Daftar isi
Deep vein thrombosis terjadi ketika bekuan darah (thrombos) terbentuk di salah satu atau banyak pembuluh darah halus di bagian dalam tubuh. Deep vein thrombosis dapat menyebabkan nyeri atau bengkak pada tungkai namun dapat pula terjadi tanpa gejala. [1]
Bekuan darah merupakan gumpalan darah yang berubah menjadi bentuk padat. Bekuan darah dari deep vein thrombosis biasanya terbentuk di daerah paha atau tungkai bawah namun juga dapat berkembang di bagian tubuh yang lain. [2]
Deep vein thrombosis merupakan penyakit umum dan gawat. Penyakit ini merupakan penyebab kematian ketiga dalam kelompok gangguan tromboembolisme setelah serangan jantung dan stroke. Karena kadang kala tidak menimbulkan gejala, tingkat kejadian diperkirakan lebih tinggi dari 80 kasus tiap 100 ribu orang setiap tahunnya. [3]
Deep vein thrombosis dapat terbentuk di salah satu tungkai atau salah satu lengan. Tidak semua orang dengan deep vein thrombosis memiliki gejala. Bila gejala muncul, termasuk: [4]
Beberapa orang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita deep vein thrombosis sampai bekuan darah tersebut terbawa dari lengan atau tungkai dan mencapai ke paru-paru. Berikut ini gejala emboli paru: [4]
Segala sesuatu yang dapat menghambat darah Anda mengalir atau membeku secara normal dapat menjadi penyebab deep vein thrombosis. Penyebab utama dari deep vein thrombosis adalah kerusakan pembuluh darah balik akibat adanya pembedahan atau trauma dan peradangan oleh infeksi atau cedera. [1]
Kebanyakan orang dengan deep vein thrombosis akibat satu atau beberapa faktor resiko dan penyakit lain. Berikut ini adalah faktor resiko deep vein thrombosis: [5]
Jika tubuh manusia tidak banyak bergerak dalam waktu yang lama, darah dapat menumpuk di bagian bawah anggota gerak dan daerah panggul. Situasi ini bukanlah masalah pada kebanyakan orang. [5]
Segera setelah tingkat kegiatan kembali ke normal, darah akan mengalir cepat. Pembuluh darah balik dan pembuluh darah nadi membagikan kembali darah di sekitar tubuh. [5]
Akan tetapi, semakin lama seseorang tidak bergerak berarti darah di bagian tungkai akan memperlambat aliran darah. Hal ini akan meningkatkan pembentukan bekuan darah. Seseorang dapat menjadi tidak bergerak dalam waktu yang lama karena: [5]
Sebuah cedera atau pembedahan dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah balik. Kerusakan ini dapat memperlambat aliran darah. Hal ini meningkatkan resiko pembekuan darah. [5]
Anestesia umum juga dapat melebarkan pembuluh darah balik, membuatnya menjadi seperti kolam dan bekuan darah dapat terbentuk. Resiko ini dapat terjadi pada siapa saja yang menjalani pembedahan besar. Akan tetapi, orang yang menjalani pembedahan lutut dan panggul, mempunyai resiko yang lebih besar. [5]
Sesorang dapat mengalami kelainan darah yang diwariskan sehingga membuat darah membeku dengan kemungkinan yang lebih tinggi. Kondisi ini misalnya trombofilia faktor V Leiden. Akan tetapi, meskipun begitu, hanya 10% orang dengan kelainan ini yang mengembangkan deep vein thrombosis. [5]
Selagi janin berkembang di dalam rahim, tekanan terhadap pembuluh darah balik wanita pada tungkai dan daerah panggul meningkat. Seorang wanita mengalami peningkatan resiko deep vein thrombosis selama masa kehamilan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan bayinya. [5]
Wanita dengan kelainan darah yang diwariskan misalnya kelainan antithrombin herediter, mempunyai resiko mengalami deep vein thrombosis lebih tinggi dibandingkan wanita pada umumnya. [5]
Beberapa jenis kanker memiliki kaitan terhadap tingginya resiko deep vein thrombosis termasuk kanker kolon, kanker pankreas, dan kanker payudara stadium akhir. Terapi dan prosedur bekaitan penanganan kanker juga dapat meningkatkan resiko seseorang terhadap deep vein thrombosis. [5]
Beberapa prosedur tersebut adalah: [5]
