheimer terjadi akibat neurotransmitter asetilkolin dalam otak mengalami penurunan.
Neurotransmitter asetilkolin tersebut memproduksi serabut kolinergik, yang berperan sangat besar dalam kekuatan daya ingat manusia.[7]
Baru-baru ini upaya terapi dengan menghambat enzim asetilkolinesterase (AChE) butirilkolinesterase (BChE) menjadi target terapi untuk menurunkan gejala penurunan kognitif (kekuatan daya ingat dan kemampuan berpikir) pada pasien Alzheimer.[7]
Kemampuan cabai red savina dalam menghambat BChE sangat menarik. Mengingat bahwa aktivitas BChE ini relatif tinggi pada inti serabut saraf yang terlibat dalam fungsi perhatian, fungsi pelaksana, dan proses berperilaku.[7]
Baik senyawa capsaicin maupun turunannya, mungkin dapat dipertimbangkan sebagai asupan tambahan yang memiliki manfaat sederhana untuk program pengendalian berat badan.
Banyak uji klinis telah mengevaluasi pengaruh dari konsumsi capsaicin terhadap tingkat metabolisme, kelancaran laju pernafasan dan nafsu makan.[8]
Beberapa dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa capsaicin dapat meningkatkan pengeluaran energi secara sederhana, sambil meningkatkan pembakaran lemak dan mengurangi nafsu makan. Dimana efek ini merupakan langkah yang patut dipertimbangkan untuk mengendalikan berat badan.[8]
Konsumsi tambahan senyawa capsaicin dalam asupan harian (9 mg setiap hari) selama 12 minggu dalam studi double-blind terbukti mengurangi kadar lemak di perut meskipun pada tingkat sedang.[8]
Ironisnya, banyak orang awam memiliki kesan bahwa makanan pedas dapat menyebabkan iritasi atau tukak lambung. Sebaliknya, bukti menunjukkan bahwa capsaicin cenderung mencegah dan mempercepat penyembuhan tukak lambung.[8]
Fenomena ini menggambarkan senyawa capsaicin mampu menghambat sekresi asam lambung, meningkatkan sekresi alkali atau lendir dalam lambung, dan merangsang aliran darah lambung.[8]
Asupan capsaicin harian sedang (kurang dari 30mg setiap hari) dikaitkan dengan penurunan risiko kanker lambung yang signifikan dibanding yang tidak mengonsumsi capsaicin. Sedangkan, konsumsi harian yang berat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker lambung yang signifikan.[8]
Cabai red savina diketahui memiliki aroma dan rasa pedas yang sangat kuat. Beberapa efek samping dilaporkan akibat mengonsumsi senyawa capsaicin secara berlebihan. Sebaiknya, kenali kemampuan lambung masing-masing untuk menahan rasa pedas dan konsumsi secukupnya saja.
Mengonsumsi cabai red savina berlebihan bisa mengganggu pencernaan secara keseluruhan. Sensasi panas dapat mengagetkan pencernaan yang biasanya tenang, terutama jika individu jarang makan cabai atau makanan pedas lainnya.[9]
Jenis antasida atau penetral lambung yang lebih tradisional dapat membantu menekan ketidaknyamanan perut saat mencerna cabai red savina yang pedas.
Saat red savina pedas berjalan melalui saluran pencernaan, lama-lama bisa menimbulkan sensasi terbakar pada perut dan bahkan dubur saat mengeluarkan feses.[9]
Meskipun efek samping ini tidak tergolong serius, dapat menyebabkan ketidaknyamanan selama beberapa hari. Setelah tubuh mulai terbiasa dengan cabai red savina dalam diet, efek samping ini bisa berhenti atau berkurang.[9]
Cabai red savina yang panas juga dapat menyebabkan lepuh pada kulit jika berinteraksi dalam waktu yang lama.[10]
Cabai red savina umumnya disajikan untuk hidangan dengan cita rasa yang pedas. Sehingga lebih sering disajikan sebagai berbagai saus pendamping hidangan utama.
Cabai red savina bisa dipanen dalam keadaan sudah matang maupun belum. Namun cabai red savina yang sudah matang mengandung lebih banyak gizi.
Ide Penyajian Cabai Red Savina
Cabai red savina dapat menimbulkan sensasi cukup panas. Baiknya kenakan sarung tangan saat memegangnya, termasuk daging bagian luar, daging bagian dalam, dan bijinya.[13]
Cabai red savina termasuk salah satu jenis cabai yang bisa bertahan lama jika disimpan dengan benar. Berikut tips penyimpanan cabai red savina yang bisa diikuti :
1. Anonym. Peppers: Red Savina. Smart Gardener, Green Living Solution Inc; 2020.
2. Matt Bray. Red Savina Habanero: Legendary Heat. Pepper Scale; 2020.
3. Anonym. Red habanero chilli - Nutrition facts, information and calories. Check Your Food; 2019.
4. Anonym. Habanero Chile Pepper Facts. Myspicer; 2014.
5. Yusuke Murakami., Hisakatsu Iwabuchi., Yukie Ohba and Harukazu Fukami. Analysis of Volatile Compounds from Chili Peppers and Characterization of Habanero (Capsicum Chinense) Volatiles. 68(12):1251-1260. Journal of Oleo Science; 2019.
6. Adriana Canto-Flick, Eduardo Balam-Uc, Jericó Jabín Bello-Bello, Carlos Lecona-Guzmán, Daniela Solís-Marroquín, Susana Avilés-Viñas, Eunice Gómez-Uc, Guadalupe López-Puc, and Nancy Santana-Buzzy. Capsaicinoids Content in Habanero Pepper (Capsicum chinense Jacq.):
Hottest Known Cultivars. 43(5):1344–1349. Horticultura Science; 2008.
7. Federica Menichini., Rosa Tundis., Marco Bonesi., Monica R. Loizzo., Filomena Conforti., Giancarlo Statti., Bruno De Cindio., Peter J. Houghton and Francesco Menichini. The influence of fruit ripening on the phytochemical content and biological activity of Capsicum chinense Jacq. cv Habanero. 114(2):553-560. Food Chemistry; 2009.
8. Mark F McCarty., James J Di Nicolantonio and James H O’Keefe. Capsaicin may have important potential for promoting vascular and metabolic health. 2(1): e000262. Open Heart; 2015.
9. Carole Anne Tomlinson. The Side Effects of Hot Peppers. Leaf Group Ltd; 2020.
10. Anonym. Red Savina Habanero Chile Pepper. Chile Peppers Recipes; 2012.
11. Dorothy Reinhold. Tame the Fire: Red Savina Chile Peppers. Shockingly Delicious; 2012.
12. Anonym. Habanero Pepper: A Complete Guide of Heat and Flavor + 7 Recipes. Pepper Head; 2018.
13. Eulalia Palomo. When Is a Habanero Pepper Ready to Pick?. SF Gate, Hearst Communication; 2018.