Tahu umumnya terbuat dari biji kedelai yang melalui berbagai tahapan mulai dari pemilihan bahan baku, lalu dilanjutkan ke perendaman, penggilingan, dan pemasakan. Selepas dimasak, bahan baku yang digunakan tadi mulai disaring dan dilakukan pencetakan. Tahap terakhir ialah penguningan atau pemberian warna kuning dengan menggunakan kunyit alami ataupun kunyit serbuk.
Satu blok tahu dengan berat sekitar 122 g memiliki beragam nutrisi yang baik untuk tubuh, diantaranya mengandung 15,57 g protein, 177 kalori, 12,19 g lemak, karbohidrat sebanyak 5,36 g, 421 mg kalsium, 65 mg magnesium, 282 mg fosfor, 3,35 mg zat besi, 2 mg seng, 178 mg kalium, hingga 27 mikrogram folat, DFE. Sementara itu, menurut sumber lain, setiap 100 g tahu mengandung sebanyak 73 kalori, 4,2 g lemak, 0,7 g karbohidrat, serta 8,1 g protein. [2] [3]
Lebih dari itu, terdapat pula kandungan thiamin, niacin, riboflavin, vitamin B6, mangan kolin, dan selenium. Kedelai sendiri termasuk sumber protein makanan yang begitu banyak menyediakan nutrisi bagi yang mengonsumsinya. Kedelai mengandung lemak tak jenuh ganda dan asam omega 3 alfa-linolenat. [4] Untuk proteinnya, kedelai mengandung protein yang tersusun atas dua unsur utama, yaitu 7S (a-conglycinin) dan 11S (glycinin). [5]
Kabar buruknya, konsumsi tahu secara berlebihan dapat menyebabkan masalah bagi tubuh, di antaranya:
Daftar isi
Apabila Anda sedang mengonsumsi obat yang bernama monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), jangan sekali-kali konsumsi tahu! Obat tersebut diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan mood atau penyakit Parkinson. Mengapa tidak boleh? Alasannya karena tahu mengandung tiramin, asam amino yang berperan dalam menyeimbangkan tekanan darah. [9]
Sementara itu, MAOIs melawan dan memblokir enzim yang memecah tiramin sehingga menggabungkan keduanya (konsumsi obat MAOIs dan tahu) bukanlah opsi yang tepat karena dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Sebaiknya konsultasi pada dokter jika Anda termasuk salah satu yang mengonsumsi obat MAOIs sebelum memutuskan untuk mengonsumsi tahu. [9]
Meskipun tahu memiliki sumber protein yang amat tinggi dan baik untuk tubuh, tetapi segala hal yang dikonsumsi berlebihan tidak akan berdampak baik bagi tubuh. Menurut ahli gizi dari Bangalore, dr. Anju Sood, selain menjadi salah satu sumber protein baik, tahu juga memiliki protein keras dalam daya cernanya sehingga makan terlalu banyak tahu akan mengakibatkan asam urat di bagian bawah perut. [10]
Ahli gizi dr. Anju Sood memberi pernyataan bahwa terlalu bayak mengonsumsi tahu dapat menyulitkan penyerapan protein sehingga dapat menyebabkan beberapa masalah perut yang cukup serius, seperti perut kembung karena susah untuk buang gas. [11]
Masalah ini bisa menjadi ancaman bagi wanita. Konsultan ahli gizi, dr. Rupali Dutta, berkata jika asupan tahu yang berlebihan dapat mengganggu produksi estrogen pada wanita. Produksi estrogen yang terganggu itulah yang nantinya bisa menyebabkan masalah hormon yang cukup serius. [11] [12]
Mengonsumsi tahu secara berlebihan yang notabenenya memiliki jumlah protein yang cukup banyak dapat meningkatkan asupan kalori. Bagi wanita sendiri, kebutuhan kalori per hari ialah sebanyak 1.200 kalori, berbeda dengan lelaki yang membutuhkan sekitar 1.800 kalori per hari. Jika melebihi batas konsumsi kalori harian, maka akan menyebabkan kenaikan berat badan. [11] [13]
Shilpa Arora, seorang ahli gizi makrobiotik dan praktisi kesehatan, mengatakan, ”Dalam tahu terkandung fitat yang dapat mengganggu penyerapan nutrisi termasuk penyerapan yodium dalam tubuh. Mineral tersebut berperan penting bagi peningkatan metabolisme dan fungsi tiroid sehingga adanya kandungan goitrogen dalam kedelai harus dihindari oleh mereka dengan tiroid yang kurang aktif. [14]
Lalu, berapa jumlah takaran yang aman untuk dikonsumsi?