Orang dengan irritable bowel disease mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap deep vein trhombosis. Sebuah studi tahun 2018 menunjukkan bahwa resikonya berkisar 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak menderita irritable bowel disease. [5]
Segala kondisi yang mempengaruhi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh dapat menimbulkan masalah pembekuan dan pendarahan. Kondisi seperti serangan jantung atau gagal jantung kongestif meningkatkan resiko mengembangkan pembekuan darah. [5]
Wanita yang mengonsumsi obat KB berbahan dasar hormon atau yang sedang menjalani terapi penggantian hormon akibat menopause mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap deep vein thrombosis dibandingkan wanita yang tidak mengonsumsi obat jenis ini. [5]
Orang dengan obesitas mengalami tekanan yang lebih besar pada pembuluh darah, khususnya pada bagian panggul dan tungkai. Oleh karena itu, mereka mengalami peningkatan resiko deep vein thrombosis. [5]
Orang yang merokok tembakau secara berkala mempunyai kemungkinan yang lebih besar mengembangkan deep vein thrombosis dibandingkan orang yang tidak pernah merokok atau yang telah berhenti. [5]
Vena varikosa merupakan pembesaran dan perubahan bentuk dari pembuluh darah balik. Meskipun vena varikosa sering kali tidak menyebabkan kematian, biasanya pembuluh darah yang mengalami pembesaran berujung pada deep vein thrombosis kecuali jika seseorang tersebut menerima perawatan untuk vena varikosanya. [5]
Walaupun deep vein thrombosis dapat berkembang di segala usia, resiko menderita deep vein thrombosis akan semakin meningkat bila usia semakin lanjut. Resiko deep vein thrombosis menjadi bertambah 2 kalinya setiap pertambahan usia 10 tahun dimulai sejak usia 40 tahun. [5]
Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap resiko menderita deep vein thrombosis. Wanita mengalami kemungkinan yang lebih tinggi menderita deep vein thrombosis selama masa kehamilan. Akan tetapi, setelah menopause, resiko wanita menderita deep vein thrombosis lebih rendah dibandingkan pria seusianya. [5]
Komplikasi utama dari deep vein thrombosis adalah emboli paru. Anda dapat mengembangkan emboli paru bila bekuan darah pindah ke paru-paru dan menyumbat pembuluh darah di sana. Ini dapat menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan bagian tubuh lainnya. [2]
Jika Anda menunjukkan gejala atau tanda deep vein thrombosis, hubungi fasilitas kesehatan terdekat. Bila Anda mengembangkan gejala atau tanda emboli paru – komplikasi deep vein thrombosis yang mengancam nyawa – carilah bantuan medis darurat. [1]
Tanda dan gejala peringatan emboli paru yakni: [1]
Dalam menentukan diagnosis, dokter akan menggunakan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik menyeluruh, serta tes lain yang dapat membantu seperti USG, venogram, dan uji D-dimer. [2]
USG merupakan tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis deep vein thrombosis. USG menggunakan gelombang bunyi untuk menciptakan gambar pembuluh darah balik dan nadi Anda. [2]
Melalui gambar ini dokter dapat melihat bagaimana darah mengalir di dalamnya. Jika terdapat bekuan darah, dokter dapat melihatnya melalui aliran darah yang terhambat dan membuat diagnosis. [2]
Jika USG yang dilakukan belum memberikan hasil yang pasti, dokter akan memerintahkan pengujian dengan venogram. Selama uji ini, bahan pewarna disuntikkan ke pembuluh darah balik yang diduga mengalami deep vein thrombosis. [2]
Kemudian, daerah tersebut diuji dengan sinar-X. Bahan pewarna membuat pembuluh darah balik lebih terlihat, sehingga titik yang terjadi gangguan aliran darah akan lebih mudah terlihat. [2]
Uji D-dimer darah mengukur keberadaan senyawa yang dilepaskan ketika bekuan darah pecah. Jika kadarnya tinggi dan Anda mempunyai resiko terhadap deep vein thrombosis, maka kemungkinan Anda mengalami bekuan darah. [2]
Jika kadarnya normal dan tidak memiliki resiko terhadap deep vein thrombosis, kemungkinan besar Anda tidak mengalami bekuan darah. Uji ini juga dapat menjadi indikator terhadap faktor lain seperti emboli paru, stroke, kehamilan, atau infeksi. [2]
