Ejakulasi retrograde terjadi bila semen masuk ke dalam kandung kemih dan bukannya keluar melalui penis saat pria mengalami orgasme. Meskipun klimaks masih bisa terjadi, tetapi semen yang keluar sangat sedikit atau tidak ada samasekali. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan orgasme kering.
Ejakulasi retrograde tidak berbahaya, tetapi bisa menyebabkan infertilitas atau ketidaksuburan pada pria. Pengobatan untuk kondisi ini secara umum hanya dibutuhkan untuk mengembalikan kesuburan.
Daftar isi
Ejakulasi adalah keluarnya semen dari urethra (saluran di dalam penis) saat seorang pria mengalami orgasme. Dalam kondisi normal, ejakulasi akan mendorong semen maju melalui urethra dan keluar melalui ujung penis. Hal ini karena sphincter (otot melingkar) di bagian jalan masuk kandung kemih akan menutup bukaan ke arah kandung kemih untuk mencegah masuknya semen. [1, 2]
Pada ejakulasi retrograde, otot yang bertugas menutup bukaan kandung kemih tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini kemudian menyebabkan seluruh atau sebagian semen bergerak mundur (retrograde) ke dalam kandung kemih ketika ejakulasi terjadi. Akibatnya, semen yang keluar dari penis berkurang. [1, 2, 3]
Tetapi, meskipun jumlah semen yang keluar berkurang, kualitas orgasme tidka menurun dan biasanya tidak mengganggu kenikmatan seksual. Ejakulai retrograde juga bukan suatu penyakit atau ancaman kesehatan yang serius. [2]
Ejakulasi retrograde tidak mempengaruhi kemampuan pria untuk mengalami ereksi atau orgasme, tetapi bila klimaks tercapai, semen akan masuk ke kandung kemih dan bukannya keluar melalui penis. Hal ini mengakibatkan gejala-gejala berikut: [1, 2, 3]
Ejakulasi retrograde tidak berbahaya dan hanya perlu diobati bila mempengaruhi kesuburan dan bila ejakulasi normal dibutuhkan agar bisa membuahi sel telur. Namun, bila orgasme terus menerus kering, sebaiknya konsultasikan kondisi ini dengan dokter untuk memastikan tidak ada masalah kesehatan lain yang membutuhkan penanganan. [3]
Beberapa masalah pria dengan ejakulasi bisa disebabkan oleh masalah psikologis atau fisik, tetapi pada ejakulasi retrograde penyebabnya pasti masalah fisik.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh kondisi apapun yang mempengaruhi refleks otot sphincter atau otot yang bertugas membuka dan menutup pintu masuk kandung kemih.
Ejakulasi retrograde bisa terjadi karena efek samping dari beberapa jenis obat-obatan, termasuk yang diresepkan untuk mengatasi pembesaran prostat, tekanan darah tinggi, atau depresi. [1, 2, 3, 4]
Kerusakan syaraf akibat kondisi-kondisi berikut juga bisa menjadi penyebab: [1, 2, 3, 4]
Pembedahan kandung kemih atau pembedahan prostat bisa mengakibatkan rusaknya otot sphincter. Jika otot ini rusak, maka ia tidak bisa menutup dengan rapat sehingga menyebabkan semen masuk ke kandung kemih.
Orgasme kering yang menjadi gejala utama ejakulasi retrograde juga bisa disebabkan oleh: [3, 4]
Jika seorang pria seringkali mengalami orgasme kering, maka ada baiknya diperiksakan ke dokter. Meskipun ejakulasi retrograde tidak membahayakan kesehatan, namun orgasme kering bisa disebabkan oleh faktor-faktor kesehatan lainnya yang perlu ditangani.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa ada atau tidaknya ketidaknormalan yang bisa dilihat atau dirasakan. Untuk evaluasi lebih lanjut, dokter mungkin akan memeriksa gejala dan tanda-tanda yang terjadi, misalnya: [1, 2, 4]
Pasien harus menyediakan informasi berikut pada dokter: [2]
Tes urin adalah cara yang baik untuk mencari tahu apakah berkurangnya ejakulasi memang diakibatkan oleh ejakulasi retrograde. Pasien juga mungkin akan diminta untuk melakukan masturbasi sebelum melakukan tes urin. Jika urin ternyata mengandung sperma dalam jumlah tinggi, maka diagnosa ejakulasi retrograde bisa ditegakkan. [1, 2]
Jika urin setelah orgasme tidak mengandung semen, maka masalahnya terletak pada produksi semen atau gangguan lainnya. Pasien akan diminta untuk menemui spesialis kesuburan atau dokter lainnya untuk menjalani tes lebih spesifik. [2]
Ejakulasi retrograde sebetulnya tidak perlu diobati. Kondisi ini tidak mengganggu kenikmatian seksual, dan tidak menyebabkan risiko terhadap kesehatan. Tetapi, jika dirasa mengganggu, atau bila menyebabkan pasangan suami-istri kesulitan memiliki keturunan, maka tersedia pengobatan untuk ejakulasi retrograde. [1, 2]
Bila disebabkan oleh obat-obatan, maka keluhan ini akan hilang begitu obat yang menjadi penyebabnya berhenti digunakan. Tetapi, pasien tidak boleh berhenti minum obat rutin sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Sebelum meresepkan obat yang baru, dokter akan mempertimbangkan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan, termasuk gangguan kesehatan kronis yang ada. Berbagai jenis obat bisa membantu otot leher kandung kemih tetap menutup saat ejakulasi terjadi. Obat-obatan tersebut adalah: [1, 2]
Jika pasien mengalami kerusakan syaraf atau otot yang cukup berat akibat pembedahan, maka penggunaan obat biasanya tidak efektif.
Jika pasien sedang berusaha memiliki keturunan dan obat tidak berhasil mengatasi masalah orgasme kering, maka ia sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis kesuburan. Sperma bisa diambil melalui pembedahan untuk inseminasi buatan atau in vitro fertilization (bayi tabung). [1, 2]
Jika rutin minum obat atau memiliki masalah kesehatan yang bisa menyebabkan risiko terjadinya ejakulasi retrograde, maka konsultasikan dengan dokter mengenai pilihan obat yang bisa digunakan untuk mengurangi risiko. [3]
Jika harus menjalani pembedahan yang mungkin akan mempengaruhi fungsi otot leher kandung kemih (sphincter), misalnya operasi prostat atau kandung kemih, tanyakan pada dokter mengenai risiko terjadinya ejakulasi retrograde setelah pembedahan.
Jika berencana memiliki keturunan, bicarakan dengan dokter mengenai pilihan apa saja yang bisa dilakukan untuk menyimpan dan mengawetkan semen sebelum pelaksanaan pembedahan. [3]
1. Harvard Medical School. Retrograde Ejaculation. Harvard Health Publishing; 2018.
2. Ann Pietrangelo, Graham Rogers, M.D. Everything You Should Know About Retrograde Ejaculation. Healthline; 2018.
3. Nick Myers. Retrograde Ejaculation & Prostate Cancer. Prostate Cancer Organization; 2018.
4. Mayo Clinic Staff. Retrograde ejaculation. Mayo Clinic; 2019.