Chloe McLeod, seorang ahli diet yang sudah terakreditasi, merekomendasikan konsumen untuk mengonsumsi setidaknya satu sampai dua porsi produk berbahan dasar kedelai seperti tahu (sekitar 120 g) untuk setiap harinya. [11] Hampir dengan anjuran konsumsi yang sama, Kailey Proctor, seorang ahli diet yang terdaftar di St. Joseph Hospital di Orange Country, California, mengatakan bahwa batas konsumsi tahu per hari ialah dua hingga tiga porsi saja.[16]
Menurutnya, keseimbangan dalam mengonsumsi tiap-tiap makanan itu sangat penting. Diharapkan juga kita semua dapat memvariasikan berbagai sumber protein agar tubuh mendapatkan asupan-asupan vitamin dan mineral sesuai batas harian. [16]
Menurut penelitian, protein yang terdapat pada kedelai dapat membantu mengurangi low- density-lipoprotein (LDL) atau kolestrol jahat. [6] Di samping itu, kandungan fitoestrogen (isoflavon) dalam tahu dapat mengikat reseptor estrogen dengan alami pada sel manusia, termasuk sel payudara yang mana nantinya berpotensi untuk mengurangi risiko kanker payudara. [7]
Berdasarkan penelitian, isoflavon dalam kedelai juga dapat membuat kulit terlihat lebih muda dari yang seharusnya dan mengurangi kerutan halus. [8] Konsumsi tahu dengan porsi yang cukup dan melalui proses pemasakan yang tepat juga akan mengurangi risiko terkena jantung koroner, mencegah terjadinya osteoporosis, memperlambat bahkan bisa saja menghentikan laju pertumbuhan kanker prostat pada pengidapnya, serta dapat meningkatkan kesehatan otak dan mengikat memori seiring bertambahnya usia, [9]
[1] Tara McHugh. ift.org. How Tofu Is Processed. 2016
[2] Eze, Ngozi M. PhD et al. journals.lww.com. Acceptability and consumption of tofu as a meat alternative among secondary school boarders in Enugu State, Nigeria Implications for nutritional counseling and education. 2018
[3] Jo Lewin.bbcgoodfood.com. The health benefits of tofu.
[4] Megan Ware, RDN, L. D. medicalnewstoday.com. Everything you need to know about tofu. 2017
[5] Dey, Anirban et al. researchgate.net. Tofu: technological and nutritional potential. 2017
[6] Ramdath, D. Dan et al. ncbi.nlm.nih.gov. Beyond the Cholesterol-Lowering Effect of Soy Protein: A Review of the Effects of Dietary Soy and Its Constituents on Risk Factors for Cardiovascular Disease.2017
[7] Wang, Qianghui et al. ncbi.nlm.nih.gov. Tofu intake is inversely associated with risk of breast cancer: A meta-analysis of observational studies. 020
[8] Messina, Mark. ncbi.nlm.nih.gov. Soy and Health Update: Evaluation of the Clinical and Epidemiologic Literature. 2016
[9] Danny Bonvissuto. webmd.com. Tofu. 2020
[10] Yamakita J, Yamamoto T, Moriwaki Y, Takahashi S, Tsutsumi Z, Higashino K. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Effect of Tofu (bean curd) ingestion and on uric acid metabolism in healthy and gouty subjects. Adv Exp Med Biol. 1998
[11] Sushmita Sengupta. food.ndtv.com. Is Too Much Tofu Bad for You?. 2018
[12] Kurzer, Mindy S. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Hormonal effects of soy in premenopausal women and men. 2002
[13] Carly Schuna. healthyeating.sfgate.com. How Fattening Is Tofu?. 2018
[14] Shilpa Arora. food.ndtv.com. Is Soya Bad for Your Health? Here's Why You Should Have it Sparingly. 2016
[15] Kelly Burch. businessinsider.com.au. Tofu: Health benefits, downsides, and misconceptions, according to a registered dietitian. 2020