Oleh karena itu, dokter perlu melakukan tes lain untuk memastikan diagnosis. Selain itu, dokter juga dapat menempuh uji lain bila uji D-dimer ini tidak memberikan hasil. [2]
Terdapat tiga tujuan utama dari penanganan deep vein thrombosis yaitu mencegah bekuan menjadi lebih besar, mencegah bekuan mengalir dan terbawa ke paru-paru serta mengurangi peluang Anda mengalami deep vein trhombosis di bagian tubuh lain. [1]
Pengobatan deep vein thrombosis meliputi beberapa cara berikut: [1,2]
Deep vein thrombosis paling umum ditangani dengan antikoagulan atau pengencer darah. Obat ini tidak menghancurkan bekuan darah yang telah terbentuk namun dapat mencegah bekuan darah menjadi lebih besar dan mengurangi resiko Anda mengembangkan lebih banyak bekuan darah. [1]
Obat pengencer darah ini termasuk heparin, warfarin, enoxaparin, dan fondaparinux. Obat jenis ini membuat tubuh lebih sulit dalam membekukan darah. [2]
Obat ini diresepkan bila Anda memiliki deep vein thrombosis atau emboli paru yang parah atau bila obat lain tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Obat ini dapat diberikan secara intravena atau melalui kateter di pembuluh darah yang terdapat bekuan darah. [1]
Orang dengan deep vein trhombosis pada anggota gerak bagian atas terbantu oleh obat trombolitik ini. Obat ini bekerja dengan cara memcah bekuan darah. [2]
Jika Anda tidak bisa mengonsumsi obat pengencer darah, Anda akan menjalani prosedur pemasangan filter di pembuluh darah balik yang besar – vena kava – di rongga perut. Sebuah filter vena kava mencegah bekuan darah yang lepas mencapai paru-paru. [1]
Filter hanya boleh digunakan dalam jangka waktu singkat sampai resiko tromboembolisme berkurang dan obat pengencer darah dapat digunakan. Bila digunakan terlalu lama, filter malah akan meningkatkan resiko deep vein thrombosis. [2]
Stoking berbentuk seperti kaus kaki yang mencapai lutut namun tidak memiliki bagian yang menutupi jari kaki. Stoking khusus ini mengurangi peluang darah Anda menggenang dan mebentuk bekuan. [1]
Untuk membantu mencegah pembengkkan yang dikaitkan dengan deep vein thrombosis, gunakan stoking dari telapak kaki sampai setinggi lutut. Anda sebaiknya menggunakan stoking selama minimal 2 tahun jika memungkinkan. [1]
Anda dapat menurunkan resiko memiliki deep vein thrombosis dengan melakukan beberapa perubahan pada gaya hidup. Hal ini termasuk: [2]
Menggerakkan tungkai Anda sebentar ketika duduk juga membantu menjaga aliran darah. Berjalan-jalan setelah berbaring cukup lama juga dapat mencegah bekuan darah terbentuk. [2]
Konsumsi obat pengencer darah yang diresepkan oleh dokter jika Anda menjalani operasi. Hal ini akan mengurangi peluang Anda mengembangkan bekuan darah setelahnya. [2]
Resiko mengembangkan deep vein thrombosis selama perjalanan menjadi lebih tinggi bila Anda duduk lebih dari 4 jam. Kurangi resiko Anda dengan cara bergerak di sekitar sesering mungkin. [2]
Selama masa mengemudi yang panjang, keluarlah dari mobil dan lakukan peregangan. Lakukan hal ini secara berkala. Berjalanlah di lorong jika Anda berkendara dengan pesawat terbang, kereta, atau bus. [2]
Regangkan tungkai dan kaki Anda ketika duduk. Hal ini menjaga aliran darah agar tetap mengalir di bagian betis. Jangan gunakan pakaian ketat yang dapat membatasi aliran darah. Komplikasi deep vein thrombosis dapat dicegah. [2]
1. Anonim. Deep vein thrombosis (DVT). Mayo Clinic; 2020.
2. Amanda Delgado, A. l. Heywood, Alana Biggers M. D., MPH. Everything You Want to Know About Deep Vein Thrombosis (DVT). Healthline; 2021.
3. Sheikh M. Waheed, Pujitha Kudaravalli, & David T. Hotwagner. Deep Vein Thrombosis. Stat Pearls; 2021.
4. Anonim. Deep Vein Thrombosis (DVT). My Cleveland Clinic; 2019.
5. Adam Felman & ALanda Biggers M. D., MPH. What to know about deep vein thrombosis. Medical News Today; 2021.